PoV. Author
Azka yang baru saya membeli sate dipersimpangan menatap sebuah mobil yang baru saja pergi melewatinya, ia juga melihat Putri turun dari dalam mobil itu. Ia berusaha bersikap biasa saja saat melewati Putri yang menatapnya sinis.
Mereka berjalan berdua memasuki gedung apartemen dengan Putri yang berjalan di belakang Azka. Sampa di dalam lift mereka masih tidak berbicara satu kata pun. Sampai di dalam apartemen Azka berbalik menatap Putri dengan alis terangkat sebelah. "Tadi siapa?" Tanya Azka.
"Ada deh, kamu nggak perlu tahu," jawab Putri, berlalu masuk kedalam kamar. "Aku cuma tanya ya, takut nanti Om kamu nanyain ke aku!" Seru Azka yang di acuhkan Putri.
***
Keesokan harinya, Azka bolak-balik melihat jam di dinding. Sudah pukul sepuluh malam tapi Putri belum juga pulang. Ia mencoba menghubungi. Nomor bunga dan terdengar suara dering ponsel dari arah sofa ruang TV. Azka pun melangkah ke sana mendekati sumber suara itu. Rupanya putri lupa membawa ponselnya. Ponsel itu terselip diantara bantal-bantal sofa. Az(kardus) calling.. tertera di layarnya. Sial! Gadis itu memang jago membuatnya kesal sampai ke ubun-ubun.
Putri membuka pintu apartemen dengan wajah lelah. Tadi dia sudah mulai bekerja di cafe milik Dimas. Lebih cepat lebih baik, karena ia membutuhkan uang banyak. Setelah dari sana, Putri juga menemani Mitha untuk acara ulang tahun perusahaan besok malam. Jadilah Putri semakin lelah.
"Aku udah bilang sebelum pukul sepuluh. Kamu dari mana aja?!" Azka mendekati Putri dengan raut kesal yang terlihat.
"Bukan urusan kamu," Putri menjawab ketus hendak berlalu.
"Putri.." panggil Azka dengan nada tidak sukanya.
"Apa lagi si? Malas tau ngomong sama kamu. Aku tuh udah sial terus karena kamu, mikir kenapa si!" Putri menghentakkan langkahnya. Berbalik menatap suaminya yang teramat menyebalkan.
"Jaga sikap kamu! Aku heran kalian saudara tapi kamu bisa beda banget sama Rubbi," tegur Azka yang kini melayangkan tatapan tajamnya.
"Jadi mau kamu apa, Azka!" Putri mengangkat dagunya. Ia sungguh tidak terima dibanding-bandingkan terus dengan orang-orang bermuka dua.
"Cukup! Aku jauh lebih tua dari kamu. Jadi, jangan pernah lagi panggil namaku tanpa sopan santun!" Azka mengacungkan telunjuknya tepat di depan wajah Putri dengan tatapan mata yang semakin menajam.
Putri menghela napas lelah. Lalu beranjak masuk kedalam kamar, meninggalkan Azka yang masih tenggelam oleh amarahnya. Setelah membersihkan diri dan berganti baju dengan baju tidur yang paling ia benci, Putri kembali lagi ke ruang tengah sambil membawa selimutnya. Dilihatnya Azka yang masih setia menonton televisi yang menampilkan acara berita.
"Aku mau tidur, kamu ke kamar aja!" Putri mendekat lalu mengambil tempat duduk di samping Azka, sofa yang sudah menjadi tempat istirahatnya sejak mereka menikah. "Aku masih nonton," jawab Azka tanpa memutus perhatiannya pada layar televisi. Putri sangat lelah. Ia malas beradu mulut dengan Azka yang tak ada habisnya. Tak berapa lama, Putri pun tertidur pulas dengan posisi meringkuk sementara kepalanya bersandar di lengan sofa. Putri kelihatan begitu lelah.
