Gilbret tampak berlutut di barisan paling depan, di dalam kuil suci. Benar, kini Kaisar dan orang-orang yang memiliki kedudukan di kekaisaran Bonaro tengah melakukan doa di kuil suci dengan dipimpin oleh Pendeta Agung. Semua hal yang bisa mereka lakukan untuk mencegah penyebaran wabah yang semakin menggila saja. Rasanya, masalah seakan-akan terjadi beruntun. Belum selesai masalah penyebaran wabah mematikan, menyusul masalah penyerangan siluman pada desa-desa di perbatasan daerah kekuasaan Gilbert. Tentu saja hal itu sangat mengkhawatirkan. Gilbert sudah menyusun banyak rencana dan sebisa mungkin untuk menyelesaikannya dengan secepat mungkin. Namun, semuanya seakan-akan hanya bertemu dengan jalan buntu.
Situasi semakin mencekam, saat Gilbret mendapatkan kabar, bahwa kerajaan Barat yang memang tidak berada di bawah kuasanya, sudah diserang oleh naga hitam. Dibilang mencekam, karena naga hitam selama ini hanya dikenal sebagai makhluk mistis yang legendaris. Legendanya sama seper
Xavion terlihat duduk dengan santai di dalam ruangan yang disediakan secara khusus di dalam istana kekaisaran Bonaro. Kini, Xavion sebagai sosok Amagl Agung memilih untuk menetap sementara di kekaisaran, hingga masalah yang tengah muncul terselesaikan. Tentu saja, Blax, Sisil, Whein, dan Megan juga ikut muncul sebagai pengikut setia dari Xavion. Keempatnya tentunya harus bersandiwara sebagai sosok pengikut Amagl Agung yang membela kebenaran. Karena sudah terbiasa, keempatnya tidak menemui kesulitan apa pun. Kini, Megan dan Whein mendapatkan tugas untuk membantu pengobatan dan pemusnahan wabah yang tengah menyebar. Sementara Blax dan Sisil mendapatkan tugas khusus untuk membantu Kaisar dalam menyusun strategi penangkapan Amora dan Xavier.Lalu tersisa Xavion yang bertugas untuk mempertahankan barrier pelindung daerah kekuasaan Bonaro. Setidaknya itulah yang orang-orang lihat. Padahal, kini Xavion tengah berusaha untuk kembali melacak keberadaan Amora dan Xavier. Ia tidak bisa
Amora membuka matanya dan disambut dengan langit-langit kayu yang tak lain adalah rumah yang ia tinggali dengan Xavier. Ia pun mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk, lalu mengedarkan pandangannya. Amora tidak melihat siapa pun di sana, artinya Xavier pun tidak ada di sana untuk menemaninya. Dengan mudah, Amora pun mengingat kejadian yang terjadi tadi malam. Di mana Xavier memenangkan seorang gadis cantik yang dilelang dalam pelelangan. Lalu Xavier membuatnya tak sadarkan diri, dan Amora baru terbangun ketika hari berganti. Hati Amora terasa tidak nyaman. Hal tersebut terjadi karena Amora berpikiran macam-macam. Amora meremas selimut yang menggulung dan jatuh di atas pangkuannya. Kini, benak Amora dipenuhi oleh pertanyaan mengapa Xavier membuatnya tidak sadarkan diri?Apakah mungkin, apa yang dipikirkan Amora memang benar adanya? Xavier jatuh hati pada gadis itu hingga mengeluarkan nominal uang sebesar itu untuk mendapatkan gadis yang dilelang tersebut? Amora menghela nap
