Kendra ternyata tak mau berlaku tanggung, kemarahan di dalam dadanya dia tumpahkan pada kawanan Al Ballak, apalagi sudah begitu berani menculik dan hampir memperkosa istri ke 3 nya ini.Kini yang pingsan tadi pun sama, dia terbang ke akhirat setelah satu tembakan Kendra lepaskan di tepat di antara kedua biji matanya. Ashi dan Nancy sampai bergidik melihat ‘kekejaman’ suami mereka ini.“Kita harus membiasakan diri mulai kini melihat suami kita kalau marah begini pada para penjahat,” bisik Nancy, hingga Ashi yang tadi sempat syok menganggukan kepala tanpa sadar, dengar ucapan Nancy ini.Di mobil Ashi mengisahkan, para penjahat itu awalnya berniat akan minta tebusan ke Kendra. Namun mereka menunggu komandan milisinya yang kini sedang menuju ke tempat ini.“4 orang yang menculikku tadi malam mabuk-mabukan dan dua orang rupanya berusaha memperkosaku.” Kisah Ashi dengan nada geram. Tapi setelahnya dia plong, setelah ingat ke 4 nya kini sudah jadi mayat.“Kita akan bertahan di kota ini, aku
Sudah 3 hari Kendra bertahan di kota ini, walaupun siang malam bulan madu dengan kedua istri jelitanya. Tapi Kendra tetap memantau perkembangan. Dia terus memasang mata dan telinga, Ali Badul ternyata berguna menjadi ‘mata-mata’ dadakannya.Setiap hari Ali Badul beri laporan, saat mereka makan pagi di hotel ini, pemuda ini agaknya ngeri-ngeri takut juga.Terutama kapan komplotan Al Ballak datang ke kota ini, karena dirinya sudah bantai 15 anak buahnya tanpa satupun yang di beri ampun.“Masih aman tuan Abu Kendra, sampai hari ini belum ada kabar milisi Al Ballak muncul di kota ini!” lapor Ali Badul.Hingga di hari ke 5, di pagi hari saat Kendra dan kedua istrinya kini sudah berpakaian rapi dan akan makan pagi, setelah tadi bercinta bertiga seperi biasanya. Terjadilah kegegeran di lantai bawah.Saat Kendra melihat lewat jendela kamarnya, ternyata di parkiran lebih 200 an orang berpakaian hitam-hitam dengan senjata otomatis di tangan, di mobil mereka ada bendera Al Ballak berkibar.Kompl
Sudah 5 hari Kendra menerima siksaan luar biasa dari Abu Ballak cs, Kendra sampai tak bisa jalan lagi, kakinya keduanya di tembak Abu Ballak.Pukulan dan tendangan bertubi-tubi dia terima setiap hari, wajahnya bengap-bengap. Abu Ballak mendesak Kendra agar mau sebutkan di mana menyimpan dan menyembunyikan harta karun yang dia rampas itu dari markas militer di Al Iqra tersebut.Pakaiannya sudah compang camping bercampur darah yang mengering. Tapi Kendra berdalih dia bukan pelakunya, bisa saja Abu Ballak sendiri atau malah Abu Jarrah, hingga kedua orang pimpinan militan ini sempat saling curiga.Tapi siasat adu ‘domba’ ini gagal dilakukan, karena Abu Jarrah bilang, di saat bersamaan, mereka malah kabur setelah bentrok dengan pasukan Mayor Thomas Asim dan Al Ballak sendiri di Al Iqra. Setelah sengaja di bentrokan Kendra dulu, siasat cerdik yang bikin pasukan Abu Jarrah hancur lebur.Hari ini atau hari ke 6, Abu Ballak dan Abu Jarrah kini kembali mendatangi tempat di mana Kendra mereka se
Kendra tak tahu berapa lama dia pingsan, dia juga tak tahu kalau kedua istrinya siang malam menungguinya, tanpa mau menjauh dari tubuhnya, yang kini sudah bersih dan semua lukanya sudah di rawat.Abu Magun pun sampai ‘iri’ dan kagum pada Om nya ini. Karena malah nambah bini dua orang sekaligus. Bahkan terlihat sangat setia dan kompak. Walaupun satu pertanyaan di hati Abu Magun yang masih mengganjal hingga kini. Apakah Qawiya tahu, kalau suaminya ini nambah bini hingga 2 orang sekaligus..?“Keduanya cantik-cantik bak bidadari, beruntung banget Om kamu Bang,” bisik Soleh sambil terkekeh.Saat Kendra membuka mata yang artinya ini hari kedua dia di rawat, yang dilihatnya tentu saja wajah kusut kedua istrinya yang setia menungguinya siang malam. Lalu wajah seorang pria setengah tua yang terlihat teduh dan kebapakan.“Nancy, Ashi aku di mana…eh ada Tuan Abu Talhah…!”“Syukurlah, kamu sudah sudah sadar Tuan Abu Kendra, dua peluru di kaki kamu sudah di keluarkan Ameena istriku. Untungnya tak
