Helena berjalan ke arah air terjun, meraih tangan Alexia untuk membawanya menembus aliran air dari tebing tersebut. Namun bukannya basah kuyup, Alex justru mendapati aliran itu terbelah, seolah mempersilahkan dirinya lewat.Dibalik air terjun, terdapat sebuah gua dengan pintu kayu berukir sulur tanaman di luar. Ini seperti mustahil di mata Alex, namun karena terlalu sering melihat keajaiban ketika bersama Chris, ia tak lagi merasa terlalu panik."Ini rumah?" Alex bertanya sesaat setelah Helena berhasil membuka pintu hanya dengan sebuah kalimat lirih yang tak diketahuinya, "Rumah siapa, Helena? dan bagaimana kau bisa mengetahuinya?""Sudah ku bilang ada yang ingin membantu kita," pintu terbuka, menampakkan sebuah ruang sederhana dengan dinding batu seperti gua pada umumnya. Tempat itu tidak luas, namun memiliki banyak peralatan rumah yang lengkap, bahkan perapian dan beberapa ranjang kecil.Alexia berhenti sesaat setelah langkahnya berhasil masuk ke gua tersebut, pandangan penuh tanya
Bahkan hingga malam tiba, asap masih mengepul, gulatan kemerah-merahan juga belum hilang. Pun bayangan sang naga hitam turut menghantui sekeliling langit pemukiman.Dari wilayah hutan, para penghuni dapat melihat semua itu dengan sangat jelas. Mereka semua menatap nanar kondisi yang tidak bisa dihentikan tersebut, satu hal pasti, masih ada harapan yang amat dinanti, yaitu kedamaian."Kebakaran di pemukiman manusia sama sekali tidak berhenti," gumam Meteur, menatap sendu ke arah langit di mana sang naga masih berputar mengelilingi api yang membara dibawahnya. Meteur tidak sendiri, ada banyak penghuni lain yang terdiam bersamanya melihat tragedi tersebut, mereka memang tidak melihat secara langsung, tapi mereka bisa merasakan kesedihan yang menjalar hingga ke dada.Root menyahut, "Dia, sang naga hitam sedang marah besar.""Apakah Alexia tidak berhasil?" makhluk lain berwujud sulur bertanya.Sang elemen tanah pun mengajukan pertanyaan hampir serupa, "Kemana dia? kenapa tidak mencoba meng
Kembali, mereka melakukan teleportasi dari rumah gua dibawah air terjun menuju perbatasan hutan. Alexia sama sekali tidak mempertanyakan banyak hal soal kemampuan-kemampuan aneh yang dimiliki saudarinya, cukup menduga semua itu berkat orang misterius yang sudah berbaik hati mau membantunya.Helena menepuk bahu sang adik sesaat, "Aku tidak bisa ikut masuk, hanya cukup sampai perbatasan ini.""Iya Helena, aku mengerti. Pulanglah dan segera temui ibu, dia pasti sangat mengkhawatirkanmu.""Akan ku sampaikan kalau kau baik-baik saja, jadi setelah semua selesai segeralah pulang," terpengaruh hipnotis sekalipun, Helena tetap bisa menyadari rasa simpati terhadap sang adik, mereka tumbuh bersama sejak kecil, wajar hal semacam itu terjadi, "Simpan bunga itu dengan baik, jangan sampai ada yang tahu selain dirimu."Alexia mengangguk, ia perlahan berbalik meninggalkan Helena sendirian dan mulai berjalan memasuki area berkabut ungu. Helena menyadari tubuh sang adik telah tertelan masuk ke tempat it