Beberapa saat kemudian, sudut bibir Xavier terangkat. Ia menatap netra hijau milik Amora dan berkata, “Rupanya istriku tengah cemburu.”“Apa? Kau gila, mana mungkin aku cemburu padamu?!” tanya Amora terlihat sangat tidak terima ketika Xavier menyebut kemarahannya sebagai sebuah kecemburuan. Tentu saja bagi Amora itu terasa sangat tidak masuk akal. Ia bahkan berdiri saking ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Xavier sebelumnya.“Kenapa tidak mungkin?” tanya balik Xavier sembari berdiri di hadapan istrinya.“Tentu saja tidak mungkin, mengingat kita yang tidak memiliki perasaan satu sama lain. Maksudku, aku tidak memiliki perasaan apa pun padamu,” ucap Amora lalu melangkah menuju kamar. Menghindar dari Xavier yang memberikan tatatapan menyelidik, seakan-akan tidak percaya dengan apa yang Amora katakan sebelumnya.Xavier mengikuti langka
“Apa ada hal yang mengganggu pikiran Anda, Tuan?” tanya Penyihir Putih saat menemani Xavier mengawasi orang-orang berlatih.Kali ini, Xavier tidak meninggalkan desa, dan secara khusus melatih para siluman. Xavier yang memang terlihat larut dalam dunianya sendiri, segera menjawab, “Aku merasa jika ada hal yang aneh dengan istriku.”Mendengar Xavier yang memanggil Amora dengan sebutan istri dengan lembut, membuat Penyihir Putih diam-diam mengulum senyum. Ia sudah mengenal Xavier sejak ribuan tahun yang lalu. Tentu saja, ia mengenal baik bagaimana karakter Xavier. Tuannya itu adalah sosok dingin yang tidak pernah memiliki seorang wanita dalam hidupnya. Secara alami, Xavier memang tidak tahu cara bagaimana dirinya menunjukkan rasa kasih sayang. Namun, orang-orang yang sudah mengenalnya sejak lama tentu saja mengerti, bahwa di balik sikap dinginnya, Xavier adalah orang yang akan mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkan pengikut setianya. Bagi
Suasana hati Amora membaik, ia bahkan bersenandung saking senangnya. Hal itu tidak terlepas dari penjelasan Xavier padanya. Sepertinya karena melihat Amora berada dalam suasana hati buruk, Xavier pun menjelaskan alasan mengapa dirinya tidak kembali ke kamar semalam. Itu terjadi karena Hoia yang ia tugaskan untuk mengawasi kota tersebut, melaporkan sesuatu yang mencurigakan. Karena itulah, Xavier harus ke luar dari penginapan dan memeriksa hingga fajar menyingsing. Karena itulah, Amora sendiri secara alami meminta maaf karena sikap tidak sopannya yang mungkin saja menyinggung perasaan Xavier. Ternyata Xavier tidak memikirkan apa yang dikatakan oleh Amora. Karena bagi Xavier, keberadaan Amora di sisinya sudah cukup. Xavier hanya perlu membiarkan waktu memberikan jawaban atas keraguan yang dirasakan oleh Amora.Setelah mengikuti permintaan Amora yang jelas di luar kebiasaan, contohnya meminta untuk disuapi, Xavier pun membawa Amora ke luar dari penginapan untuk menikmati keindah
Kini penginapan sudah kembali tenang. Para tamu sebagian besar memilih untuk meninggalkan penginapan karena melihat jika kondisi pemilik penginapan sedang tidak baik. Hanya tersisa Amora dan Xavier di sana. Amora terlihat berusaha untuk menenangkan sang nenek yang memang terus saja menangis, hingga belum menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjai. Sebenarnya, Amora tidak ingin ikut campur mengenai masalah yang tengah dihadapi oleh sang nenek. Masalah yang tengah Amora hadapi juga sudah terlalu rumit dan sulit untuk ia hadapi. Namun, Amora tahu jika dirinya tidak boleh bertindak jahat. Setidaknya, Amora harus tetap berada di sana untuk menenangkan sang nenek dan menunggu cucunya kembali.“Nenek istirahat saja. Kita akan tetap di sini dan terjaga hingga cucu Nenek kembali,” ucap Amora pada nenek yang sudah terlihat tenang.Xavier sendiri duduk di kursi yang terdapat di kamar pemilik penginapan dengan tenang. Ia hanya mengamati apa yang tengah dilakukan oleh
