"Sial," ucap Tommy membanting handphonenya ke ranjang. Dia memegangi kepalanya dan berjalan mondar-mandir. Baru saja dia mendapatkan kabar jika ibunya sudah tertangkap oleh anak buahnya Aksa. Apa yang harus dilakukannya? Jika begini dia tidak bisa membantu ibunya sepenuhnya.
Tommy menghela nafas kasar, merebahkan dirinya di ranjang king size itu. Mencoba berfikir bagaimana caranya, tetapi seakan otaknya sedang buntu. Dia malah bertambah pusing karena memikirkan ini.
Tommy bangun dari posisi tidurnya, mengambil jaket dari lemari dan memakainya. Dia butuh refresing otaknya, mungkin dengan minuman dan wanita semua bisa terkendali. Akhirnya Tommy melajukan mobilnya ke tempat bar langganannya.
~
"Aksa," ucap Leta kaget karena di gendong oleh Aksa. Dia baru saja sampai di rumah setelah diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit.
Aksa tersenyum, tak menanggapi wajah protes kesal sang istri. Dia lalu berjalan masuk ke dalam rumah.
"Mama," teriak ny
Hari yang dinanti pun tiba. Setelah Aksa menyelesaikan urusannya dengan orang tua itu, kini giliran dia menghibur hati istrinya yang masih pilu akibat kepergian calon anak mereka.Mereka akan pergi ke kampung halaman sang istri, untuk menjenguk makam orang tua Aletha.Tapi mereka hanya pergi berdua, Kyra tidak ikut karena dia harus Home Scholling, sudah banyak pelajaran yang tertinggal karena kemarin sempat ada kejadian penculikan itu.Pagi ini Leta berpamitan pada semua penghuni rumah, Kyra masih terlihat menangis karena tidak bisa ikut. Tapi dia adalah anak yang pintar dan mudah untuk diberi pengertian.Leta berjongkok dan memeluk tubuh Kyra, dia menenangkan anak tirinya itu dan akan mengajaknya lain kali. Kyra hanya bisa mengangguk dan pasrah melepaskan kepergian papa dan mamanya.Aksa menggandeng tangan Leta untuk masuk ke dalam mobil. Kali ini dia mengajak Farrel juga, karena perjalanan ke sana memakan waktu seharian. Bukannya Aksa tidak sangg
Aletha mendongak dan terkesiap melihat seorang wanita di depannya. Aksa juga ikut menoleh mendengar suara wanita itu. Mengerutkan alisnya karena wanita paruh baya di depannya ini memandang istrinya dengan tatapan tak suka."Kau mengenalnya?" ucap Aksa menoleh ke arah istrinya. Tangannya masih setia untuk merangkul bahu Leta."Wah...wah, lihatlah. Pergi ke kota dan sekarang menjadi jalang ya. Pantas saja mendapat laki-laki yang tampan seperti ini," ucap Ros tak tahu malu."Bibi," ucap Leta terpotong karena Aksa menyela."Apa yang anda katakan, siapa anda dengan berani mengatakan istri saya jalang. Saya bisa menuntut anda ke polisi atas pencemaran nama baik," ucap Aksa tegas.Ros yang mendengar itu malah jadi yang kaget. Istri? Leta sudah menikah? Dengan lelaki tampan di depannya ini. Tak mungkin, Ros tidak percaya itu."Jangan mengada-ada Tuan. Hati-hati, dia bukan wanita yang baik," bisik Rose pada Aksa.Aksa tak memperdulikan hal itu
Saat Leta tiba lagi di rumahnya, keributan tengah terjadi antara pamannya dan pak Rama, orang yang dulu pernah membeli rumah Leta. Barang-barang berserakan di luar, mungkin pamannya mengusir paksa orang itu. Leta menjadi iba melihatnya, dia berjalan mendekat ke arah mereka."Paman, jangan begini. Kasian pak Rama," ucap Leta membantu mengambil barang yang berserakan itu."Sudahlah Leta, biarkan orang itu pergi. Lagipula dia juga belum melunasi uang penjualan rumah ini." ucap Ros"Aksa," panggil Leta pada suaminya.Aksa mendekat ke arah Leta, ikut berjongkok dan membantu Leta berdiri. Setelahnya dia menoleh ke arah Farrel, mengerti maksud tuannya dia segera mendekat."Pergilah, biar ini menjadi urusan kami, dan jika nanti kalian berani mengusik rumah ini lagi maka kalian akan mendekam di penjara," ucap Farrel menyerahkan koper berisi uang pada paman Sam.Ros yang melihat itu langsung merebut tas tersebut. Dia tersenyum senang, tanpa sepatah ka
