Mereka berdua diam untuk beberapa saat lamanya. Fara masih mengedarkan pandangan ke sekitar taman. Keluarga kaya memang beda, selalu segala ada, tersedia tanpa susah."Apa yang kau tahu tentang dia?" Fara tiba-tiba bertanya. Daryn menatpnya tak mengerti. "Maksud aku, kekasihmu itu," kata Fara tanpa melihat Daryn. "Dia bukan lagi kekasihku!" seru Daryn menegaskan dengan suara keras. Fara menoleh tak mengerti dengan nada suara pria itu. Apa yang salah?"Ah, maaf. Aku hanya tidak suka dengan sebutan itu. Terutama kau. Aku benci saat kau mengatakan itu," aku Daryn dengan tatapan lurus pada wajah Fara yang terdiam mendengar apa yang dikatakan pria itu. menyadari apa yang baru saja Daryn katakan, dia membuang mukanya ke samping. Akhirnya Daryn mengatakan itu juga pada Fara yang selama ini dia hanya menanggapi dengan diam ketika Fara menyebut Sandra sebagai kekasihnya. "Maaf," ucap Fara pelaan. Dada Daryn yang naik turun karena marah perlahan terkendali saat mendengar Fara mengucap ma
Masih butuh waktu bagi Fara mengembalikan moodnya yang jelek karena kekacauan yang terjadi tadi pagi. Dia memasukan kakinya di kolam renang dan memainkannya sehingga air terciprat. Daryn hanya memperhatikannya dari belakang, duduk di kursi santai tak jauh dari gadis itu.“Kau seperti anak kecil saja,” komentar Daryn.“Biarlah. Aku dokter anak jadi tahu bagaimana bermain seperti anak kecil,” balas Fara ketus.“Ck!” Daryn berdecak mendengar tanggapan Fara.Membiarkan gadis itu dengan keasyikannya sendiri, Daryn memilih membaringkan dirinya di kursi santai dan memejamkan mata. Dia pikir Fara tidak akan kabur begitu saja meski tidak Daryn awasi. Lagi pula gadis itu bukan anak kecil, tapi dokter anak kecil.Bermain-main dengan air, sesekali Fara tersenyum. Dia sangat suka air layaknya anak kecil. Sampai beberapa menit setelahnya dia mengangkat kakinya ke tepi kolam dan berdiri. Kakinya yang basah dia biarkan begitu saja. tangannya menepuk-nepuk belakang tubuhnya yang sedikit kotor. Fara me
Tidak ada yang Daryn katakan atau lakukan selain hanya membiarkan Fara dalam pelukannya sampai gadis itu merasa lebih tenang barulah menarik diri dari pelukan. "Maaf," ucap Fara pelan. Kepala Daryn menggeleng. Fara mengusap pipinya yang sedikit basah dengan punggung tangannya sementara Daryn memperhatikannya. tangannya tiba-tiba terulur ketika di lihatnya setetes air mata di pipi gadis itu dan berniat untuk menghapusnya. Melihaat gaadiss itu menangiss, rasanyaa hati Daryn taak keruan. Dalam hati masih ada pertanyaan apa yang menjadi penyebabnya? Tadi mereka tengah bercanda tapi tiba-tiba terjadi tangisan. "Kau baik-baik saja?" tanya Daryn. Hanya anggukan kepala yang Fara lakukan sebagai jawaban. Hati gadis itu masih terasa sakit mengingat kembali masa lalu yang sesungguhnya amat sangat ingin Fara lupakan. "Aku sudah tidak apa-apa. Maaf, ini rasanya memalukan sekali," kata Fara."Apa yang memalukan? Biasa saja. Tidak apa-apa bila di depan aku, asalkan jangan di depan apalagi di
Hujan deras mengguyur bumi membuat udara terasa dingin tapi menciptakan kehangatan di antara mereka yang tengah berkumpul. Daryn membebaskan para pengawal untuk melakukan apa pun supaya mereka tidak bosan. Ada sebuah ruangan di belakang rumah itu jadi para pengawal berada di sana untuk istirahat sedangkan Daryn masih menemani Delvin nonton kartun.Fara bergabung tak lama kemudian bersama mereka, Delvin beringsut ke dekatnya sebelum kedahului sang ayah. Anak itu sepertinya paham sikap aneh ayahnya yang menempel pada sang dokter.Jam menunjukan pukul satu siang, itu sudah waktunya makan siang tapi karena mereka terlalu asyik menonton sambil sesekali tertawa jadi tidak sadar waktu berlalu.“Delvin kamu suka makan apa?” tanya Fara.“Apa saja, kecuali ikan dan kacang,” jawab anak itu polos.“On tentu. Suka telur atau daging bukan?”“Ya, suka. Apalagi daging ayam kripsi,” katanya.Fara tersenyum.“Aku akan masak. Di dapur ada bahannya. Tunggu sebentar, ya.”Delvin hanya mengangguk saja kare