Abu Magun menghela nafas panjang. “Papa dan mami tetap tak kasih restu, kakek juga diam, dia malah kaget saat tahu siapa dokter Cecilia, agaknya ada masalalu kurang nyaman, hingga mereka tak kasih restu!”Kendra malah tersenyum. “Aku bongkar saja yaa…agar kamu tak kaget dan sudah saatnya kamu tahu!” Abu Magun menatap Om-nya ini.“Emanknya ada apa keluarga kita dengan keluarga dokter Cecilia itu Om?” Abu Magun jadi penasaran.“Mendiang dokter Ussy, ibundanya dokter Cecilia itu adalah kekasih kakek kita di masalalu. Asal kamu tahu, Adian adik dokter Cecilia…itu adik ayahmu dan kalau kamu menikahi dokter Cecilia, maka akan jadi lucu hubungan keluarga kita!”“Hahhhh…astagaaaa…!” Abu Magun kaget bukan kepalang, jadi…Adian yang dia bantu selama ini justru Om-nya sendiri.“Kenapa kakek tak pernah cerita…juga papa, kalau aku tahu. Tak mungkin aku mencintai…tante misan sendiri!”Kendra tertawa kecil, dia bilang Langga Kasela, yang juga ayahnya, sekaligus kakek si Abu Magun ini, termasuk ayahny
Soleh sampai takjub melihat harta karun yang kini dia pindahkan ke mobil bersama Abu Magun, dari sebuah tempat tersembunyi di bawah tumpukan pasir di gurun sahara ini. Kendra tersenyum saja melihat kelakuan Soleh ini.“Ni anak akan dapat bagian juga kelak,” janji Kendra dalam hati, senyum sendiri melihat kelakuan Soleh yang konyol ini.Kini mereka pun menuju ke Kuwait, kali ini Ashi dan Nancy lega dan bahagia, karena ada Abu Magun dan Soleh yang ikutan mengawal.Seperti biasa Soleh lah yang kendalikan mobil, ditemani Abu Magun di depan, di jok tengah Kendra dan kedua istrinya. Harta karun di bagian belakang dan ditutupi terpal, agar tak menyolok.Tak ada hambatan berarti sepanjang perjalanan, hingga mereka sampai ke Kuwait dan langsung ke bank yang dulu Kendra datangi.Pimpinan Cabang bank tersebut tentu saja sudah berganti, juga semua karyawan nya baru semua. Sehingga tak ada yang kenal dengan Kendra.Dua peti emas di atas namakan Ashi dan Nancy yang nilainya bisa jadi akan naik seir
Wajah Abu Magun merah padam menahan amarahnya, saat melihat seorang wanita muda sudah hampir tak berpakaian. Sementara tubuhnya di geluti 3 orang serdadu sekaligus, ketiga nya malah yang sudah tak berpakaian alias telanjang bulat.Abu Magun menerjang masuk melalui jendela kaca ini, kaget bukan ke tiga serdadu telanjang ini. “Hei ada penyusup…!” seorang serdadu kaget dan langsung berteriak melihat aksi Abu Magun ini.Tapi Abu Magun yang terlanjur murka langsung menendang sekuatnya, lalu memukulkan popor senapan otomatisnya ke arah dua orang lainnya, yang justru terpana. Tak mengira ada seseorang yang masuk dan memergoki ulah mereka.Dalam waktu hanya sepersekian detik, ketiga serdadu ini terkapar, pingsan dengan wajah berlumuran darah.Abu Magun lalu mengambil pakaian wanita muda ini dan dengan terburu-buru melepaskan ikatan di tangan dan kakinya. Abu Magun saking konsentrasinya sudah tak memperhatikan kondisi gadis muda ini yang hampir sepenuhnya tak berpakaian.Saat itu terdengar ker
Kendra kini kembali melangkah tenang, 5X dia tembakan senjata di bazoka ini, hingga kondisi markas ini benar-benar hancur lebur. Sudah tak terhitung berapa jumlah korban jiwa.Selain ledakan bom, juga akibat ulah Abu Magun yang menggunakan tank, yang dia ambil tadi dan menembaki tanpa ampun tempat ini, sampai habis mortir di tank tersebut.Perlahan-lahan keluar Nancy, Ashi dan Soleh, yang takjub melihat bagaimana markas yang berisi ratusan serdadu plus anggota milisi kini rusak berat, jasad-jasad para serdadu bergelimpangan di mana-mana, di sekitaran markas ini.Dari hampir 450 orang, yang berhasil kabur kurang dari separunya, sisanya menjadi ‘hantu’ di kota ini. Abu Magun terlihat keluar dari tank tadi dan tertawa melihat bangunan ini hancur lebur.“Mampus kalian para penjajah juga militan berkedok pejuang,” teriak Abu Magun dan kini berlari menuju ke Kendra cs.“Ayo kita pergi, sebelum terlanjur siang!” ajak Kendra.“Tunggu…!” Abu Magun lalu teringat wanita yang dia tolong tadi, dia
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d