Kemana Ratna pergi…? Ratna tak pernah pulang ke Indonesia, dia pergi ke Yordania via jalan darat naik bus dengan bayinya…tujuannya sebenarnya Turki, untuk memulai hidup baru. Tanpa sepengetahuan Umar apalagi Kendra, juga orang tua Ratna di Banjarmasin.Namun Ratna yang tak tahu jalan arah ke Turki, sedangkan naik pesawat dia tak ada biaya. Apalagi saat ke Yordania dia terpaksa menjual perhiasannya, karena Umar sudah satu bulan tak memberi uang. Wanita malang inipun terdampar di negeri ini.Mulailah Ratna berjuang dari nol bersama Azizah anaknya, Ratna juga sudah mengganti nomor ponselnya! Agar Umar tidak bisa melacaknya. Untungnya Ratna sangat fasih Bahasa Arab, sehingga inilah yang menolongnya.Kita kembali ke tokoh kita, Kendra, yang kini sudah kembali ke Jakarta, selain sibuk kuliah juga sibuk menyelesaikan syuting film Love From Ankara!Aura makin respeck dengan Kendra, yang tak seperti artis kebanyakan, begitu dekat langsung ajak bobok bareng. Kendra dekat dengannya benar-benar d
Gosip kedekatan Kendra dan Aura Maramis bikin film Love From Ankara kembali hits dan mengejar kesuksesan film Mendadak Santri. Penonton jadi penasaran, sebagus apa film ini, di saat kedua pemeran utama nya lagi ‘cinlok’.Produser Ali Badrun makin sumringah, produser yang semula hanya berkutat di papan tengah. Kini perusahaannya melejit jadi perusahaan papan atas, dan investor pun berdatangan, Ali Badrun bahkan bersiap bikin 10 film baru dalam setahun.Tapi Ali Badrun juga sedang persiapkan syuting film Mendadak Santri sekuel II dan III dan bakal persiapkan Love From Ankara sesion II. Soal bayaran, Kendra malah di beri cek kosong! Ali Badrun benar-benar istimewakan Kendra.Inilah kebiasaan film Indonesia, meledak yang pertama, maka produser lalu buru-buru bersipa bikin sekuel-sekuelnya.Padahal di film Love From Ankara, tokoh wanitanya yang di perankan Aura Maramis dibuat meninggal dunia dan Kendra sebagai digambarkan menjadi pria jomblo hingga usia tuanya.Tapi bagi Ali Badrun, semuan
Seminggu kemudian, Kendra benar-benar terbang ke Mesir, tapi transit melalui Dubai, karena tak ada penerbangan langsung ke Kairo.Dia berencana akan memulai penyelidikan ke Umar langsung sesuai saran sahabatnya, AKP Surya. Dari Ima, kakaknya Ratna, Kendra sudah dapat alamat Umar di Mesir.Rumah Umar terletak Kota Alexandria yang berjarak 15o kilometer dari ibukota Kairo. Kendra langsung boking mobil lengkap dengan sopirnya, menuju ke Kota tua Alexandria, sekitar 2 jam 45 menit dari Kairo. Kota ini lebih sejuk, karena sering turun hujan di bandingkan Kairo, yang kering tandus.Setelah dapat hotel bintang 4, Kendra pun bersama Barak, sopir yang dia boking mulai cari alamat Umar. Untungnya Barak fasih bahasa Inggris, sehingga komunikasi dengan Kendra lancar. Barak juga supel, sehingga memudahkan Kendra cari alamat Umar.Setelah berputar-putar hampir 1 jam dan sudah malam hari. Kendra akhirnya menemukan rumah sewaan Umar ini, saat itu dia melihat ada mobil parkir di rumah, rumah sewaan Um
“Kalau kamu minta aku berbuat kriminal, jangankan 3X lipat, 300X lipat pun aku tak mau. Hukuman-nya ngeri, bisa di gantung!” ceplos Sofi dan kini merenggangkan tubuhnya dari pelukan Kendra.Kendra tertawa dan mengajak Sofi duduk di kursi ruangan hotel ini. “Tugas kamu nggak berat kok, juga tak ada berbau kriminal!”Mata Sofi langsung antusias, dia memandang wajah Kendra. “Apa yang harus aku lakukan!” tanpa basa-basi Sofi pun mulai tak sabaran dengan tawaran menggiurkan dari pria yang baru di kenalnya ini.Kendra pun mulai menyebutkan apa tugas wanita cantik yang juga nyambi jadi open BO ini, Sofi mengangguk paham dan bilang itu soal kecil.“Ih kalau cuman itu tugasnya mau pake bingit kalee! Tenang saja, dua hari lagi hasilnya sudah kamu dapat. Karena Umar lagi pergi ke Kairo dan dua hari lagi baru pulang ke sini. Oh ya…kamu apanya istrinya itu sih..?”“Aku…keluarganya, sepupu-nya!” sahut Kendra asal dan Sofi ternyata langsung percaya. Bagi wanita ini, tak penting soal itu, karena uang
