“Pentolan Abu Bad’r sudah habis setelah di serbu pasukan Pemerintah Irak, kini yang berkuasa dan sangat banyak anggotanya, adalah kelompok milisi Red Blue. Kelompok ini sempalan-sempalan yang hancur lebur lalu bersatu di bawah bendara Red Blue…katanya dulu ini binaan agen Israel dan Amerika, tujuannya untuk hancurkan pemerintah Suriah!” ceplos salah satu orang itu.“Benar…pemimpinnya masih misterius, ada yang bilang tinggal di Suriah, ada juga yang bilang tinggal di Irak, ada yang bilang tinggal di Israel…nggak jelas, tapi sangat ditakuti dan berkuasa!” sela temannya lagi.“Eh dengar-dengar mereka menculik 2 orang wanita asal Indonesia yang sedang lakukan syuting sebuah film!” yang satunya menambahkan.“Kamu tau nggak di mana mereka menyekap warga negara Indonesia itu?”“Kalau nggak salah di ujung Timur kota Barhah ini, kan ada Desa yang banyak di tinggalkan warganya. Nah di sanalah mereka bermarkas. Tapi katanya itu hanya markas sementara, tempat pastinya tidak ada yang tahu!” yang s
Kendra sudah mempelajari situasi, 3 hari dia memantau kelompok ganas Red Blue yang kuasai sebuah desa yang kini masih lumayan rame.Kota yang terletak di ujung Timur Kota Bahrah ini, penduduknya terlihat tak aneh lagi dengan kelompok bersenjata tersebut. Inilah yang membuat Kendra tak mau sembarangan menyerbu.Dia bukan Rambo, tokoh fiktif jagoan dalam film, atau Ustaz Ilham yang mendadak jadi superhero di film ‘Mendadak Santri sekuel 2-3’ yang ia perankan, dan kini tinggal masuk ruang editing untuk segera di edarkan di bioskop.Kendra harus gunakan kecerdikan, atau dia akan mati konyol di berondong komplotan bersenjata yang terkenal enteng membunuh orang ini.Kendra memutuskan akan menyusup malam hari, dia pun juga sudah membeli sebuah pakaian bak tentara, yang mirip dengan kelompok ini. Lengkap dengan ciri-ciri khususnya.Yakni dua pita warna merah dan biru, yang di taruh di bahu, inilah ciri khas kelompok tersebut yang paling menyolok.Setelah dilihatnya sudah pukul 23.00 waktu set
“Aku Aldi Om, Aldi Kandi Sulaimin, keponakan Om!” Aldi menatap tajam wajah Om-nya. Barulah Kendra kaget melihat bola mata keponakannya yang memang indah bak bintang kejora. Karena ini bola mata mendiang Arini, istri pertama Kandi, abangnya, ayah dari Aldi.“Astaga…Aldi, kok bisa nyasar ke sini, gimana ceritanya? Bukannya kamu ada di Yaman, kan papah kamu cerita, kamu sekolah di sana!” Kendra sampai membelai wajah keponakannya ini menyakinkan hatinya. Aldi lalu berusaha bangkit, Kendra pun buru-buru membantu.Talhah dan istrinya sama kagetnya, begitu tahu pemuda ini keponakan si Penjagal Gurun ini. Talhah pun buru-buru ikut membantu agar Aldi bisa duduk.Setelah bersandar di ujung ranjang, Aldi pun mulai bercerita, yang di dengarkan Kendra, Talhah dan Amena.“Begitulah Om, aku kan lagi liburan di Tarim, tujuan mau ke Jerusalem mau ziarah ke Masjid Al Aqsa. Ternyata di dalam perjalan bus kami di hadang segerombolan orang berbaju mirip tentara!” Aldi bercerita gunakan Bahasa Arab yang fa
Setelah 23 harian mengajari keponakannya senjata dan cara berperang, Kendra lalu mengajak Aldi untuk kembali ke sarang Red Blue, untuk selamatkan Anastasia Klimo dan Aura Maramis. Sekaligus mencari Ratna dan anaknya.Kendra sudah menceritakan pada Aldi siapa ketiga wanita itu dan kronologis penculikannya. Juga informasi soal Ratna yang didapatnya dari Umar.Aldi hanya mendengarkan, dia jarang bertanya, karena di otaknya sedang merangkai sebuah rencana yang Kendra sendiri pun tak tahu, apa yang ada di benak keponakannya ini.Selama 23 harian ini, Kendra selalu memantau perkembangan, aparat setempat ternyata belum juga berhasil membebaskan dua artis terkenal ini.Sehingga berita mengenai penculikan 2 artis termasuk dirinya, selalu jadi headline media cetak dan online di tanah air, termasuk TV.Diam-diam Aldi yang kini sudah hampir 100 persen sembuh sangat antusias sekali di ajak pamannya berpetualang. Walaupun dia tahu, resiko yang harus di tanggung sangat ngeri.Bisa saja nyawanya mela
