"Jeff, Kamu juga tahu aku adalah korban di malam itu, Kenapa kamu tidak bisa memahamiku? Aku sangat terluka dan sedih. Aku tidak sengaja dan bukan mengkhianatimu. Chris juga tidak bersalah. dia tidak tahu siapa ayah kandungnya. yang dia butuhkan adalah kasih sayang darimu," ucap Viyone.
"Aku tahu kamu tidak bersalah! Tapi, aku telah melakukan yang terbaik. Perasaanku terhadapmu semakin pudar setelah kamu melahirkan Chris. Aku memilih tetap diam agar keluarga kita tetap bahagia. Oleh sebab itu aku ingin kamu melahirkan anak untukku. Setelah anak ini dilahirkan aku tetap akan membiayai hidupmu dan Chris. Hanya satu yang aku minta. Jangan melarang hubunganku dengan Meliza. Aku akan menikahinya dalam waktu dekat!" kata Jeff dengan nada tegas.
Bagaikan disambar petir setelah mendengar pengakuan suaminya yang dia cintai, Viyone semakin lemas dan tak berdaya. Hanya bisa menerima kenyataan yang telah menyayat hatinya sehingga hancur berkeping-keping.
Jeff yang tidak peduli dengan istrinya, Ia pun masuk ke kamar hotel itu bersama selingkuhannya. Sementara Viyone hanya bisa melihat dengan mata sendiri sang suaminya memilih lebih bersama wanita itu.
Chris mencari keberadaan ibunya hingga ke setiap lantai, Anak itu kemudian menghentikan langkahnya dan melihat ibunya yang berdiri diam di depan salah satu kamar hotel.
"Mama," seru Chris yang berlari menuju ke arah Viyone yang mematung di sana.
Viyone menatap putra kesayangannya dengan air mata yag mengalir deras.
"Chris, kenapa kamu ada di sini?" tanya Viyone.
"Mama kenapa menangis? Apakah papa menyakiti Mama? di mana papa, Ma?" tanya Chris yang melirik sekitaran lorongan itu.
"Chris, Papamu sudah berubah, Mama tidak berguna karena tidak bisa memberimu keluarga yang penuh kasih sayang. Sehingga kamu sering terluka karena kesalahan mama," ucap Viyone.
"Mama jangan menyalahkan diri sendiri, Chris yang tidak baik sehingga papa sering marah. Bukan salah Mama dan papa. Chris berjanji akan berubah lebih baik lagi. Agar papa tidak marah dan sering pulang," kata Chris yang memegang tangan ibunya.
Viyone menatap sedih pada putranya yang tidak tahu alasan Jeff yang begitu membencinya.
"Chris, Maafkan mama karena menyembunyikan kebenarannya. Seharusnya saat itu mama tidak memilih melahirkanmu sehingga kamu harus menderita," batin Viyone.
Viyone melangkah keluar dari hotel dengan wajah pucat. Viyone mengepal tangannya, merasakan hatinya yang sangat terluka. Air matanya mengalir deras, tak mampu ditahan lagi. Suaminya, dengan tega memilih bersenang-senang dengan wanita lain di hadapannya.
"Kamu akan menikahinya, walau aku sedang mengandung anakmu? Kenapa kamu begitu kejam padaku? Aku telah berusaha menjadi istri yang baik. Tapi tetap gagal mendapatkan perhatianmu," gumam Viyone dalam hati, berjalan dengan langkah lemas dan hancur.
Tangisan pilu Viyone menembus langit malam saat ia mencoba menuruni anak tangga di teras hotel. Di tengah kesedihan yang menghancurkan, kakinya yang gemetar akhirnya terpeleset, membuatnya jatuh dengan posisi telungkup. Rasa sakit yang luar biasa mendera perutnya, yang seolah-olah mengiris-ngiris hatinya yang sudah penuh luka. Wajah Viyone memucat, matanya terbelalak lebar menahan sakit yang tak terkira. Dari bagian bawah tubuhnya mengalir deras darah, menciptakan genangan merah yang semakin membesar. Dalam kesakitan yang mengerikan, ia tak mampu mengeluarkan suara, bahkan sekadar berteriak meminta tolong.