Daryn masih asyik bermain game di ponselnya sementara Fara serta anaknya masih tidur siang. Hujan masih turun tapi tak begitu lebat, hanya saja udara kian dingin menjelang sore.Setelah bosan bermain game, tidur pun tidak bisa meski sudah berusaha untuk tidur lagi karena Daryn sempat tertidur tadi sebelum makan siang. Pria itu akhirnya memilih membuka ponselnya lagi dan membaca artikel yang muncul.Sesekali Daryn menghela napas saat membaca artikel yang membuat kabar tentang Fara dan dirinya yang dituduh berselingkuh sementar Daryn memiliki kekasih yaitu Sandra.“Siapakah sebenarnya gadis yang dikatakan perebut itu? Kabarnya dia seorang dokter anak kompeten, tetapi tidak diketahui apa niatnya.” Daryn membaca beberapa kalimat di artikel tersebut dan berdecih pelan.“Itu tidak benar. Ini sampah!” umpatnya marah tapi tidak bisa membanting ponselnya karena masih butuh.Daryn mencari sesuatu yang setidaknya memberikan komentar positif atau sebagainya. Hampir semua artikel memojokkan Fara.
Masih menatap Daryn dengan penuh kemarahan, Sandra berteriak agar melepaskan penjagaan supaya bisa menghampiri pria itu dengan leluasa. Namun sepertinya percuma, Daryn tak akan mengizinkannya.“Kenapa kau bersikap begitu? Apa yang kau pikirkan sehingga hidup orang lain kau hancurkan,” kata Brian tak mempedulikan protes Sandra.Mendengar apa yang pria itu katakan, Sandra mulai berhenti tapi tetap menatap Daryn dengan tajam.“Kau ingin tahu alasannya, hah?” Sandra membalas.Daryn menatap Sandra dengan sorot yang serius.“Bukankah sudah aku bilang, itu karena kau. Seandainya kau tidak datang padanya, aku tak akan melakukan hal itu,” kata Sandra.“Jadi kau memang sengaja melakukan itu?”“Memangnya kenapa? Kau tak senang, bukan? kalau begitu, kenapa kau tak bicara denganku?”“Apa gunanya? Kau tak akan berhenti menganggunya, bukan? Sampai kau puas. Jadi aku tak akan membiarkannya.”“Itu sebabnya kau begitu melindunginya? Jangan bilang kau mencintai gadis itu, hah?” Sandra tersenyum miring,
“Ibu ke mana?” tanya Fara ketika menjelajahi rumah besar itu tapi tak menemukan sang nyonya rumah.Daryn yang tengah duduk di sofa sambil menunggu makan malam siap menoleh pada gadis itu.“Ada urusan, nanti juga kembali,” jawab Daryn lalu fokus pada tablet di tangannya.“Oh, begitu. Apakah biasanya lama?” tanya Fara lagi sambil mengambil posisi duduk di sofa tak jauh dari pria itu.Sesaat Daryn terdiam seperti tengah berpikir apakah ibunya pergi lama atau tidak.“Paling lama tiga hari, paling sebentar sampai malam nanti,” kata Daryn menjawab Fara dengan santai.Fara menganggukkan kepalanya berusaha untuk tidak ikut campur urusan Dennda atau Daryn. Setiap orang punya urusannya sendiri yang tak harus selalu dibagikan.Delvin tengah di kamarnya entah sedang apa. Jam menunjukan pukul enam petang. Daryn mengatakan Delvin biasa mengurung diri di kamar pada jam seperti itu, nanti anak itu akan keluar dengan sendirinya entah akan membawa apa.Meski Daryn menyuruhnya untuk tak khawatir karena