Ruang makan itu menjadi saksi saat Alexia menuangkan serbuk bunga chryslan ke dalam minuman. Matanya sesekali melirik ke belakang, memastikan Chris yang sedang duduk di meja makan tidak mengetahui perbuatannya.Pria itu fokus menatap keluar jendela, ada yang lebih menarik perhatiannya ketimbang punggung kurus Alexia yang tengah mengaduk minuman. Bahkan ketika gadis itu sampai di dekatnya, Chris masih terlihat abai."Apa yang terjadi di luar sana?" Alex ikut tertarik melihat keluar, di mana para makhluk penghuni hutan hendak berusaha mendatangi kastil, namun baru beberapa langkah, tubuh mereka terus terpental ke belakang berulang kali."Lihatlah, para makhluk menjijikkan itu berusaha menghancurkan tabir perlindunganku." Chris menunjukkan seringai samar ketika melihat asap mengepul di atas secangkir teh yang aromanya sangat menggugah selera."Mereka mau apa?"Pupil mata Chris kini berfokus pada dua hal yang membuatnya tergugah untuk terus melihat. "Sepertinya mereka marah, entah padaku
Chris dikutuk, rakyatnya pun terkena imbas dengan menjadi penghuni hutan terlarang tanpa ingatan jelas mengenai masa lalu mereka, tapi kenapa Alexia selamat dan berhasil bereinkarnasi hingga berkali-kali?Ditengah kesunyian lamunan dan tatapan kosong yang mengarah pada lantai marmer bangunan kastil megah itu, pintu ruangan tiba-tiba terbuka, sosok yang tidak diharapkan sama sekali hadir dengan senyuman aneh. Tampaknya dia berusaha bersikap ramah, namun hal itu lah yang menjadi titik paling mengerikan.Alexia menarik selimut, menutup tubuhnya erat, "Sudah ku bilang jangan masuk ke ruanganku sembarangan! sekalipun tempat ini milikmu!" "Kalau begitu seharusnya kau mengunci pintu." Chris menyeringai, seakan menjelaskan kalau Alexia tengah menggodanya hanya karena masalah pintu yang belum dikunci.Gadis itu sontak beringsut ke sudut ranjang ketika Chris mulai naik, tidak lupa dengan selimut yang berusaha dililitkan ke seluruh badan, "Apa lagi sekarang?""Tidur menemani Alexiaku," jawabnya
Siluet Chris dan Alexia terlihat jelas di dalam lantai atas yang memiliki lentera cukup terang malam menjelang subuh kala itu, para makhluk penghuni hutan hanya bisa melihat dari luar tabir, namun mereka mampu memastikan tidak ada yang terjadi."Apakah naga hitam itu tidak mati?"Meteur menyahut, "Ataulah Alexia yang berubah pikiran untuk tidak berusaha meracuni lagi?""Kemungkinan dia masih menunggu waktu yang tepat," balas Moon penuh curiga, "Jangan terlena dahulu, kita harus membuat gadis itu pergi dari sini bagaimanapun caranya."Memang kenyataannya, mereka hanya melihat siluet keduanya yang terus saling memeluk di atas sana. Tidak ada kebisingan sama sekali, sehingga berbagai dugaan muncul di kepala masing-masing.Padahal yang sebenarnya terjadi, Alexia hanya berusaha menyembunyikan botol kecil berisi chryslan itu dalam genggamannya, karena Chris juga berusaha merebut. Alex membungkuk, menaruh botol itu di depan perut, tapi Chris malah membuat dirinya seakan sedang memeluk dari b
"Bagaimana? indah 'kan?" Chris menjauhkan diri setelah beberapa saat menutup kedua mata Alex menggunakan tangannya. Sebuah ladang bunga warna-warni menghias tempat yang mereka pijak.Alex seharusnya takjub saat ia kembali bisa melihat, sebagaimana fakta keindahan nyata yang ada di depan mata. Tapi kegundahan tidak mengalihkan pandangannya terhadap pemandangan bak surga dunia sekalipun. Alex justru mengerutkan alis dengan mimik wajah yang tidak mengenakkan, ia malah curiga, "Tempat apa ini?""Sebuah ilusi." Ia sudah menduga jawaban itu akan tergumam dari bibir Chris. Tempat ini memang tidak nyata."Hanya ada kita berdua? kenapa sepi sekali?" Alex memutar pandangan ke segala arah, ketika ia sadar ladang bunga itu seolah tak berujung, "Seluas apa hutan ini sebenaranya?""Tempat ini ilusi, hanya orang-orang tertentu yang bisa datang, terutama kita dan mungkin... Johanesse sudah pernah kemari." Chris teringat akan kedatangan Johanesse kala melakukan penyerangan terhadapnya tempo hari, lela