“Semoga saja Ratna terdamparnya hanya di Yordania dan tidak melewati negara itu untuk masuk ke Israel dan Suriah,” gumam Kendra, hampir putus asa. Bingung kemana harus mencari wanita yang masih sangat dia cintai ini.Besoknya, Sofi datang kembali ke kamar hotel Kendra, dan cerita yang dia dengar dari mulut wanita open BO ini, tak jauh beda dengan cerita Bibi Yosefa kemarin.Umar memang sempat mencari istrinya tersebut, tapi saat tahu Ratna pergi ke Yordania naik bus, Umar tak peduli lagi dan tak ada niat mencarinya hingga kini.Karena saat bersamaan dia makin tergila-gila dengan Sofi, yang memberikannya kehangatan dan juga membuatnya puas lahir dan batin. Walaupun dia harus keluar uang tak sedikit, beda dengan Ratna yang dingin saat di ranjang.Sofi juga mengirimkan video rekamannya bersama Umar ke ponsel Kendra, yang langsung pemuda ini save. “Kelak ini akan berguna,” batin Kendra, tanpa sekalipun mau melihat rekaman itu.Kendra menyerahkan sisa uang yang 120 ribu pound yang di terim
Walaupun bukan seorang penakut, tapi Kendra nervous juga harus berhadapan dengan kelompok penculik ini nanti.Sedangkan wanita bercadar hitam itu, terlihat tenang-tenang saja. Tidak ada sama sekali ketakutan ataupun suara mengeluh seperti ke tiga bule ini. Kendra sampai kagum melihat ketenangan wanita ini.Inilah yang menguatkan batin Kendra, malu hati dengan keadaannya sendiri. Kendra lalu mulai ambil nafas dan berdoa agar tak ada kejadian buruk menimpanya.“Ingin selamat, harus berpikir tenang dan cerdik. Ini bukan adegan film, ini nyata dan aku terjebak di sini!” pikir Kendra.Kendra melihat jam tangan, hari sudah pukul 8 pagi waktu setempat, cahaya matahari menerobos ruangan tananan ini. Sehingga kini Kendra bisa melihat wajah ke tiga bule yang masih ketakutan tersebut dan kini juga sudah terbangun.Mereka belum terlalu tua, Kendra menaksir usia mereka paling antara 25 sampai 30 tahunan. Wajah mereka terlihat cantik dan tampan, walaupun kini makin putih saja, karena ketakutan.Tib
Abu Basod berpidato di hadapan pasukannya, dialah juga yang memimpin langsung pasukannya ini, ada 100 orang yang bersiap sisanya bertahan di markas.100 pasukan ini termasuk Kendra. Pemuda ini bahkan kaget, ada 10 orang wanita yang ikut dalam pasukan ini.Kendra mulai paham dan mahir bahasa Arab, karena setiap hari bergaul dengan mereka. Tak pernah sekalipun Kendra bermimpi, akan menjadi anggota pasukan bersenjata ini dan bakal berperang.Untung saja Kendra memiliki fisik yang kokoh, karena selama ini rajin berenang dan nge-gym, sehingga badannya kuat. Walaupun harus hadapi cuaca ekstrem panas di Timur Tengah ini.Pasukan ini berangkat gunakan 10 buah mobil dan menuju ke sebuah tempat yang tentu saja tak di kenal Kendra. Mobil-mobil ini ternyat hasil rampasan pasukan Abu Basod.Suasana tentu saja sangat tegang, karena ini bukan membajak bus! Tapi akan berperang benaran. Kendra saja kini membawa sebuah senjata berat, yang pelurunya sampai 50 biji.Selama 3 hari dan kini hari ke 4, suda
Kendra berubah jadi ganas, penyebabnya tak lain dan tak bukan saat melihat kekejaman pasukan musuh. Yang juga tak kenal ampun membantai pasukan Abu Basod.Inilah yang membuat jiwa mudanya bergejolak, kalau sudah perang, hanya dua pilihan, membunuh atau di bunuh, apapun caranya...!Kini setiap bentrok, tanpa ampun pasukan musuh dia bantai. Bahkan yang bikin Abu Basod ngeri sendiri, Kendra seolah punya nyawa rangkap, berani perang terbuka dengan musuh-musuhnya.Dan dalam dua bulanan ini, Kendra sudah 7X ikut perang dan dia tak menghitung lagi berapa musuhnya yang tewas dia berondong.Wajah Kendra juga makin menyeramkan, cambang bauknya bahkan lebih lebat dari milik Abu Basod. Rambutnya juga mulai panjang dan karena saban hari manggul senjata berat, tubuhnya makin kekar dan berotot.Kulit Kendra yang semula putih bersih agak kecoklatan kini, tapi justru makin menambah ‘sangarnya’ tampangnya.Hanya dalam dua bulan ini, Kendra sudah sangat di percaya Abu Basod, dan dia bahkan di segani ang
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d