“Delvin, apa maksudnya dengan Mama?” tanya Daryn.Anak itu menoleh pada sang ayah lantas tersenyum dan melirik Fara.“Aku ingin punya Mama, dan aku suka Dokter Fara,” kata anak itu dengan nada bicaranya yang khas.Baik Daryn maupun Fara, sama-sama terkejut mendengar apa yang anak itu katakan. Fara bahkan menelan ludahnya ketika pikirannya mencerna sedikit lambat.“Jadi aku menggambar ini,” lanjut Delvin sambil memandangi gambar yang dia buat sendiri itu. Senyum lebar mengiasi wajahnya yang bahagia.Apa yang mesti Fara lakukan? Tidak mungkin bukan Fara menghancurkan harapan anak itu yang tampaknya merindukan kehadiran sosok ibu di hidupnya, di usia yang masih belia itu. Fara melirik Daryn sekali lagi memastikan bagaimana respon pria itu.Sama. Daryn pun terdiam, tak berkata, bungkam seribu bahasa. Sebagai ayah, tentu saja hati Daryn sakit mendengarnya. Bukan karena tak mau menghadirkan sosok ibu yang sangat Delvin inginkan, tapi Daryn tidak bisa asal memilih istri untuk menjadi ibu bag
Terlalu lama Fara diam, akhirnya Daryn gemas juga.“Apa? Ada apa, sih, Far? Kau membuat aku jadi penasaran,” kata Daryn akhirnya.Mata Fara mengerjap, terkejut juga karena malah melamun.“Oh, tidak. Tidak jadi,” kata gadis itu.“Ish. Kau membuat aku jadi semakin penasaran saja, Fara. Ada apa? Katakan padaku,” timpal Daryn bahkan memaksa gadis itu untuk mengatakan apa yang ingin Fara katakan sebelumnya.“Tidak jadi. Bukan apa-apa,” kilah Fara. Sepertinya masih ragu untuk membicarakan hal itu dengan Daryn.“Ayolah.” Daryn mendesah kesal sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Ada apa? Ayo katakan padaku, atau aku akan terus memintamu untuk mengatakannya,” kata Daryn tak ingin menyerah.Fara menatap Daryn tajam, dan membuang napas kasar.“Aku bilang tidak jadi. Kenapa kau ngotot sekali?” balas Fara. Tapi entah bagaimana tubuhnya tak juga beranjak dari sana.Atau mungkin Fara juga penasaran sama seperti Daryn.Kira-kira siapakah foto dalam bingkai di kamar Delvin itu?Melihat Fara dia
Setelah makan malam itu Fara menemani Delvin hingga tidur sedangkan Daryn kembali sibuk dengan tabletnya di lantai dua, duduk di sofa dengan nyaman. Pria itu sudah mengganti bajunya dengan piaya tidur.“Delvin sudah tidur?” tanya Daryn tanpa mengalihkan perhatian dari tabletnya.“Ya, sudah,” sahut Fara berjalan pelan ke kamarnya. Gadis itu tampak mengantuk.Tidak ada yang bicara sampai Fara berdiri di depan pintu kamarnya dan hendak membuka pintu itu tapi pikirannya tertuju pada Daryn.“Kenapa?”Rupanya Daryn menyadari Fara yang berhenti di depan itu.“Tidak ada. Aku hanya teringat sesuatu. Selamat malam,” ucap gadis itu lantas masuk ke kamarnya.Tapi Fara bersandar di balik pintu kamarnya, pikirannya tertuju ke suatu tempat di kamar Delvin ketika meninabobokan anak itu.Ada beberapa pigura di kamar anak itu. Yang besar tergantung di dinding, hanya Delvin, Daryn dan sang nenek yaitu Dennda. Sedangkan di pigura kecil di atas meja, terdapat sebuah foto yang terdiri dengan beberapa orang