Azka menoleh kearah Putri yang sudah tertidur lelap. Mesiki pun istrinya itu menyebalkan, tapi ia masih punya sedikit hati. Pelan-pelan Azka mengangkat Putri, menyelipkan lengannya di bawah lutut dan punggung Putri. Membaringkannya di sofa, lalu diraihnya selimut untuk menyelimuti Putri hingga sebatas leher. Napas Putri terdengar teratur, pertanda gadis itu benar-benar pulas. Azka mematikan televisi, kemudian mematikan lampu utama sebelum menyalakan lampu tidur. Azka melipat kedua tangannya di depan dada sambil memandangi Putri yang terlihat begitu damai dalam tidurnya, tidak mengesalkan seperti saat gadis itu sedang sadar. Azka pun tersenyum sebelum masuk ke dalam kamarnya.
***
"Putri, aku aneh ya?" Tanya Mitha setelah mereka memasuki ballroom salah satu hotel berbintang. Mitha memakai gaun berwarna abu-abu berlengan panjang dengan panjang gaun sebatas mata kaki. Tak ketinggalan kacamata besarnya yang masih setia menghiasi wajah kecil itu. Malam ini adalah malam perayaan ulang tahun perusahaan Pratama Group yang memang selalu di rayakan setiap tahun. "Enggak, cantik kok, ini sudah ke sepuluh kali nya kamu nanya gitu, Mith" Putri menatap Mitha dengan jengkel.
Sebelum ke acara tersebut mereka mampir ke salon. Ternyata harga make up saja dua ratus ribu. Kalau dihitung-hitung sisa uang nya setelah membeli gaun kemarin karena di paksa Mitha, uang Putri saat ini tinggal empat ratus ribu lagi dari gajinya di perusahaan Azka. Jadi orang jujur memang susah, tapi ia harus tetap sabar. Takut dosa!
"Hai..," sapa Rama menghampiri mereka. Rama langsung memandang takjub pada Putri yang berubah sangat cantik. Putri memakai gaun berwarna hitam tanpa lengan dengan panjang di bawah lutut. Sedang di bagian atas gaunnya dihias oleh silver pearl yang membuatnya jadi semakin mempesona.
"Hai, Pak," sapa mereka dengan kompak. Putri tidak memanggil Rama mas didepan karyawan kantor. Lalu tiba-tiba semua karyawan yang ada di sekitarnya berbisik-bisik menatap kearah yang sama. Membuat Putri penasaran, ia pun ikut menoleh mengikuti arah pandang mereka. Ternyata, yang menjadi pusat perhatian di acara itu adalah Azka yang datang bersama Rubbi. Para karyawan yang ada di sekitar Putri itu kini berbisik-bisik memuji keduanya serasi, membuat Putri mencebik kesal. "Aku kesana dulu," kata Rama lalu beranjak menghampiri Azka dan Rubbi.
"Yang aku tahu, Pak Azka itu baru nikah," ucap Mitha.
"Hemm.." hanya itu yang keluar dari bibir Putri. Kini mereka sama-sama memperhatikan Azka, Rama, dan Rubbi yang berdiri di depan sana. Rubbi cantik seperti biasanya. Sesekali Putri melirik ke arah Rubbi menyentuh lengan Azka sambil menyunggingkan senyum manis.
"Apa istrinya Pak Azka itu Bu Rubbi ya? Kalo iya bener-bener pasangan yang cocok banget," Putri cepat menoleh ke arah Mitha yang berdiri di sampingnya. "Kamu tahu dari mana?" Putri mengernyit heran.
"Nebak aja, soalnya aku cukup sering lihat Bu Rubbi ke kantor dan makan siang bersama di ruangan Pak Azka..." Putri malas mendengarnya. Ya, harusnya memang Rubbi yang menikah dengan Azka bukan dirinya. Putri tersenyum kecut sambil menatap Azka dan Rubbi didepan sana yang kini tengah menebar senyum satu sama lain.
***
Azka sudah mulai berdansa dengan Rubbi, begitupun karyawan lain yang ikut menikmati alunan musik yang romantis. Entah kenapa Putri merasa panas di ruangan full AC itu. Ia sepertinya butuh udara segar di luar. Namun niatnya untuk keluar ruangan ia urungkan, karena Rama lebih dulu datang menghampirinya.
"Ayo!" Rama mengulurkan tangannya mengajak Putri berdansa. "Aku? Tapi aku nggak bisa." Putri berusaha menolak. "Udah santai aja, ayo!" Rama langsung menarik Putri ketengah lantai dansa.