"Mama...," teriak Chris yang berlari mendekati Viyone, wajahnya penuh kekhawatiran.
Tangisannya semakin menjadi-jadi saat ia melihat kondisi sang ibu yang tergeletak tak berdaya di luar hotel.
"Paman, tolong selamatkan mama dan adikku!" teriak Chris pada staf hotel yang baru saja keluar dari ruangan, terkejut mendengar keributan di luar. Mereka langsung bergegas mendekati Viyone, berusaha membantunya bangkit dan menenangkan Chris yang terisak-isak.
"Adik, di mana papamu?" tanya Staf itu.
"Papa ada di hotel ini bersama wanita lain, dia tidak peduli dengan mama!" jawab Chris yang sedang terisak." Paman, tolong antarkan mamaku ke rumah sakit. Aku ingin pergi panggil papa!" kata Chris yang langsung berlari dengan cepat menuju ke dalam hotel.
"Mari kita antar ke rumah sakit dulu!" ujar Staf dokter pada temannya.
Chris berlari kembali ke lantai tempat ia menemukan ibunya tadi, tubuhnya gemetar dan wajahnya memerah karena menangis dan ketakutan. Ia berusaha menahan isakannya sambil mengetuk semua pintu kamar yang ada di lantai tersebut, berharap menemukan Jeff, ayahnya.
"Papa, keluar! Mama terjatuh dan keluar banyak darah. Papa, tolong keluar dan ikut aku ke rumah sakit!" teriak Chris dengan suara parau, tangannya terus mengetuk pintu dengan keras.
Akhirnya, salah satu kamar terbuka dan Jeff muncul dengan ekspresi terkejut. "Apa yang kamu katakan tadi?" teriak Jeff dengan nada tinggi, wajahnya nampak pucat dan matanya terbelalak.
Chris menarik nafas dalam-dalam sebelum mengulangi kata-katanya. "Papa, mama terjatuh dan berdarah. Kita harus segera bawa dia ke rumah sakit!" kata Chris dengan suara gemetar, matanya memohon agar Jeff segera mengikuti langkahnya.
Jeff yang penuh emosi, ia pun menarik krah baju anaknya itu," Apa yang kau lakukan di sini, Ha? Seharusnya kau menjaga ibumu dengan baik. Kalau terjadi sesuatu pada anakku. Aku tidak akan melepaskanmu!" bentak Jeff yang mendorong tubuh mungil anak itu hingga terkapar. Ia kemudian pergi dengan langkah cepat dan cemas bayi dalam kandungan istrinya.
Sementara Chris, semakin terluka dengan ucapan ayahnya itu. Anak itu berdiri dan kemudian mengejar ayahnya sambil menyeka air matanya.
"Papa...Papa...," teriak Chris sambil menangis histeris dan kemudian tersungkur. Tubuh mungil anak itu terhempas ke aspal dan kesakitan.
Jeff sama sekali tidak peduli saat melihat ke belakang dan mendapati anak itu terjatuh. Sifat pria itu membuat Chris semakin terluka dan putus asa.