“Apa yang terjadi?” tanya Amora.“Ini lebih berbahaya dari apa yang aku bayangkan. Kau harus kembali ke penginapan,” ucap Xavier menggandeng tangan Amora.Namun Amora menahan tangan Xavier. “Tidak bisa, kalau kita kembali, waktu akan terbuang. Itu akan semakin berbahaya bagi para gadis yang dikurung di sana.”Xavier menghela napas. Apa yang dikatakan oleh Amora memang benar adanya. Jika benar siluman terlibat dalam hal ini, sudah dipastikan jika situasi akan lebih berbahaya daripada yang sudah ia perkirakan sebelumnya. Ia pun menunduk dan mencium leher Amora, untuk memunculkan pola indah pada leher jenjang istrinya itu. Xavier memang sengaja mengaktifkan tanda itu untuk melindungi Amora. Gerakan tiba-tiba Xavier tersebut membuat Amora terkejut. Saat Xavier menjauhkan wajahnya dari leher Amora, ia pun mengecup kening Amora sembari bergumam, “Semoga keselamatan senantiasa menyertaimu.”Benar, Xavier memberikan
“Tuan, kini beberapa dari siluman yang kita jadikan sebagai pengawas di desa-desa dan kota-kota, tiba-tiba mati diserang sosok misterius. Tidak ada jejak atau petunjuk yang mengarah pada penyebab hal itu, Tuan,” ucap Blax memberikan laporan pada Xavion yang baru selesai memberikan berkat pada air yang akan menjadi obat bagi rakyat kekaisaran Bonaro.“Tidak perlu mencarinya. Itu adalah ulah Xavier,” ucap Xavion membuat Blax membeku.Sorot mata Blax berubah dalam sekian detik, sebelum kembali normal. Mungkin bagi siluman atau manusia biasa, hal itu pasti akan luput dari pandangan mereka. Namun, hal itu berbeda dari Xavion. Ia memiliki kekuatan yang begitu besar. Entah itu kekuatan yang memang sudah diketahui oleh para bawahannya dan para pengikut setia di kekaisaran Bonaro ini, atau kekuatan yang masih tersembunyi dengan apik. Xavion mendengkus pelan. Dalam sekejap, ia sudah mencekik Blax dengan penuh amarah. “Kau sudah melepaskan kesempatan
Semenjak apa yang terjadi di kekaisaran Bonaro, ternyata setiap kekaisaran dan kerajaan memilih untuk menyerukan persatuan mereka. Mereka tetap memiliki wilayah masing-masing, tetapi tidak ada lagi permusuhan atau peperangan antara satu kerajaan dengan kerajaan yang lain. Ataupun tidak adanya paksaan dari kekaisaran terhadapn sebuah kerjaan untuk bersumpah setia. Kini, mereka semua memiliki pandangan yang sama dan misi yang sama. Hidup mereka tenteram tanpa ada satu pun kesulitan yang mereka hadapi. Gangguan dari para siluman yang semula menjadi momok yang paling menakutkan dan menjadi permasalah pertahanan bagi sebuah daerah, sudah tidak lagi perlu dicemaskan. Karena siluman sama sekali tidak pernah terlihat lagi. Seakan-akan, perang yang pernah terjadi menghapus keberadaan dan jejak dari para siluman.Meskipun begitu, mereka yakin jika Amagl Agung berhasil mengendalikan para siluman dan menjaga keseimbangan dua dunia. Kini mereka bisa sama-sama hidup dengan nyaman di dunia
Sedetik kemudian Amora pun tersadar mengenai kondisi Xavier dan berlari untuk menghampiri suaminya itu. Amora pun bergetar hebat saat menyentuh dada sang suami yang sudah dipenuhi luka. Pedang yang sebelumnya menancap di sana sudah menghilang, begitu pemiliknya juga menghilang. Amora dengan suara bergetar memanggil sang suami. “Xavier, kau bisa mendengar suaraku bukan?” tanya Amora menyentuh pipi suaminya yang sudah terasa dingin.Para pengikut yang mulai pulih pun menyadari apa yang terjadi dan berniat untuk mendekat pada Amora. Namun, Penyihir Putih memberikan isyarat pada mereka semua untuk tetap di tempat mereka. Penyihir Putih sudah mengetahui apa yang terjadi karena alam membisikan sesuatu padanya. Penyihir Putih mengetahui apa yang terjadi pada Xavier, hingga apa yang dilakukan oleh Amora yang sudah membantu memusnahkan Xavion dan pasukannya. Anak panah sihir yang digunakan oleh Amora ternyata bukan anak panah biasa. Amora memang tidak mengetahui jika anak