Dia menyetujuinya.Terpengaruh oleh perkataan sosok tak kasat mata, yang terdengar meyakinkan, juga seolah berniat mengulurkan bantuan. Saat itu juga Chris menemukannya berbaring dengan mata terpejam di tengah ladang bunga setelah beberapa saat menghilang tanpa jejak. Tak ada tanda-tanda kepergian dan kembalinya Alex, seketika ia yakin menyimpulkan sosok mana yang membawa gadis itu tanpa permisi. Sudah jelas kalau pelakunya ialah jiwa sang naga hitam yang bersemayam di tempat-tempat ilusi semacam ini. Chris merasa bersalah dan bodoh seketika, sebab Alexia merupakan incaran makhluk-makhluk terdahulu yang mengenalinya, sehingga sudah pasti pula jiwa naga hitam itu juga mengincarnya untuk suatu alas an yang tidak dirinya ketahui. Tidak seharusnya ladang bunga ini menjadi tempat liburan yang diperkirkan akan menyenangkan dan menyejukkan pikiran.Kondisi tubuh Alex sepenuhnya masih utuh, tidak ada luka sedikitpun, ia juga bernafas seperti biasa, namun tak kunjung bangun sekalipun diguncan
Arus sungai membawa keduanya berhenti di sebuah hilir berupa perkebunan. Ada banyak rumah yang terlihat normal seperti pemukiman manusia pada umumnya, terlebih cahaya matahari bisa dikatakan cukup cerah menyinari rumah-rumah tersebut, tak segelap di dunia para penyihir.Alex menghela napas lega, mereka akhirnya menemukan manusia lain.Keduanya berjalan menyusuri pemukiman tersebut walau merasa agak asing karena tak pernah mengetahui adanya kampung yang berbatasan dengan hutan secara langsung. Tapi kecurigaan itu sirna setelah melihat keramaian padat antara penjual dan pembeli di pasar. Penyihir tidak akan melakukan kegiatan semacam ini, jadi jelas mereka semua pasti manusia.Alex tampak bersemangat melangkah kesana kemari melihat keramaian di sekitarnya."Syukurlah kita selamat, aku sangat yakin kalau mereka semua manusia seperti kita karena di sini ramai dan lumayan terang yah walaupun agak redup karena masih di perbatasan hutan."Sementara itu, Chris malah terdiam di tempat. Mengama
Tidak butuh waktu lama, mereka sudah kembali naik ke tepian tebing. Alexia dengan panik membantu Chris yang masih bergelantungan.Chris menyakui belatinya kembali usai beberapa saat lalu ia gunakan sebagai pegangan yang ia tanjapkan di sela bebatuan, "Kita harus keluar dari tempat ini secepatnya.""Tunggu, kau sungguh sudah tak terpengaruh sihir itu 'kan?" tanya Alex seraya mematikan kilatan aneh yang semula bersemayam di bola mata Chris kini sudah lenyap tak tersisa."Ya, maka dari itu kita harus cepat pergi sebelum mereka menyadarinya," lelaki itu lekas meyabet pergelangan tangannya, berlari sekencang mungkin menjauhi marabahaya yang ada."Kau ingat arahnya?""Kita ikuti saja ngarai ini, aku mendengar arus deras dibawah sana, pasti ada sungai yang akan menuntun kita keluar tempat ini," ucap Chris percaya diri.Sudah cukup lama dan panjang perjalanan mereka menyusuri pinggiran ngarai, namun tampaknya tidak segera mendapatkan hasil. Rasanya jalur ngarai yang mengitari sungai seakan t