Setelah Jeff masuk ke mobil, ia ingin pergi begitu saja. Chris berlari sekuat tenaga, mengejar mobil yang mulai melaju dengan cepat. "Papa, aku akan ikut denganmu!" pintanya dengan suara yang penuh harap. ia menarik lengan Jeff yang sedang mengemudi. Namun, Jeff, ayahnya, tak menunjukkan belas kasihan. Ia menarik tangan Chris dengan kasar, membuat anak kecil itu jatuh ke jalan. "Pergi dari sini, dasar anak pembawa sial!" bentak Jeff dengan wajah memerah. Bentakan itu seolah menusuk jantung Chris yang baru berusia lima tahun. Ia tak mengerti, apa yang telah ia lakukan hingga ayahnya begitu membencinya. Tak peduli dengan air mata yang membasahi pipi Chris, Jeff langsung menginjak pedal gas mobilnya, meninggalkan anaknya terkapar di sana. Ia sama sekali tidak mencemaskan kondisi anak itu. Chris merasa tercabik-cabik, hatinya hancur berkeping-keping. Tak bisa ia menahan isak tangisnya yang pecah. "Aku bersalah karena tidak melindungi mama," gumam Chris terisak, merasa bahwa semua
Chris mengeleng kepalanya dan mengabaikan Vic," Aku pergi dulu!" pamit Chris yang melangkah pergi.Vic masih menatap Chris yang berjalan semakin jauh darinya. "Alis, mata, bibir, hidung dan wajah, kenapa mirip dengan papa?" tanya Vic pada diri sendiri. Dokter kandungan yang menangani Viyone keluar dari ruangan dengan wajah murung dan langkah berat. Jeff yang sudah menunggu di luar segera mendekatinya, wajahnya pucat dan penuh kecemasan. "Dokter, bagaimana dengan bayinya?" tanya Jeff dengan suara gemetar. Hatinya hanya peduli dengan anak yang seharusnya menjadi darah dagingnya. "Maaf, bayinya tidak berhasil diselamatkan," kata dokter itu dengan nada sedih. "Sementara istri Anda sangat lemah karena kehilangan banyak darah. Kami hampir gagal menyelamatkannya." Mendengar kabar itu, Jeff merasa seolah dunia runtuh di hadapannya. "Anakku meninggal? Kenapa bisa gagal? Kalau kamu bisa selamatkan ibunya, kenapa tidak bisa selamatkan anakku?" tanya Jeff dengan nada tinggi, emosi yang ta
Viyone terbaring lemah di atas ranjang dengan wajah pucat pasi. Chris duduk di samping tempat tidur, menatap sedih pada ibunya yang masih belum sadarkan diri. Ia memandang perut ibunya yang sudah kempis, rasa sedih dan penyesalan semakin menyelimuti hatinya. "Adik, Kakak gagal melindungimu dan mama. Sehingga kami tidak bisa datang ke dunia ini," ucap Chris terbata, menahan isak tangis yang mulai menggumpal di kerongkongannya. Chris kemudian mengeluarkan tasnya dan membuka laptop. Ia bersumpah dalam hati untuk mengubah nasib keluarganya. "Aku harus mencari uang untuk mama, kalau papa tidak membiayai mama lagi. Setidaknya aku masih ada uang," gumam Chris sambil mengutak-atik laptopnya dengan penuh semangat. Tetesan air mata Chris jatuh ke layar laptop, namun ia tak peduli. Fokusnya hanya satu, yaitu mengumpulkan uang agar dapat menghidupi ibunya. Tidak tahu dengan cara apa anak 5 tahun itu menghasilkan uang dari laptop yang dia miliki. Ia duduk di lantai dan menyandarkan diri ke temb
"Elvis, kamu keluar dulu!" titah Wilson."Iya, Tuan," jawab Elvis dengan patuh dan meninggalkan ruangan itu.Vic masih sedang menunggu jawaban dari ayahnya itu," Aku sedang menunggu penjelasan Papa. Papa berhutang satu jawaban denganku!" Wilson tersenyum dan menjawab," Papa tidak bermain dengan wanita lain. Kamu jangan mulai bicara yang tidak masuk akal. Kembali ke kamarmu dan belajar menulis dan membaca!""Aku tidak mau belajar, Aku sudah pintar. Belajar hanya membuang waktuku saja. Setelah dewasa aku akan menjadi mafia tampan dan hebat?" jawab Vic dengan membanggakan dirinya."Jangan membantah perintah, Papa! Pergi kembali ke kamarmu!" kata Wilson dengan nada tegas.Vic melirik tajam pada ayahnya," Papa, Lalu kapan kita bertemu dengan mama?" tanyanya."Papa sedang meminta paman Elvis menyelidiki tempat tinggalnya. Mamamu sudah pindah dan kita butuh sedikit waktu," jawab Wilson yang beralih fokus pada layar laptopnya setelah melihat banyak foto-foto unik yang tampil di sana."Iya,