Suasana ruang tamu itu sedikit hening, meskipun begitu udara sekitarnya cukup panas. Leta baru saja dari dapur membuatkan minuman ketika sampai di ruang tamu, dia melihat Aksa dan Han duduk berhadapan, mereka saling menatap satu sama lain dengan tajamnya mata mereka masing-masing."Minumlah," ucap Leta berusaha mencairkan suasana."Aku belum mengenalkan kalian satu sama lain. Jadi, Aksa ini Han dan Han ini Aksa." ucap Leta.Dua orang itu masih diam, tapi tangan mereka bergerak untuk bersalaman, meskipun saling mencengkeram satu sama lain. Leta yang melihat itu hanya mendesah pelan."Siapa dia Leta?" tanya Han."Suami Leta," jawab Aksa cepat bahkan tak membiarkan istrinya untuk membuka mulut."Suami? Sejak kapan kau menikah?" tanya Han lagi."Sudah hampir 4 bulan," jawab Aksa lagi."Hei diamlah, aku tidak berbicara denganmu," ucap Han memandang kesal ke arah Aksa.Aksa membalas tatapan itu, bahkan dia tak mengalihka
Waktu masih menunjukan jam 9 malam ketika mereka sampai di rumah. Perjalanan terasa begitu cepat daripada keberangkatan kemarin. Tapi tetap saja, hal itu membuat tubuh mereka lelah.Saat Aksa dan Leta masuk ke dalam rumah, teriakan dari Kyra menyambut mereka."Papa." Kyra berlari ke arah papanya."Hai sayang," ucap Aksa menyambut Kyra, dia memeluk lalu menggendong putri kecilnya itu."Bagaimana kabarmu, kau tidak nakal kan?" tanya Aksa."Baik Papa," ucap Kyra tersenyum senang.Bi Prima datang dari arah belakang, berjalan menghampiri sepasang suami istri yang baru saja datang itu."Leta," ucap bi Prima lalu memeluk keponakannya itu.Leta menyambut pelukan dari bibinya. Setelah melepaskannya, Prima memandang ke arah Aksa. Dia ingin berbicara tapi sepertinya masih ragu dengan apa yang akan dikatakan olehnya."Ada apa Bibi?" tanya Leta yang menatap curiga gerak-gerik bibinya, Aksa yang mendengar hal itu akhirnya menoleh ke a
Pagi ini suasana ruang makan tak seperti biasanya. Aksa dan Leta memilih untuk diam dan memperhatikan apa yang terjadi di depan mereka. Melihat Kyra yang sangat akrab dengan ibu kandungnya dan mengabaikannya, entah mengapa membuat Leta merasa sedikit tersisihkan. Tapi dia berusaha untuk menerimanya, karena Zeline yang lebih berhak atas Kyra daripada dia. Sejak semalam Kyra hanya berbicara dengan papa dan mama Zeline saja. Entah apa yang terjadi Kyra bahkan tak mempunyai niat untuk berbicara dengan Leta, ibu tirinya. Hal itu membuat Aksa berfikir, kenapa putrinya bersikap seperti itu. "Kyra, Papa dan mama akan pergi keluar nanti sore. Apa kau mau ikut?" tanya Aksa pada Kyra. "Dengan mama Zeline?“ "Bukan sayang, tapi dengan mama Leta." ucap Aksa. "Kyra tidak mau, Kyra hanya ingin dengan mama Zeline. Selama ini mama belum pernah menemani Kyra jalan-jalan. Jadi nanti sore kita pergi dengan mama Zeline ya Pa." rengek Kyra. "Tidak,"
Karena sudah berjanji, mau tak mau sore ini Aksa menemani Kyra berjalan-jalan. Suasana sangat canggung karena Kyra mengajak Zeline, dan tentu saja Aksa mengajak Leta.Sepanjang jalan di dalam mall itu Kyra selalu menggandeng tangan Zeline dan Aksa, membiarkan Leta berjalan di belakang mengikuti mereka. Aksa ingin sekali menarik istri tercintanya itu tapi Kyra selalu lebih dulu menariknya masuk ke sebuah wahana permainan.Setiap kali Aksa menoleh kepadanya, Leta hanya bisa tersenyum manis, meyakinkan bahwa dia tidak apa-apa. Leta tak ingin membuat Aksa kepikiran karena hal itu akan membuat Kyra sedih nantinya. Dia mencoba ikhlas, dia harus meyakinkan hatinya bahwa semua itu masih dalam batas kewajaran."Kau lelah?" tanya Aksa menghampiri Leta yang duduk di sebuah kursi tunggu di dalam toko baju tersebut. Aksa membawakan botol minuman yang dibelinya di dalam tadi saat mengantar Kyra dan Zeline memilah baju.Leta mengambil minuman yang diserahkan oleh Aksa,