Rama menuntun kedua lengan Putri untuk mengalungi lehernya, sementara kedua lengannya ada di pinggang Putri. Mereka pun mulai berdansa meski Putri sangat-sangat kaku melakukannya. Azka yang sedari tadi sibuk berdansa dengan Rubbi sambil sesekali tersenyum menoleh dan mendapati si gadis pencopetnya tengah berdansa dengan sahabatnya. Meski yang terlihat gadis itu kesusahan dan sering tak sengaja menginjak kaki Rama, tapi justru itu malah yang membuat mereka tertawa dan terlihat begitu akrab. Azka baru sadar selama ini ia tidak pernah melihat Putri tertawa lepas. Yang sering ia tahu gadis itu selalu berwajah galak, sinis dan judes padanya. Menyadari itu raut wajah Azka perlahan berubah datar.
"Mas? Kamu kenapa?" Tanya Rubbi yang menyadari perubahan mood Azka.
"Nggak papa, kok" jawab Azka dengan senyum terpaksanya.
PoV. AuthorUsai berdansa, Putri dan Rama menuju stan makanan. "Kamu sih nggak percaya, aku bilang kan dari awal aku nggak bisa dansa," ujar Putri sambil memasang wajah semenyesal mungkin. "Enggal papa, seru juga kok namanya juga belajar. Lain kali kita coba lagi ya," Rama tersenyum manis sambil mengusap puncak kepala Putri . "Jangan deh, nanti yang ada kaki Mas Rama jadi luka parah." Gurau Putri. Mereka berdua pun tertawa. "Mitha kemana ya? Gumam Putri setelah menyadari Mitha sejak tadi menghilang. Putri mengedarkan pandangan nya sampai matanya menangkap keberadaan Mitha yang sedang berbincang dengan rekan kantor mereka di bagian marketing."Put, Mas angkat telpon dulu ya." Rama menunjuk ponselnya. Putri menjawabnya dengan anggukan. Rama pun menjauh menerima telponnya. Putri langsung berbalik menghadap meja prasmanan yang sudah terhidang beberapa jenis kue yang tampak sangat lezat. Putri meraih piring kecil yang ada di sana lalu meletakan
PoV. AuthorJam sepuluh malam Putri tiba di apartemen. Ia langsung menuju kamar, mengabaikan Azka yang duduk di sofa dengan mata yang terus memperhatikan gerak-gerik Putri. Azka berniat menghampiri Putri, namun harus mengurungkan niatnya saat mendengar bel berbunyi. Padahal mulutnya sudah benar-benar sangat gatal ingin memarahi Putri karena sikap acuhnya itu. Azka beranjak membuka pintu. Azka terkejut bukan main melihat kedatangan dua orang temannya yang tanpa kabar langsung datang ke apartemennya. Astaga! Bagai mana jika mereka melihat ada Putri di sini?!"Azka! Hoy! Kamu kenapa?" Tanya salah satu temannya yang bernama Adit. "Kenapa bengong gitu?" Kata temannya yang bernama Dodi. "Ah, nggak papa, ayo masuk bro!" Azka mundur ke belakang memberi ruang untuk kedua temannya masuk ke dalam apartemen nya. "Karena kamu udah jarang ngumpul bareng kita, jadi kita kesini deh," jelas Adit.Mereka menaruh makanan ringan dan min
PoV. AuthorSetelah pulang kerja dari cafe milik Dimas, Putri di jemput oleh Rama dan di minta menemaninya makan malam. Putri tidak mungkin menolak Rama yang sudah berbaik hati padanya, kan? Kemarin Rama menawarinya sebuah motor metik milik ibu nya yang sudah lama tidak di pakai karena ibunya sudah ada supir. Meski awalnya Putri menolak, tapi Rama terus memaksanya untuk menerimanya. Putri sangat senang bisa terbebas dari macetnya ibu kota dan tidak perlu susah-susah bangun cepat untuk berangkat lebih pagi."Maaf nih, Put. Habis Mas nggak suka makan sendirian. Kalau ada kamu kan jadi ada teman ngobrol." Rama tersenyum sembari memakan nasi gorengnya."Nggak papa, Mas santai aja enak kok kan jadi bisa makan gratis.""Oke, sering juga gak papa nih?" Canda Rama. Senyumnya pun terukir sempurna saat melihat Putri sangat lahap menikmati