Jeff yang tinggal bersama Meliza di sebuah rumah mewah, Ia menghabiskan beberapa gelas minuman keras. Rasa kecewa dan putus asa setelah kehilangan darah dagingnya yang telah usia 8 bulan dalam kandungan."Jeff, Jangan terlalu sedih! Kita masih muda dan akan memiliki anak juga. Kenapa kamu harus terpuruk hanya karena wanita itu. Semua karena kelalaian dia yang suka ikut campur urusanmu," ujar Meliza.Jeff mengusap wajahnya dan berkata," Kami menikah selama enam tahun dan selama ini aku berharap bisa memiliki seorang anak. Kami menunggu kelahiran anak ini. Tapi, pada akhirnya aku harus kehilangan."Meliza sengaja memprovokasi pria itu yang sedang putus asa," Jangan terlalu sedih. Kamu masih ada aku. Lupakan saja dia. Sekarang kamu tidak ada alasan lagi untuk bersamanya. Anakmu sudah meninggal karena dia. Mungkin saja dia sengaja ingin membunuh anakmu agar bisa membalas dendam karena kita diketahui bersama."Jeff mengepal tinjunya dan menahan emosi, Ia termakan hasutan wanita itu."Perca
"Akhirnya kamu mengatakan yang sebenarnya, Jeff Hamilton, saat itu aku tidak memaksamu menikahiku. Kamu berjanji akan setia padaku. Aku sudah mengatakannya jika suatu saat kamu berubah tolong beritahu aku. Jangan menyakitiku seperti ini. Tapi, apa yang kamu janjikan...Kamu memberiku janji tidak akan ada wanita lain yang akan muncul dalam hubungan kita," ujar Viyone."Saat itu aku merasa sangat kejam kalau aku meninggalkanmu, Padahal dalam hatiku merasa jijik. Apa lagi setelah aku mendapati kamu mengandung darah daging pria itu. Aku tetap berusaha bersabar walau pun aku tidak bisa menerimanya," ujar Jeff.Vivian mengeluarkan air mata dan betapa sakit hatinya setelah mendengar ungkapan suaminya yang dia cintai selama ini."Kau tahu aku adalah korban, Kejadian itu bukan aku yang menginginkannya. Aku disekap dan dibawa ke kamar hotel oleh orang yang aku tidak kenal. Aku berusaha melawan tapi aku tidak berdaya. Aku sangat sakit dan malu. Kamu merasa aku jijik? Aku juga merasakan diriku sud
"Hatiku sakit sekali, Papa sangat tega pada kami. Bagaimana mungkin dia mengucapkan kata-kata yang begitu menyakitkan, seolah kami tak berarti baginya?" batin Chris dengan perasaan yang hancur berkeping-keping. Ia berusaha menguatkan diri, namun tangisnya semakin sulit untuk diredam, begitu pula perasaan sakit hati yang kian menggelayuti dirinya.Viyone menepuk dadanya yang serasa sesak dan sakit, Ia menangis tanpa berhenti. Tanpa dia sadari tangisannya telah didengar oleh putranya yang di luar kamar.***Elvis memasuki Mansion Zavierson dengan langkah cepat, wajahnya tampak tegang. Dia segera mencari bosnya, Wilson, yang sedang duduk di ruang tamu sambil membaca koran. Begitu melihat Elvis, Wilson langsung menutup korannya dan menatap asistennya dengan pandangan tajam. "Bos, Alamat mereka sulit ditemukan. Setelah pindah, alamat rumah mereka tidak ada yang tahu. Tetangga lama mereka sama sekali tidak tahu mereka pindah kemana," kata Elvis. Wilson mengepal tangannya, rasa frustrasi m