Aletha menatap nanar mobil suaminya yang keluar dari area mall ini. Tangisnya tak dapat dibendung lagi. Dia berjalan menyusuri jalan, merutuki dirinya yang bisa-bisanya tak rela melihat suaminya dengan perempuan lain. Padahal perempuan tersebut juga istri Aksa.Sekarang dia bingung, apa yang harus dilakukannya. Baterai handphonenya lowbat, dia tidak bisa menghubungi Farrel untuk menjemputnya. Leta sudah berjalan cukup jauh dari mall tadi, sekarang dia mulai lelah dan merasa sangat lapar. Akhirnya dia berniat singgah di sebuah restoran yang tak jauh dari pandangannya.Saat dia ingin menyeberang, sebuah mobil melaju dengan cepat dari sisi kanan Leta. Leta tak menyadari hal tersebut sampai sebuah tarikan di lengannya membuatnya kaget.Leta terjatuh bersama orang yang tadi menariknya. Leta yang masih syok itu hanya terdiam dengan pandangan kosong."Nona, anda tidak apa-apa?" tanya seseorang tersebut.Lamunan Leta buyar, dia menoleh ke sumber suara ters
*8 tahun kemudian."Papa pulang..."3 anak yang sedang bermain itu menoleh. Melihat papanya yang merentangkan tangan dari arah pintu, membuat Kyra dan juga Reyna berlari ke arah Aksa. 2 gadis kecil beda usia itu memeluk papa mereka dengan erat. Memang, sudah 2 hari mereka tak bertemu karena papanya itu ada bisnis di luar kota.Aksa mengecup pipi Kyra dan Reyna bergantian. Setelahnya, pandangannya beralih pada Raydin yang masih duduk membaca buku. Aksa mendekat ke arah anak lelaki satu-satunya itu."Raydin." panggil Aksa.Anak lelaki itu langsung menoleh dan menatap ke arah papanya. "Ya, Papa.""Kenapa kau tidak memeluk Papa seperti yang lain, kau tidak merindukan Papa?" tanya Aksa."Rindu," ucap Raydin sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Tapi kita sama-sama lelaki ayah, aku tak mau memelukmu."Aksa yang mendengar ini merasa tercengang. Bagaimana bisa anak yang berumur 8 tahun ini berbicara seperti ini? Entah Aksa harus terke
Leta sedang menyirami taman ketika Aksa mendekat. Suaminya itu mengecup wajahnya berkali-kali sebelum pamit pergi ke kantor. Hari demi hari terlewati begitu saja. Kandungan Leta sudah berusia 9 bulan. Kini dirinya sedang menanti kehadiran sang buah hatinya. Tangan Leta yang terbebas dari selang mengelus perutnya dengan lembut, Leta bahkan terdengar bernyanyi di sela-sela kegiatannya itu. "Mama." Kyra berlari menghampirinya, tak ingin membuat anaknya kotor karena sudah rapi, Leta mematikan kran airnya. Dia tersenyum pada putrinya yang memeluk dirinya. "Kakak Kyra berangkat sekolah dulu ya baby twins. Jangan nakal sama mama, dada.." Hanya sebatas itu, dan Kyra kembali berlari menghampiri Rossa yang sudah menunggunya. Leta hanya menatap Kyra dan menggelengkan kepalanya. Dia sangat senang karena Kyra terlihat menyayangi calon adiknya. Akhirnya Leta kembali dengan aktivitasnya lagi. Entah mengapa hari ini Leta sangat bersemangat. Di