PoV. AuthorHari ini Putri diajak zumba bersama dengan Tantenya. Dalam sesi zumba Putri menjadi orang yang paling terlihat karena gerakan bersemangatnya. Menurutnya kegiatan seperti ini adalah kegiatan yang mengasikan seperti bermain. Setelah zumba selesai barulah Tante Iren mengajaknya makan siang sambil menemui Rubbi. "Kamu makannya banyak banget!" Tante Iren menatap satu per satu makanan yang dipesan Putri. Saat ini mereka sedang berada di sebuah restoran favorit keluarga Putri, menunggu kedatangan Rubbi."Ingat jangan bikin malu, jaga bentuk badan jangan sampai gendut!" Tante Iren menatap Putri yang sedang makan dengan tatapan Jijik. "Emang kenapa kalo gendut? Yang penting kan kenyang, Tan" bela Putri. "Nggak takut Azka di ambil sama perempuan lain?" Tanya Tante Iren dengan sarkas. Bukan nya sudah tahu?, Jawab Putri dalam hati."Sorry lama, Ma," Rubbi
PoV. Author"Putri!" Azka berdiri mendapati Putri yang mengantar kuenya. Matanya meneliti dari atas sampai bawah. Mungkinkah gadis nakal itu bekerja di toko kue ini? Dilihat dari pakaiannya Azka tidak mungkin salah."Bie.. kenalin ini Putri, sepupu Azka," ucap Dodi."Sepupu?" Rubbi menaikan satu alisnya. Putri langsung menoleh melihat Rubbi yang duduk tepat di samping Azka yang masih berdiri. Sepupu nya itu tampak cantik dan elegan seperti biasanya. Azka yang tampan dengan Rubbi yang cantik. Begitu serasi Putri mendengus pelan."Iya sepupu Azka dari kampung, Bie." Sahut Dodi lagi. "Dia kerja di kantor Azka, tinggal di apartemen Azka juga lagi. Kamu nggak cemburu kan?" Kali ini Dodi mencoba menggoda Rubbi. Rubbi hanya tersenyum saja menanggapinya.Putri merasa air matanya akan keluar, tapi ia berusaha menahannya. Rubi maupun Azka tidak ada yang berkeinginan mengak
PoV. AuthorSejak Rama meminjamkan motor metik itu untuknya, Putri tidak pernah lagi bangun lebih awal seperti sebelumnya. Malah, Azka yang terlebih dulu bangun dan pergi ke kantor. Sekitar pukul tujuh Putri baru menyelesaikan mandinya. Putri berani keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit tubuhnya, karena ia yakin Azka sudah pergi sejak tadi. Dengan kaki berjinjit ia berjalan kearah lemari, dengan santai ia mencari baju yang akan ia pakai hari ini. Sebelum memakai pakaian seperti biasa Putri akan menggunakan hand body lotion ke seluruh tubuhnya, tanpa rasa sungkan ia melepas handuk yang menggantung di tubuhnya, lalu mulai membaluri hand body dari tangan hingga kakinya. Saat tengah sibuk membaluri tubuhnya dengan hand body, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar dibuka. Refleks Putri berbalik. Bola matanya membesar sempurna menatap sosok Azka yang tengah berdiri mematung di ambang pintu. Entah mengapa kakinya me