“Delvin, apa maksudnya dengan Mama?” tanya Daryn.Anak itu menoleh pada sang ayah lantas tersenyum dan melirik Fara.“Aku ingin punya Mama, dan aku suka Dokter Fara,” kata anak itu dengan nada bicaranya yang khas.Baik Daryn maupun Fara, sama-sama terkejut mendengar apa yang anak itu katakan. Fara bahkan menelan ludahnya ketika pikirannya mencerna sedikit lambat.“Jadi aku menggambar ini,” lanjut Delvin sambil memandangi gambar yang dia buat sendiri itu. Senyum lebar mengiasi wajahnya yang bahagia.Apa yang mesti Fara lakukan? Tidak mungkin bukan Fara menghancurkan harapan anak itu yang tampaknya merindukan kehadiran sosok ibu di hidupnya, di usia yang masih belia itu. Fara melirik Daryn sekali lagi memastikan bagaimana respon pria itu.Sama. Daryn pun terdiam, tak berkata, bungkam seribu bahasa. Sebagai ayah, tentu saja hati Daryn sakit mendengarnya. Bukan karena tak mau menghadirkan sosok ibu yang sangat Delvin inginkan, tapi Daryn tidak bisa asal memilih istri untuk menjadi ibu bag
“Ibu ke mana?” tanya Fara ketika menjelajahi rumah besar itu tapi tak menemukan sang nyonya rumah.Daryn yang tengah duduk di sofa sambil menunggu makan malam siap menoleh pada gadis itu.“Ada urusan, nanti juga kembali,” jawab Daryn lalu fokus pada tablet di tangannya.“Oh, begitu. Apakah biasanya lama?” tanya Fara lagi sambil mengambil posisi duduk di sofa tak jauh dari pria itu.Sesaat Daryn terdiam seperti tengah berpikir apakah ibunya pergi lama atau tidak.“Paling lama tiga hari, paling sebentar sampai malam nanti,” kata Daryn menjawab Fara dengan santai.Fara menganggukkan kepalanya berusaha untuk tidak ikut campur urusan Dennda atau Daryn. Setiap orang punya urusannya sendiri yang tak harus selalu dibagikan.Delvin tengah di kamarnya entah sedang apa. Jam menunjukan pukul enam petang. Daryn mengatakan Delvin biasa mengurung diri di kamar pada jam seperti itu, nanti anak itu akan keluar dengan sendirinya entah akan membawa apa.Meski Daryn menyuruhnya untuk tak khawatir karena
Masih menatap Daryn dengan penuh kemarahan, Sandra berteriak agar melepaskan penjagaan supaya bisa menghampiri pria itu dengan leluasa. Namun sepertinya percuma, Daryn tak akan mengizinkannya.“Kenapa kau bersikap begitu? Apa yang kau pikirkan sehingga hidup orang lain kau hancurkan,” kata Brian tak mempedulikan protes Sandra.Mendengar apa yang pria itu katakan, Sandra mulai berhenti tapi tetap menatap Daryn dengan tajam.“Kau ingin tahu alasannya, hah?” Sandra membalas.Daryn menatap Sandra dengan sorot yang serius.“Bukankah sudah aku bilang, itu karena kau. Seandainya kau tidak datang padanya, aku tak akan melakukan hal itu,” kata Sandra.“Jadi kau memang sengaja melakukan itu?”“Memangnya kenapa? Kau tak senang, bukan? kalau begitu, kenapa kau tak bicara denganku?”“Apa gunanya? Kau tak akan berhenti menganggunya, bukan? Sampai kau puas. Jadi aku tak akan membiarkannya.”“Itu sebabnya kau begitu melindunginya? Jangan bilang kau mencintai gadis itu, hah?” Sandra tersenyum miring,
Daryn masih asyik bermain game di ponselnya sementara Fara serta anaknya masih tidur siang. Hujan masih turun tapi tak begitu lebat, hanya saja udara kian dingin menjelang sore.Setelah bosan bermain game, tidur pun tidak bisa meski sudah berusaha untuk tidur lagi karena Daryn sempat tertidur tadi sebelum makan siang. Pria itu akhirnya memilih membuka ponselnya lagi dan membaca artikel yang muncul.Sesekali Daryn menghela napas saat membaca artikel yang membuat kabar tentang Fara dan dirinya yang dituduh berselingkuh sementar Daryn memiliki kekasih yaitu Sandra.“Siapakah sebenarnya gadis yang dikatakan perebut itu? Kabarnya dia seorang dokter anak kompeten, tetapi tidak diketahui apa niatnya.” Daryn membaca beberapa kalimat di artikel tersebut dan berdecih pelan.“Itu tidak benar. Ini sampah!” umpatnya marah tapi tidak bisa membanting ponselnya karena masih butuh.Daryn mencari sesuatu yang setidaknya memberikan komentar positif atau sebagainya. Hampir semua artikel memojokkan Fara.