"Papa... Kyra ikut..."Niat hati hanya ingin mengajak sang istri, kini Aksa hanya bisa menghembuskan nafas kasar ketika Kyra merengek ingin ikut.Gadis kecil itu tak sengaja memergoki kedua orang tuanya yang bersiap-siap ingin pergi. Tak ingin ditinggalkan, akhirnya dia mengeluarkan jurus merengeknya agar dirinya bisa ikut."Papa."Kyra kembali berucap ketika dirinya tak direspon, gadis kecil itu mendekati Aksa dan menggoyang-goyangkan lengan Aksa. Tatapan matanya yang terlihat sangat imut tak kuasa menahan Aksa. Akhirnya lelaki itu mengangguk dan tersenyum pada putrinya."Yeay...," sorak Kyra senang."Sekarang segera bersiap-siap... Minta kakak Rossa untuk ikut juga ya." pinta Aksa.Kyra langsung melaksanakan perintah papanya. Dia terlihat senang, bahkan saat turun dia terlihat bernyanyi, menirukan lagu anak-anak.Akhirnya, Farrel juga ikut mengantarkan mereka. Itu karena Aksa tak tega jika Rossa harus menemani Kyra send
"Aksa.""Hem." Aksa langsung menoleh ketika Leta memegang pundaknya, wanita itu menatapnya dengan pandangan rumit membuat Aksa menjadi heran."Aku ingin tahu keadaan Zeline." lirih Leta."Sudah kukatakan Leta, jangan ungkit lagi wanita itu. Kenapa kau begitu keras kepala." gerutu Aksa.Leta tampak menghela nafas, susah sekali meminta hal ini pada suaminya. Dia sudah berkali-kali membahas ini, tapi Aksa langsung menghindarinya. Kini Leta tak membiarkan hal itu terjadi, dia mengunci ruang kerja Aksa dan menyembunyikan kuncinya."Aku mohon, ini yang terakhir. Aku ingin melihat keadaannya." kata Leta."Kau terlalu baik Leta, kau bahkan tetap memaafkan wanita itu meskipun kau selalu dibuat menderita olehnya." Aksa tampak menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Baiklah, tapi janji ini yang terakhir. Dan jangan ungkit masalah wanita itu lagi di depanku."Leta tersenyum manis, dia bahkan langsung memutar kursi Aksa ke arahnya. Dengan cepa
WARNING, area dewasa!!! Harap bijak memilah sebuah cerita.Entah mengapa jantung Aksa menjadi berdebar ketika melihat gunung kembar Leta sedikit terbuka. Dia memang sedang membantu Leta melepaskan gaunnya agar dia bisa bisa tertidur nyaman.Tapi sepertinya sekarang dia malah terjebak. Hasratnya tiba-tiba menjadi naik, dan dia tidak tahan. Aksa menggoda Leta, mencoba mengecupi pipi, bibir, leher dan dada atas Leta.Tak ayal karena itu Leta menjadi terusik dari tidurnya. Dia membuka matanya perlahan dan langsung kaget melihat Aksa ada di atas tubuhnya."Aksa, apa yang kau lakukan?""Aku menginginkanmu Leta."Leta tak sempat berucap lagi ketika Aksa dengan cepat membungkam bibirnya. Lelaki itu melumatnya dengan lembut, memberikan permainan yang cukup lama sampai Leta benar- benar terbuai.Tangan Leta langsung merangkul ke leher Aksa, dia memejamkan matanya dan menikmati ciuman Aksa.Aksa yang mendapat respon ini segera menur
Guan itu melekat pas di tubuh Leta. Perutnya yang membuncit tak menghalangi kecantikannya malam ini. Wanita itu bahkan terlihat sangat anggun. Kalung permata yang digunakannya senada dengan anting dan cincin yang terpasang di jari manisnya. Rambutnya dicurly, sebagian dirapikan ke arah belakang. Leta benar-benar cantik malam ini."Kau siap?" Aksa tiba-tiba ada di belakang Leta dan memeluknya. Dia mengecup singkat pipi istrinya dan menatapnya lewat cermin."Aku sedikit gugup." Memang, baru kali ini Leta menghadiri pesta. Dan pesta kali ini bukan sembarang pesta. Aksa membuat perayaan kehamilan Leta yang menginjak 7 bulan. Dia bahkan mengundang seluruh karyawannya untuk hadir, tentunya dengan para kolega bisnisnya juga."Tak apa, aku akan ada di sisimu," ucap Aksa sambil tersenyum.Aksa lalu menggandeng tangan Leta untuk turun ke bawah. Di sana sudah ada Farrel dan Kyra yang menunggu. Sebagian orang bahkan sudah berangkat duluan ke kantor Aksa.