Di gedung tinggi itu, suasana tegang menyelimuti ruangan pertemuan antar geng mafia. Para bos dari berbagai negara berkumpul, berpenampilan serba hitam dan raut wajah kejam mereka terlihat jelas. Mereka duduk di seputar meja bundar yang dipenuhi dengan makanan dan minuman favorit mereka, menunjukkan kemewahan dan kekuasaan yang mereka miliki. Namun, suasana semakin tegang ketika mobil mewah berwarna hitam yang membawa Wilson Zavierson, Pemimpin Mafia Dragon, tiba di depan gedung. Diiringi beberapa mobil lain yang membawa anggota geng kepercayaannya, Wilson dan Vic melangkah keluar dari mobil dengan percaya diri.Anggota geng lainnya mengikuti langkahnya, membentuk barisan yang membuat mereka terlihat semakin kuat dan menakutkan. Begitu Wilson memasuki ruangan, tatapan dari para bos mafia langsung fokus ke arahnya. Wilson juga ditemani oleh 4 pengawal andalan yang selalu mengikutinya kemana pun. Mereka adalah Nick, Steven, Mike, Ethan. Wilson Zavierson, seorang pemimpin mafia, berjal
Matahari pagi bersinar cerah di langit kota San Fransisco, menandakan awal dari hari baru. Chris dan Vic, si kembar yang baru saja pindah ke kota ini bersama keluarga mereka, bersiap untuk menghadapi hari pertama mereka di sekolah baru. Mereka berdua tidak sabar untuk menjelajahi dunia baru mereka, mengejar cita-cita mereka, dan berteman dengan orang-orang baru. Di sisi lain, Wilson, ayah mereka, merasa lega bisa kembali ke San Fransisco bersama keluarganya. Ia ingin anak-anaknya tumbuh dalam lingkungan yang baik dan mendapatkan pendidikan terbaik. Oleh karena itu, ia mendaftarkan Chris dan Vic ke sekolah yang terbaik di kota ini. Hari demi hari berlalu, Chris dan Vic mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka. Mereka giat belajar, dan mereka berhasil menjalin persahabatan yang erat dengan teman-teman sekelas mereka. Selain itu, mereka juga berlatih memanah setelah pulang sekolah. Nick dan Ethan, pelatih memanah yang juga bekerja di Markas Dragon, mengajari mereka dengan p
Beberapa bulan telah berlalu sejak Wilson terpilih sebagai pemimpin mafia di seluruh dunia. Kini, ia mengundang para ketua mafia dari berbagai negara untuk berkumpul dalam sebuah perjamuan mewah. Viyone dan kedua putranya yang kini telah menjadi bagian dari organisasi tersebut, juga ikut hadir dan memperkenalkan diri mereka. Chris dan Vic, putra-putra Wilson yang menjadi calon penerus, diwajibkan hadir dalam acara penting tersebut. Di sebuah ruangan mewah dengan pencahayaan yang temaram, suara gelas beradu satu sama lain menggema di seluruh ruangan. Para mafia, yang mengenakan setelan jas hitam rapi, tampak saling bersulang dengan anggur merah di tangan mereka. Tawa dan candaan terdengar di antara mereka, menciptakan suasana yang damai dan harmonis, seolah melupakan sisi gelap kehidupan yang mereka jalani. Wilson, yang duduk di ujung meja dengan kursi yang lebih besar dan mewah, menjadi pusat perhatian para mafia. Ia tersenyum lebar, menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi sebagai
Wilson memandang Markus dengan tatapan dingin sambil melepaskan tembakan."Aahh!" jeritan Markus yang kesakitan terdengar ketika dua tembakan menembus lututnya. Darah keluar mengotori lantai restoran, namun suara pistol yang digunakan oleh Wilson tidak mengeluarkan suara, sehingga tidak mengejutkan pengunjung lainnya.Markus terduduk, berusaha menahan sakit. "Kau...," ujarnya terhenti, menahan rasa sakit yang menyiksa.Wilson mendekat, matanya penuh kebencian yang telah terkubur selama bertahun-tahun. "Putraku telah menyadarkan aku. Aku telah menderita akibat dendam. Kematian kedua orang tuaku adalah sesuatu yang tidak bisa aku lupakan. Aku membiarkanmu hidup supaya kamu menjalani sisa hidupmu dengan penuh penderitaan. Semua anggotamu sudah ditahan oleh orang-orangku. Jangan berharap ada yang bisa menyelamatkanmu."Markus mengerang, keringat dingin membasahi wajahnya. "Kau menggunakan cara ini untuk menyiksaku," ujarnya dengan napas terengah-engah."Aku dan Viyone adalah korbanmu. Dua