PoV. AuthorMalam ini, Putri sudah siap berangkat ke acara ulang tahun ibu mertuanya. Ia terpaksa harus ijin pada Dimas karena tidak dapat masuk bekerja.Putri terlihat cantik dengan gaun malam berwarna abu-abu pastel yang ibu Azka belikan untuknya. Sebuah gaun yang tanpa lengan dengan panjang sebatas lutut. Untuk make up dan tatanan rambutnya, Azka menyewa penata rias datang ke apartemen mereka. Sementara Azka sudah siap dengan tuxedo hitam dengan kemeja hitam juga di dalamnya. Ia terlihat tampan dan berwibawa di saat bersamaan. Dalam perjalanan Azka maupun Putri diam saja, tak ada yang berniat memulai percakapan. Sesampainya di halaman besar kediaman Pratama, Azka langsung turun dari mobil meninggalkan Putri."Malam, Mas Azka," sapa satpam yang bekerja menjaga mobil para tamu yang sudah datang. "Malam, Pak Nisan." Azka tersenyum sambil menjabat tangan pak Nisan. "Putri, cepat sedikit!" Seru A
PoV. AuthorPara tamu undangan telah pulang menyisakan keluarga inti mereka. Putri berpamitan dengan Ibu dan Ayah Azka. Berbeda dengan Rubbi yang justru mengambil kesempatan untuk mendekati Azka."Mas, besok jalan yuk?" "Hmm besok? Nanti deh Mas kabarin lagi."Senyum Rubbi melebar dengan sempurnanya sesaat mendengar jawaban tersebut. Ia merasa Azka masih mementingkan dirinya di bandingkan dengan Putri. Rubbi mengulas senyum tipis yang terlihat sangat berbeda dengan sikapnya saat ini.Mamah Rama mendengus menatap Rubbi dengan sinis dari tempatnya. Ia sudah tahu ada hubungan terlarang antara sahabat anaknya itu dengan gadis licik itu, ia sempat melihat mereka saat sedang berlibur di UK bersama teman-temannya. Ia benar-benar tak suka dengan Rubbi yang berani bermain di belakang Putri, begitu juga Azka yang tega membohongi Putri. Mereka akan aku kasih pelajaran!
PoV. AuthorAzka benar-benar kecewa dengan sikap Putri kali ini. Azka tahu jika dirinya pernah melakukan sebuah kesalahan yang fatal dan mungkin sulit untuk bisa di maafkan. Tapi kali ini Putri membuatnya takut dengan pemikiran-pemikiran yang sangat abu-abu."Bagai mana bisa aku selingkuh. Saat ini aku sudah kalah Put.. aku sungguh-sunggun jatuh cinta." Ujarnya Azka saat melihat anaknya yang ada di dalam ruang NOCU."Ka, kamu kenapa? Ada masalah sama Putri?" Tanya Mona."Aku juga nggak paham sama keadaan ini." Jawab Azka."Apa nggak bisa dibicarakan ini kan hari bahagia kalian, masa harus ada salah paham gini." "Aku akan bicara dengan nya saat dia sudah lebih tenang." Azka menjawab."Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang ya, sekali lagi aku ucapkan selamat ya atas kelahiran putra kal
PoV. AuthorAzka menatap Putri. Dia terkejut dengan respon dari istrinya itu."Put, aku ada salah sama kamu? Tolong jangan gini, Put." Azka kembali mencoba mendekat pada Putri yang terlihat semakin kesakitan."Nggak!! Aku bilang nggak ya nggak!!" Seru Putri sambil mengatur napasnya."Salah aku apa, Put?""Kamu selingkuh!!" Azka terkejut bikan main mendengarnya."Kamu ngomong apa si Put? Aku nggak pernah seperti itu." Azka mendekat tak mengindahkan Putri yang mendorong dan memukuli dadanya yang Azka lakukan hanya memeluk istrinya."Awwhh sakit, Mas sakit perutku!" Putri meremas kerah baju Azka dengan keras saat rasa sakit sudah tidak bisa terbendung.Beberapa dokter, memasuki ruangan persalinan itu membuat Azka berubah pias. Ini merupakan hal pertama yang m
PoV. AuthorUsia kandungan Putri sudah melewati 9 bulan. Putri mengalami perubahan sikap, dia tidak lagi manja dan sensitif seperti sebelumnya. Putri bersikap sangat dewasa, seperti selayaknya ibu dan itu membuat Azka semakin mencintainya."Kali ini kamu masak apa untuk aku?" Tanya Azka yang baru saja memasuki dapur. Dilihatnya Putri tengah sibuk menyiapkan bekal makan siang Azka untuk dibawa ke kantor pagi ini seperti biasanya."Kentang balado sama kikil kecap, Mas" Putri menjawab sambil menutup Tupperware yang sudah berisi makanan. Kemudian diletakan nya diatas meja makan.Saat memasuki delapan bulan kehamilannya Putri selalu gigih belajar masak. perlahan akhirnya Putri pun bisa memasak."Kamu sarapan ya, aku ke kamar dulu ya," ucap Putri yang diangguki Azka. Putri pun kekamarnya untuk mandi pagi, satu lagi kebiasaan baru Putri yaitu mandi pagi dua kali sehar