Hujan deras mengguyur bumi membuat udara terasa dingin tapi menciptakan kehangatan di antara mereka yang tengah berkumpul. Daryn membebaskan para pengawal untuk melakukan apa pun supaya mereka tidak bosan. Ada sebuah ruangan di belakang rumah itu jadi para pengawal berada di sana untuk istirahat sedangkan Daryn masih menemani Delvin nonton kartun.Fara bergabung tak lama kemudian bersama mereka, Delvin beringsut ke dekatnya sebelum kedahului sang ayah. Anak itu sepertinya paham sikap aneh ayahnya yang menempel pada sang dokter.Jam menunjukan pukul satu siang, itu sudah waktunya makan siang tapi karena mereka terlalu asyik menonton sambil sesekali tertawa jadi tidak sadar waktu berlalu.“Delvin kamu suka makan apa?” tanya Fara.“Apa saja, kecuali ikan dan kacang,” jawab anak itu polos.“On tentu. Suka telur atau daging bukan?”“Ya, suka. Apalagi daging ayam kripsi,” katanya.Fara tersenyum.“Aku akan masak. Di dapur ada bahannya. Tunggu sebentar, ya.”Delvin hanya mengangguk saja kare
Tidak ada yang Daryn katakan atau lakukan selain hanya membiarkan Fara dalam pelukannya sampai gadis itu merasa lebih tenang barulah menarik diri dari pelukan. "Maaf," ucap Fara pelan. Kepala Daryn menggeleng. Fara mengusap pipinya yang sedikit basah dengan punggung tangannya sementara Daryn memperhatikannya. tangannya tiba-tiba terulur ketika di lihatnya setetes air mata di pipi gadis itu dan berniat untuk menghapusnya. Melihaat gaadiss itu menangiss, rasanyaa hati Daryn taak keruan. Dalam hati masih ada pertanyaan apa yang menjadi penyebabnya? Tadi mereka tengah bercanda tapi tiba-tiba terjadi tangisan. "Kau baik-baik saja?" tanya Daryn. Hanya anggukan kepala yang Fara lakukan sebagai jawaban. Hati gadis itu masih terasa sakit mengingat kembali masa lalu yang sesungguhnya amat sangat ingin Fara lupakan. "Aku sudah tidak apa-apa. Maaf, ini rasanya memalukan sekali," kata Fara."Apa yang memalukan? Biasa saja. Tidak apa-apa bila di depan aku, asalkan jangan di depan apalagi di
Masih butuh waktu bagi Fara mengembalikan moodnya yang jelek karena kekacauan yang terjadi tadi pagi. Dia memasukan kakinya di kolam renang dan memainkannya sehingga air terciprat. Daryn hanya memperhatikannya dari belakang, duduk di kursi santai tak jauh dari gadis itu.“Kau seperti anak kecil saja,” komentar Daryn.“Biarlah. Aku dokter anak jadi tahu bagaimana bermain seperti anak kecil,” balas Fara ketus.“Ck!” Daryn berdecak mendengar tanggapan Fara.Membiarkan gadis itu dengan keasyikannya sendiri, Daryn memilih membaringkan dirinya di kursi santai dan memejamkan mata. Dia pikir Fara tidak akan kabur begitu saja meski tidak Daryn awasi. Lagi pula gadis itu bukan anak kecil, tapi dokter anak kecil.Bermain-main dengan air, sesekali Fara tersenyum. Dia sangat suka air layaknya anak kecil. Sampai beberapa menit setelahnya dia mengangkat kakinya ke tepi kolam dan berdiri. Kakinya yang basah dia biarkan begitu saja. tangannya menepuk-nepuk belakang tubuhnya yang sedikit kotor. Fara me