"Untuk apa kau memberitahu aku semua ini?" tanya Markus dengan nada marah dan bingung, tatapannya tajam menelusuri setiap gerakan Wilson. "Aku hanya ingin kamu sadar, Sifatmu, yang selalu dianggap tidak peduli, justru dikalahkan oleh seorang anak lima tahun. Dia tahu caranya menyayangi keluarganya. Dia tahu cara menghargai siapapun. Sedangkan dirimu, Markus, ambisimu begitu tinggi sehingga kamu tidak peduli pada orang di sekitarmu. Contohnya adalah istri dan putrimu sendiri. Mereka harus menderita karena keegoisanmu. Dan kini, semua penyesalan itu tidak akan ada gunanya," ucap Wilson dengan suara tegas namun penuh dengan kepedihan.Markus terdiam, kata-kata Wilson menghantamnya seperti palu godam. Ingatan-ingatan tentang istri dan putrinya yang tersisih oleh ambisinya sendiri mulai menghantui pikirannya.FlashbackSehari sebelum Chris dan Vic diculik, suasana di rumah Wilson sangat tegang. Wilson duduk di meja makan bersama istri dan kedua anaknya, membicarakan sesuatu yang sangat se
Dalam perjalanan menuju restoran, kelompok Markus mengalami hambatan serius ketika mereka dihadang oleh anggota kelompok Wilson. Sejumlah mobil diparkir strategis di tengah jalan, menghalangi perjalanan mereka dan menciptakan situasi tegang. Nick, pemimpin kelompok Wilson, berdiri di sana dengan tenang, namun penuh kewaspadaan, sambil memegang senapannya dengan erat. Nick, bersama teman-temannya, dengan cepat menodongkan senjata masing-masing ke arah anggota kelompok Markus. Anggota kelompok Markus, yang tidak menyangka akan dihadang, tampak waspada dan bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk."Gawat! Mereka sudah merencanakan dari awal. Bagaimana dengan bos kita?" tanya salah satu anggota Markus yang di dalam mobil.Para anggota Markus keluar dari mobil mereka dengan wajah penuh ketegangan. Suasana di sekitar terasa mencekam saat kedua kelompok berdiri saling berhadapan, masing-masing memegang senjata.Nick, dengan tatapan tajam, menodongkan senjatanya ke arah mereka. "Kalian
Markus sambil memikirkan ulang sejak Stuart yang menculik si kembar dan begitu mudahnya bisa lolos, berkata, "Pengawasan wilayah tempat tinggal Wilson tiba-tiba saja dikurangi. Dengan sifat mereka yang begitu teliti, tidak mungkin anak mereka begitu mudah diculik. Sementara si kembar yang baru sadar juga tiba-tiba saja mengakuiku sebagai kakek mereka. Sifat mereka berubah sama sekali dengan pertemuan terakhir sebelumnya. Apakah dua bocah ini sudah permainkan aku sejak awal?" gumam Markus.Markus kemudian melangkah keluar dari ruangan itu dengan langkah mantap. Ia mengeluarkan pistol dari balik jaketnya, merasakan dinginnya logam yang menyentuh kulitnya memberikan ketenangan tersendiri. Matanya tajam menyisir sekeliling ruangan, mencari tanda-tanda bahaya yang mungkin tersembunyi. Dia berjalan menuju ke pintu belakang sambil menghubungi anggotanya melalui ponsel."Hubungi semua anggota kita. Kita sudah masuk perangkap sejak awal!" perintah Markus dengan nada tegas dan tanpa kompromi."