56Malam itu Alexia diseret masuk ke sebuah pemukiman aneh, mengerikan. Di sana—seluruh orang mengenakan jubah hitam, menunjukkan tatapan intimidasi atas kedatangannya. Cukup membuatnya merasa takut terlebih saat menyadari kalau warna pakaiannya sangat mencolok di tengah kegelapan itu, anan sulit buatnya melarikan diri tanpa ketahuan. Selama beberapa malam berlalu, ia ditepatkan pada sebuah kurungan yang berada di dalam ruang bawah tanah, tepatnya di sebuah bangunan serupa kastil. Kediaman milik pimpinan para penyihir hitam. Tidak ada cahaya sama sekali yang masuk ke ruang itu walau ada beberapa lubang ventilasi kecil. Hanya saya hal itu membuatnya frustasi karena tak bisa mengira sudah berapa hari ia berada di kurungan tersebut, sebab di tempat ini seolah tak ada pergantian hari, hanya malam dan kegelapan. Namun, ada satu hal yang bisa ia pastikan. Orang-orang itu akan datang di waktu tertentu untuk memberikannya makanan. Seperti yang sudah di duga, langkah kaki sosok berjubah mend
Kuil Tengah ramai oleh para jemaat, dikarenakan esok ialah hari sakral yang dianggap penting, banyak orang berbondong-bondong membawa sesembahan dan hadiah untuk dewa, berharap diberikan keberkahan lebih banyak ketimbang hari-hari biasa.Sebagai umat yang tinggal di kuil, Chris jelas ikut sibuk Bersama saudara saudarinya. Membersihkan seluruh area tak terkecuali, mempersiapkan peralatan untuk sesembahan, dan masih banyak lagi kegiatan berlangsung.Para pendeta duduk di alas mereka, menanti para jemaat yang datang silih berganti, lantas memandunya melakukan berbagai ritual keagamaan, sehingga mereka mendapat ketentraman hati untuk mengabdi kepada sang pencipta.“Kalungnya, tak kau kembalikan?” Zarina menyela disaat kesibukan semua orang semakin membludak pada puncak kegiatan. Pada genggamannya tergantung indah liontin permata ungu yang memancarkan kilauan cantik.Chris yang tengah sibuk menyiapkan air suci untuk persembahan, berdecak sebal, “Aku sibuk, kau saja.”“Tidak.. tidak.. aku y
Alexia terlalu lalai, jika ia sudah membunuh Chris di hari pertama kedatangannya ke masa ini, dan mengkesampingkan perasaan belas kasih, maka problematika kerumitan mereka berakhir saat itu juga. Ia akan hidup lebih nyaman, mungkin menikah dengan sesama kalangan atas lalu punya anak dan hidup Bahagia hingga tua, lantas bereinkarnasi menjadi orang dengan kehidupan yang baik lagi. Bukannya malah semakin mengacau dan tidak jelas begini.Tak dapat dipungkiri kalau sejujurnya ia menikmati masa pertumbuhan ini, masa di mana gejolak remaja masih menguar dalam diri, karena walaupun ia yang seharusnya sudah berusia dua puluhan, kembali ke tubuh reinkarnasinya saat remaja, hormonnya mengikuti usia tersebut. Ia tentu juga punya rasa tertarik pada lawan jenis, tak lepas pula dari sosok Chris yang tumbuh semakin matang menuju kedewasaannya. Tubuhnya tinggi, bugar, dan sehat, kadang kala tampak sangat maskulin Ketika memunculkan bulir keringat di permukaan kulitnya yang seputih salju. Godaan-godaan
Dibawah pepohonan halaman kuil, beberapa kuda penarik gerbong diikat berjajar menikmati rerumputan hijau. Kala itu angin berhembus cukup kencang selama beberapa saat, menyadarkan Chris akan keadiran sosok Wanita baya bertudung. Bisikannya terdengar jelas meski langsung terbawa arus udara, “Anak muda, seandainya kau butuh bantuan temuilah aku di hutan lereng bukit,” begitulah sekiranya yang ia dengar.Namun saat itu juga, Ketika Chris menoleh untuk memastikan keberadaan Wanita itu, sosoknya lenyap dan langsung digantikan oleh Alexia—puteri pejabat negeri yang akhir-akhir ini terus berada di sekitarnya tanpa sebab jelas, “Siapa?—”“Aku di sini!” Alex lekas menyela ucapan Chris.Di satu sisi Chris lega karena sosok misterius tadi menghilang namun dalam satu waktu juga terkejut. Tampaknya Alexia benar-benar serius dengan segala ucapannya yang terdengar gila, sebab gadis itu bahkan sudah tahu dimana dirinya tinggal selama ini, “Kau—bagaimana kau bisa datang kemari!? dari mana kau tahu temp