Orang ini terlihat pucat dan menatap Kendra dengan wajah ketakutan. Kendra menodongkan pistolnya ke wajah orang ini.“Bicara atau…!” suara Kendra tertahan, karena Aldi menendang pintu ini hingga jebol dan kaget bukan main keduanya. Melihat 10 orang wanita dengan pakaian tak karuan di ruangan ini.Aldi sampai memalingkan wajahnya, karena pemuda ini aslinya tak terbiasa melihat wanita-wanita yang hampir telanjang.Saat Kendra dan Aldi terpana itulah, orang ini terlihat mengangkat senjatanya, agaknya akan menembak Kendra.Trattt…trattt….dua kali tembakan Aldi, membuat orang ini tewas bersimbah darah. Ke 10 wanita di ruangan ini sampai berteriak kaget.Kendra yang kaget langsung menoleh, saat melihat ditangan orang ini ada pistol, si penjagal gurun ini menghela nafas.“Kurang ajar, hampir saja nyawaku melayang, thanks ponakan!” ceplos Kendra lega. Aldi hanya tersenyum kecil. Ke 10 wanita ini yang sempay berteriak ketakutan kini ikutan lega.“Bangsat banget, mereka ini mungkin korban pencu
Saat melepas pakaian Aldi, Balia kaget menemukan pistol di pinggang pemuda ini, pistol otomatis yang terkunci dengan password khusus ini di letakan Balia di meja.Aldi yang kini 40 persen mulai mabuk, kaget juga dengan ulah Balia. Tapi dia mendiamkan saja kelakuan Balia, ia justru ingin tahu apa yang akan di lakukan wanita cantik ini selanjutnya pada dirinya.Kesadarannya masih ada, bahwa apa yang kini dia lakukan adalah salah besar. Tapi sesuatu yang bikin penasaran itu membuatnya kini menunggu dengan hati berdebar-debar. Apa yang akan di lakukan wanita jelita ini.Mulanya Aldi merasakan tongkatnya di pegang dan lama-lama pegangan itu berubah menjadi sesuatu yang membuatnya geli sendiri.Bagaimana tak geli, lidah merah dan panas milik Balia kini menyapu tongkat ajaib ini, hingga tanpa bisa di cegah, tongkat ini tegak kokoh dikit melengkung bagaikan Menara Eifel.Balia malah terbelalak saat si Eifel ini sudah bangkit, karena besarnya hampir selengannya yang mulus dan berbulu halus lum
Kendra tak menegur ulah Aldi, dipikirnya di tegur pun sia-sia, karena keponakannya itu dalam usia lagi penasaran dan penuh dengan hawa anak muda, seperti yang pernah ia alami.Kendra memanfaatkan waktu untuk menyelidiki apakah informasi yang dulu dia peroleh dari anggota Red Blue bener adanya. Karena dia akan ke sana untuk selamatkan Anastasia, Aura dan juga Ratna.Kadang Kendra sengaja agak jauh meninggalkan kota ini, untuk mempelajari situasi dan terus memantau pergerakan komplotan bersenjata, yang ternyata sangat di takuti ini.Hari ke 3, Kendra hanya bisa geleng-geleng kepala, saat keponakannya sudah kembali lagi ke hotel, wajah anak muda ini terlihat bak habis berjalan jauh.“Ayo kita berangkat, kita kini akan menuju ke sarang musuh. Mungkin di sana akan lebih sengit dan pastinya mematikan pertarungannya!” Kendra sekaligus mengingatkan Aldi, agar jangan terlalu larut bersenang-senang.Kendra memberikan sebutir vitamin. “Cepat minum agar stamina pulih lagi!” tanpa bertanya Aldi la
Sudah 5 ruangan yang ia periksa belum menemukan apapun yang di cari, Kendra terus mencari, dan kini dia naik ke lantai 2. Di sebuah ruangan ada 5 orang yang terlihat ingin turun ke lantai 1. Tapi begitu kepergok, Kendra tanpa ampun langsung memberondong ke 5 nya. 3 orang terjengkang dengan tubuh tertembus peluru, dua orang sempat melompat ke samping dan menerjang jendela kaca dan jatuh berdebuk ke bawah dengan kaki patah. Karena mereka tak sadar, tingginya ke bawah hampir 7 meteran. Dan di bawah pas lagi ada batu-batu cadas. Namun mereka tetap memaksakan diri kabur sejauhnya dari bangunan ini. Karena desingan peluru terus berdatangan dari arah halaman. Aldi ternyata masih terus memberondong pasukan bersenjata ini tanpa ampun. Kendra mendekati pintu di mana tadi 5 orang berjaga, sekali tendang dengan sepatu yang ada besi di ujungnya, pintu itu jebol. Lampu ruangan Kendra nyalakan dan kagetlah pemuda ini, ada 15 orang semuanya wanita di sekap di sini. Semuanya menjerit ketakutan
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d