Amora jatuh tidak berdaya karena rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ia menatap nanar pada para manusia yang kini terlihat seperti mayat hidup, dan para siluman yang berperang mempertaruhkan nyawa mereka. Lebih dari itu, Amora menatap suaminya yang terlihat bertarung dengan sekuat tenaga. Ia sudah tahu apa yang terjadi di masa lalu, mengenai penyebab dari kemarahan Xavion, dan hal apa yang menjadi pangkal dari hancurnya hubungan persaudaraan Xavion dan Xavier. Amora meneteskan air matanya. Takdir memang terkadang terasa menyulitkan dan menyesakkan. Namun, Amora tidak berpikir jika hal itu bisa membuat Xavion melakukan semua tindakan yang mengerikan ini. Amora berharap, jika Xavier bisa menghentikan Xavion. Xavier harus membebaskan semua makhluk dari penderitaan yang mereka rasakan karena kejahatan Xavion.Namun sayangnya, setelah Amora selesai berdoa, Amora melihat hal yang begitu menyedihkan. Para siluman pengikut Xavier satu per satu jatuh tidak berdaya. Penyihir Putih juga kel
Ribuan tahun yang laluDi suatu hari, istri dari Amagl Agung—pemimpin dari kaum Amagl—melahirkan sepasang putra tampan. Menyadari jika mereka bisa saja membuat kaum Amagl yang mengetahui ramalan mengenai kehancuran itu merasa cemas, Amagl Agung memutuskan untuk menutupi salah satu wajah putranya dengan topeng sejak ia masih kecil. Mereka memutuskan untuk memakaikan topeng pada sang adik yang memang pada dasanya tidak akan bisa menjadi pemimpin kaum Amagl selanjutnya, karena ada sang kakak yang menduduki posisi calon penerus pertama. Semua orang bertindak sangat hati-hati, demi menghindari ramalan mengenai kehancuran kaum dan dunia yang mereka jaga. Tahun demi tahun berlalu, dan si kembar tumbuh besar. Keduanya tumbuh dengan pesona yang berbeda, dan sifat yang juga berbeda. Jika si Sulung memiliki sifat yang tenang dan memegang tegus prinsip bahwa mereka harus mengikuti peraturan
Pembicaraan antara Xavier dan Xavion jelas membuat suasana semakin mencekam saja. Selain itu, para pengikut Xavier terlihat kebingungan dan terkejut dengan fakta yang baru mereka ketahui, jika ternyata Xavier dan Xavion ternyata memiliki ikatan persaudaraan. Hal yang memang sebenarnya hanya diketahui oleh segelintir orang di masa lalu. Sementara itu, sebagian besar para pengikut Xavion tampaknya tidak terlalu dibuat terkejut oleh apa yang terjadi tersebut. Apa pun yang terjadi, mereka hanya perlu mendukung Xavion untuk menguasai dunia, dan setelah itu mereka bisa hidup dengan bebas tanpa perlu takut pada Dewa atau utusannya yang bertugas untuk membasmi para siluman yang melanggar ketentuan yang ada. Blax sendiri terlihat mengepalkan kedua tangannya. Merasa sangat marah, tetapi berusaha untuk menahan dirinya. Ia hanya perlu bergantung sedikit lagi pada Xavion, dan dirinya bisa membebaskan kaumnya dari jeratan Xavion, tentu saja sesuai dengan kesepakatan mereka sebelumnya.