“Kau seharusnya tidak pergi kemana-mana! Lihatlah, karenamu istri dan anak-anakku terlambat datang,” seorang pria baya tampak mengutarakan kemarahannya dengan suara lantang, tanpa peduli pandangan orang-orang disekitar yang menjadikannya pusat perhatian. Dia tetap berfokus pada kusir muda nya yang sempat meninggalkan kereta.Chris menyipitkan mata, tak suka dengan tatapan merendahkan dan sok berkuasa yang dilontarkan pria itu, walau kenyataannya orang tersebut memang lebih berkuasa dibanding dirinya yang merupakan pesuruh semata. Lagi pula masalah ini sebenarnya muncul karena kesalahan pria itu sendiri yang semula tak berniat membawa keluarga kedalam acara, tapi dirinya menjadi sasaran hanya karena meninggalkan kereta Ketika pria itu mendadak ingin ia menjemput istri dan anak-anaknya.Terlalu sering direndahkan, Chris merasa memiliki dendam tersendiri dengan kalimat-kalimat negatif yang tiap kali terlontar Ketika terjadi sedikit saja kesalahan.“Bukan salahnya, aku yang mengajaknya pe
Hari ke hari berlalu, sembari melihat secara nyata tumbuhnya anak lelaki berkulit seputih salju tersebut. Kini,usianya telah menginjak tujuh belas tahun, dan dalam pandangan Alex, sosok itu masih murni dan suci tanpa menyentuh satu kejahatan sekecil apapun.Kali itu jadi hari pertemuan mereka untuk pertama kalinya tanpa rencana dan tanpa interaksi sedikitpun. Alex kini juga telah sepenuhnya dapat terlihat dalam wujud Alexia Qinchester yang merupakan putri seorang pejabat kerajaan. Istilahnya, jiwanya tengah memasuki tubuh dari sosok reinkarnasinya sendiri.Keduanya hadir dalam rangkaian acara malam yang diadakan pihak kerajaan untuk pemberkatan para pangeran serta putra mahkota. Di usia itu , Chris belum menjadi seorang Jenderal, nyatanya dia hadir haya sebagai kusir yang membawa salah satu kereta kuda milik anggota kerajaan. Sementara Alexia hadir Bersama orang tuanya sebagai tamu undangan khusus karena status keluarga, di mana masih bagian dari petinggi negara yang berkuasa.Sejak a
Dia menyetujuinya.Terpengaruh oleh perkataan sosok tak kasat mata, yang terdengar meyakinkan, juga seolah berniat mengulurkan bantuan. Saat itu juga Chris menemukannya berbaring dengan mata terpejam di tengah ladang bunga setelah beberapa saat menghilang tanpa jejak. Tak ada tanda-tanda kepergian dan kembalinya Alex, seketika ia yakin menyimpulkan sosok mana yang membawa gadis itu tanpa permisi. Sudah jelas kalau pelakunya ialah jiwa sang naga hitam yang bersemayam di tempat-tempat ilusi semacam ini. Chris merasa bersalah dan bodoh seketika, sebab Alexia merupakan incaran makhluk-makhluk terdahulu yang mengenalinya, sehingga sudah pasti pula jiwa naga hitam itu juga mengincarnya untuk suatu alas an yang tidak dirinya ketahui. Tidak seharusnya ladang bunga ini menjadi tempat liburan yang diperkirkan akan menyenangkan dan menyejukkan pikiran.Kondisi tubuh Alex sepenuhnya masih utuh, tidak ada luka sedikitpun, ia juga bernafas seperti biasa, namun tak kunjung bangun sekalipun diguncan