PoV. AuthorPutri berjalan bersebelahan dengan Rama seraya memasuki ballroom hotel tepat diadakannya pameran produk baru perusahaan mereka diselenggarakan. Putri terus melihat kesekeliling nya memperhatikan keberhasilan berlangsung acara."Itu Azka," Rama menunjuk kearah tengah ballroom."Oh iya, yuk kesana!" Putri berseru berniat mendekati Azka namun ditahan oleh Rama."Tunggu dulu," ujar Rama menatap kearah Azka. "Itu bukannya Mona? Kamu lihat kan, Put?" Tanya Rama."Iya, memangnya kenapa, Mas?""Apa perlu aku buat Mona menjauh dari Azka, aku takut kamu cemburu dan sedih lagi." Putri menatap Rama dengan haru."Nggak perlu, aku bisa tanganin ini sediri Mas Rama tenang saja. Cukup jadi penonton." Putri tau perasaan Rama terhadapnya, dia juga tidak mun
PoV. AuthorLangit sudah berubah warna menjadi hitam. Sinar bulan terang menderang di temani bintang untuk menghalau hujan. Putri sudah bersiap dengan kue coklat buatannya, dia akan mengajak Azka untuk duduk sambil melihat bintang di atas balkon kamar mereka. Putri berjalan melihat Azka yang masih sibuk membuat beberapa makanan sesuai keinginan Putri."Kamu pasti lelah banget, Mas. Maaf ya aku juga merasa aneh nih selama hamil." Putri memeluk Azka dari belang. Kepalanya di sandarkan ke punggung Azka."Enggak kok, aku malah senang kamu selalu butuh aku." Azka mematikan kompor lalu berbalik untuk membalas pelukan Putri. "Aku sayang kamu, Put." Ucap Azka sebelum memberi sebuah kecupan di kening Putri.***Keduanya duduk di bangku rotan yang ada di balkon, Azka sengaja membawa selimut untuk mereka berdua karena ia tahu pasti angin di sana
PoV. Author"Aku nggak maksud begitu, Put." Ujar Azka."Tapi aku merasa kalau kamu sebenarnya nggak percaya sama aku, Mas." Jawab Putri.Saat ini keduanya sedang berada di meja makan, duduk berhadapan dengan penampilan Azka yang masih sama. Mengenakan bokser nya.Azka menghembuskan napasnya gusah, diwajahnya terlihat kegelisahan yang sangat nyata. Dengan perlahan Putri menggapai jari jemari Azka yang sedang menggenggam segelas air."Mas, aku janji nggak akan ada perselingkuhan di dalam rumah tangga kita lagi. Aku cinta kamu mas." Azka menatap Putri. Azka masih tidak menyangka jika hanya dengan melihat senyum gadis barbar yang dulu sangat dia benci, bisa membuatnya setenang ini."Jangan tinggalin aku ya, Put. Maaf kalau aku sering nyakitin kamu." Azka beranjak dari duduk nya lalu memeluk Istrinya dengan erat."Iya Mas
PoV. AuthorPutri masih diam saat mereka sudah sampai di lobi Apartemen. Azka dengan cepat keluar lalu membuka pintu penumpang di sebelah Putri.
PoV. AuthorKeesokan hari nya di kantor. Azka baru saja tiba pukul sepuluh, lebih siang dari biasanya dia datang tidak sendiri melainkan bersama Mona di sebelahnya.
PoV. AuthorJam tujuh malam, Azka pulang saat Putri sedang menyiapkan makanan. Entah apa yang di kerjakan Azka di kantor sampai larut malam begini yang jelas wajahnya sudah terlihat lusuh.