“Tuan, mereka benar-benar datang,” ucap Blax melaporkan situasi terkini pada Xavion yang kini duduk di singgasan yang seharusnya ditempati oleh kaisar yang agung. Namun, Gilbert yang masih berada di bawah kendali XavionXavion yang masih mengenakan topengnya terlihat menyeringai. “Sesuai dengan apa yang aku harapkan darimu, Xavier,” gumam Xavion terlihat begitu puas dengan apa yang tengah terjadi saat ini.Blax yang mendengar hal itu tentu saja mengernyitkan keningnya. Seakan-akan Xavion memang sudah memperikarakan langkah inilah yang akan diambil oleh Xavier. Namun, Blax tidak mengatakan apa pun dan memilih untuk menunggu perintah seperti apa yang akan diberikan oleh Xavier selanjutnya. Tentu saja, sejak awal Blax dan yang lainnya sudah menempatkan pasukan mereka di barisan terdepan sebagai lapisan keamanan yang jelas akan dihadapi oleh pasukan lawan sebelum benar-benar memasuki pusat kekaisaran yang tampaknya akan menjadi medan perang mereka.
Vheer terlihat fokus memeriksa persenjataan yang akan digunakan dalam peperangan yang sudah ditentukan. Ia memang diberikan tanggung jawab untuk memeriksa semua persenjataan, sementara Xavier tengah fokus memberikan arahan bagi para siluman yang jelas belum memiliki pengalaman dalam berperang. Sementara itu, Vheer yang memang sudah mengetahu strategi dan jalur yang akan ditempuh dalam perang nanti, memilih untuk segera memeriksa peralatan untuk peperangan nanti. Karena ini juga adalah salah satu faktor penentu kemenangan mereka dalam perang. Mengingat, bahwa tidak semua siluman yang menjadi pengikut setia Xavier memiliki kemampuan untuk menggunakan sihir. Jadi, senjata-senjata ini benar-benar diperlukan oleh mereka.Setelah memeriksa jika semuanya berada dalam kualitas baik, Vheer pun ke luar dari gudang dan menatap langit malam yang terlihat begitu gelap. Karena sudah tidak ada lagi barrier, kini Vheer bisa melihat langit dengan leluasa. Namun, langit malam seakan-akan ingin
Xavion membuka kelambu dan melihat sosok Amora yang seakan-akan berubah menjadi sosok peri yang tengah tertidur. Ia terlihat begitu cantik, dan anggun dengan balutan gaun indah yang ia kenakan. Kulit, rambut, bahkan kukunya terawat dengan baik akibat Xavion yang menugaskan Sisil secara khusus untuk merawat Amora yang masih tenggelam dalam alam bawah sadarnya. Benar, Amora masih menjelajah dunia yang Xavion ciptakan. Dunia yang menunjukkan dengan jelas, tiap detail kejadiam di masa lalu yang seharusnya Amora ketahui. Xavion pun duduk di tepi ranjang dan mengusap lembut pipi Amora, seakan-akan sedikit sentuhan kasar bisa saja membuat Amora terluka. Tak lama, Xavion meletakkan telunjuknya tepat pada kening Amora. Lalu sinar abu-abu muncul dan sedetik kemudian Amora membuka matanya dan terengah-engah seakan-akan dirinya sudah menemui hal yang sangat mengejutkan baginya.Xavion hanya membiarkan Amora begitu saja, dan mengamatinya dalam diam. Seolah-olaj yakin jika Amora akan tenan
Xavion duduk di tepi ranjang dan mengamati raut wajah Amora yang terlihat tidak baik-baik saja. Kini, Amora masih belum terbangun dari tidurnya. Ia masih berada di dalam dunia mimpinya. Tentu saja, hal inilah yang diharapkan oleh Xavion. Akan sulit untuk membuat Amora mengetaui apa yang tejadi di masa lalu saat dirinya sadar, karena hal itu akan membuatnya tertekan dan kembali jatuh tak sadarkan diri. Karena itulah, Xavion memilih untuk menunjukkan semuanya pada Amora dengan membuatnya menjelajah di dunia bawah sadarnya. Xavion mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Amora dengan lembut. “Lihat semuanya dengan detail, Amora. Lalu nilailah kembali, aku atau Xavier yang pantas untuk disebut sebagai orang yang kejam,” ucap Xavion.Sisil yang berdiri di sekat ranjang melihat tindakan lembut Xavion dengan kening mengernyit. Setelah mendapatkan peringatan keras dari Xavion, Sisil memang bertindak lebih berhati-hati mengenai menunjukkan perasaannya. Meskipun dirinya memi