Wilson dan anggotanya melaju dengan tenang di jalan menuju restoran, sementara di dalam mobil, suasana sedikit tegang. Wilson dan Viyone sesekali melihat ponsel mereka, memastikan bahwa Chris dan Vic berada dalam posisi yang aman."Apakah Chris dan Vic akan dalam bahaya setelah Markus tahu rencana kita?" tanya Viyone dengan nada cemas. Ia duduk di samping suaminya, menggenggam tangannya erat."Tenang saja, Viyone. Mereka sangat pintar. Bukankah mereka juga berhasil mengelabui Stuart dan Markus? Jadi, mereka tahu cara menemukan jalan keluar," jawab Wilson dengan yakin, menenangkan istrinya."Aku berharap begitu juga. Aku tidak menyangka mereka sangat berani," ujar Viyone dengan nada khawatir."Karena mereka mirip denganku," ucap Wilson sambil tersenyum, mencoba mencairkan suasana.Sementara itu, di dalam restoran, Vic berlari ke sana ke mari, penuh energi setelah makan."Vic, kamu baru saja selesai makan. Jangan lari-lari!" seru Chris yang mengikuti adiknya dengan cemas.Markus, yang b
"Kakek, apakah kakek tahu betapa jantungku ini sangat merindukanmu siang dan malam, Aku berharap bisa bertemu denganmu selma ini. tapi karena aku selalu diawasi oleh paman-paman sehingga aku tidak bebas," ucap Vic sambil menangis.Chris, dengan tatapan tajam," menjawab, "Yang benar adalah hatimu, bukan jantung," ujarnya sambil mengeleng kepalanya.Markus, yang menyaksikan pertukaran emosi itu, tersenyum dan bertanya, "Ha ha ha...kalian sangat lucu sekali. Chris, Vic, apakah benar kalian merindukan kakek?""Iya," jawab sikembar dengan serentak sambil mengangguk.Namun, Markus menyampaikan pemikirannya, "Anak yang pintar, Kakek mengira selama ini kalian tidak mengakui ku lagi."Dengan jujur, Chris dan Vic menjawab, "Kami hanya berpura-pura di depan papa dan mama."Vic lalu mengajukan pertanyaan yang menggugah, "Apakah kakek dan mama tidak bisa berbaikan lagi?"Sementara itu, Chris menyuarakan kekhawatirannya, "Kakek dan papa apakah harus bermusuhan?"Markus menyadarkan mereka, "Urusan k
"Bertindak ceroboh?" tanya Stuart yang tidak paham."Kau akan segera paham," jawab Wilson dengan senyum.Stuart kemudian dibawa oleh Steven ke tempat kurungan di Markas Dragon. Tempat itu suram dan penuh dengan kegelapan, bau lembap menyengat hidung Stuart saat ia dilemparkan ke dalam salah satu sel. Terdengar suara pintu besi yang berderit saat ditutup, meninggalkan Stuart dalam kegelapan total.Sementara itu, di tempat lain, Chris dan Vic baru saja sadar. Mereka saling memandang bingung, menyadari bahwa mereka berada di kamar yang asing."Kakak, apakah kita pindah alam?" tanya Vic yang melirik sana sini, mengamati semua perubahan di kamar itu."Kita berada di kamar orang lain," jawab Chris sambil mengucek matanya dan mencoba mengingat kejadian terakhir yang mereka alami."Kamar siapa? Kenapa kita bisa ada di sini?" tanya Vic dengan penuh kekhawatiran."Sepertinya tempat dia," jawab Chris yang merujuk pada seseorang, dengan nada suara yang mengisyaratkan bahaya.Si kembar itu kemudia