Kabar bahagia itu disambut baik oleh Prima dan Gandhi, mereka tak menyangka jika selama ini anaknya, Farrel menyukai seseorang yang dekat dengan mereka. Mereka sudah bekerja bersama selama 5 tahun terakhir, cukup tahu dengan bagaimana sikap Rossa selama ini.Leta juga ikut bahagia, bahkan Aksa menjanjikan akan mengurusi semua keperluan pernikahan mereka. Tapi Farrel bilang jika mereka belum terburu-buru untuk hal itu.Aksa sedang di kantor saat ini, kebetulan Leta datang mengantarkan makan siang untuknya. Sejak kehamilannya memasuki trimester kedua, Leta memang selalu ingin dekat dengan suaminya.Hal itu tak membuat Aksa terganggu, dia malah senang acapkali Leta menemani dirinya di kantor. Meskipun kadang wanita itu suka merengek dan meminta hal yang cukup aneh bagi Aksa.Tok.. Tok... Tok...Aksa menoleh ke arah pintu, dia melihat Vino yang berjalan masuk sambil membawa map di tangannya."Tuan, ini berkas yang perlu Anda tanda tangani.
"Kau ingin anak laki-laki atau perempuan sayang?" tanya Aksa mendongak menatap Leta. Saat ini dia sedang tidur di paha Leta, menatap perut Leta dan sesekali menciuminya."Laki-laki atau perempuan sama saja. Yang terpenting mereka sehat dan lahir dengan selamat." jawab Leta.Aksa tersenyum, dia mengusap lagi perut istrinya itu. Meskipun baru menginjak 3 bulan, perut Leta memang sudah terlihat membuncit. Mungkin itu efek dari bayi kembar yang dikandungnya."Bisakah kita tidur, aku lelah." Leta menutup buku yang sedang dibacanya, dia lalu meletakkan buku tersebut di nakas. Tatapan matanya terlihat sayu, Aksa yang melihat hal itu langsung duduk dan membiarkan istrinya berbaring."Tidurlah, aku akan memelukmu sampai pagi."Leta tersenyum, dia mendekatkan lagi tubuhnya pada Aksa. Menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Aksa, tangannya juga memeluk tubuh Aksa seperti sebuah guling.~Kehamilan Leta tak membuat susah dirinya. Bahkan Leta terl
Ketika sampai di rumah sakit, Sam segera berlari menuju ruang UGD. Dia menanyakan pada seorang suster tentang pasien yang mengalami tabrak lari. Ternyata Zeline benar-benar di sana dan sedang ditangani oleh dokter. Hampir 1 jam akhirnya seorang dokter keluar dari sana. Sam yang melihat itu langsung mendekatinya. "Dokter, bagaimana keadaannya?" tanya Sam. "Anda keluarga pasien?" tanya Dokter dengan nametag Ridwan tersebut. "Tidak, saya temannya. Keluarganya ada di luar negeri semua," ucap Sam berbohong. "Kondisi pasien masih belum stabil, suster akan membawanya ke kamar rawat. Biarkan pasien beristirahat sampai kondisinya pulih." kata Dokter Ridwan. "Lalu... lalu bagaimana dengan bayinya?" tanya Sam dengan gugup. Dokter Ridwan tampak menghela nafas, dia menggeleng pelan menampilkan senyuman yang dipaksakan. "Maaf Tuan, kami sudah berusaha. Tapi takdir berkehendak lain, pasien mengalami keguguran." Sam mematung menden