Nadia melingkarkan kedua tangannya ke leher Kandi, seakan tak ingin melepaskan wajah pria ini. Sekian lama tak bersama seorang wanita, apalagi secantik Nadia dan memiliki kemiripan dengan Arini, Kandi pun terhanyut juga.Saling melumat mulai berubah jadi sesuatu yang menggelora, Kandi tak munafik dia sering merasakan libidonya naik tak terkendali. Tapi kenangan dengan Arini memadamkan hasratnya itu.Tapi saat ini beda, Nadia seakan membuka pintu seluas-luasnya bagi dia untuk memasuki tubuh gadis jelita ini.Suasana pun sangat mendukung, yakni cottage yang indah dan mewah, serta cuaca senja yang berubah jadi dingin, apalagi halimun mulai turun...daerah pegunungan ini memang berhawa sejuk dan dingin, mirip di puncak.Kandi akhirnya lupa dengan Arini, yang ada di hadapannya adalah si lesung pipit bernama Nadia. Gadis berkulit putih, bertinggi semampai, yang mempunyai tubuh dan mulut harum, hingga Kandi mulai lupa daratan.Kandi kini sudah menggendong tubuh Nadia, tanpa sekalipun melepask
Sambil nyiter sendiri mobil yang dia bawa, Undi SH yang penasaran pun dengar alasan Kandi dan Nadia yang malam ini ingin menikah.“Kenapa nggak nunggu besok sih, ini malam…hadeuh kalian ini, kayak abege saja, maunya serba cepat!” sungut Undi.“Mending cepat daripada buka segel tapi belum sah!” sahut Kandi enteng, Nadia terkekeh mendengar ucapan ‘calon suaminya’ ini.Undi mau tak mau tertawa berderai, cocok banget ni si Kandi dapat bini suka bercanda. Beda jauh dengan Arini yang kalem dan lembut. Tapi ni anak kayaknya baik, moga ini jodoh terakhir si Kandi, batin Undi.Penghulu yang mereka datangi sama seperti Undi, dia menatap Kandi dan Nadia bergantian, kaget malam-malam ada pasangan tampan dan cantik minta dinikahkan saat ini juga.“Hmm…kalian…sudah ngumpul yaaa…udah mandi wajib belum!” tanya ustaz Gudu, yang merangkap jadi penghulu ini.“Belum sempat pa ustaz, tapi hampir saja!” sahut Nadia polos, Kandi sampai kaget, termasuk Undi dengan keceplosan Nadia, hingga keduanya terpaksa m
Nadia menjadi terkaget-kaget setelah menjadi istri Kandi Sulaimin. Dia baru tahu kalau sang suami bukan sosok sembarangan. Dia sudah kaget ketika di bawa ke Banjarmasin, dan berkenalan dengan mertuanya.Lalu saat di bawa ke Jakarta dan tinggal di rumah yang dulu jadi tempat tinggal Kandi dan Arini, kembali Nadia hanya bisa geleng-geleng kepala.Selain besar, rumah ini juga sangat mewah, bahkan lebih mewah dari rumah mertua-nya yang ada di Banjarmasin.Saat masuk ke ruang tamu dan melihat foto besar Arini dan Kandi. Ketika Kandi minta pendapat, apakah harus di geser atau di pindahkan ke tempat lain. Dengan senyum maklum Nadia minta tak usah dipindah foto itu.“Biarkan saja Bang, ku anggap Arini adalah kakakku sendiri, itu juga penghargaan bagi wanita cantik itu…!”Kandi menatap wajah Nadia, lalu menganggukan kepala. Kini Kandi lah yang bersyukur, mendapatkan gadis jelita yang sangat pengertian seperti Nadia. Tiba-tiba ponsel Nadia berdering dan dia kaget, karena yang menelpon adalah
Kandi melongo lalu tersenyum saat Nadia cerita, dia tahu hubungan Kandi dengan mendiang Nina kakaknya, setelah pertemuan pertama itu.Nadia pun bilang, dia awalnya kaget bukan main, ternyata pria yang dulu di ceritakan Nina, Kandi lah orangnya dan tak sengaja menolongnya.Nadia pernah melihat foto Nina dan Kandi dari ponsel mendiang kakaknya itu. Inilah yang membuat Nadia kaget saat di tolong suaminya ini, ketika terjadi aksi tawuran para pelajar di jalan raya.“Makanya, aku minta Abang nikahin aku secepatnya…ntar keduluaan yang lain!” ceplos Nadia tertawa bahagia, tawa pertama setelah berhari-hari mewek pasca Nina meninggal dunia.“Kalau udah jodoh, selalu ada jalannya yaa…!” sahut Kandi kalem. Nadia langsung mengangguk dan bilang akan berhenti kuliah di Bagoya, karena ingin jadi IRT saja bagi suaminya ini, Kandi tak keberatan malah senang.“Aku pingin cetak keturunan Abang sebanyak-banyaknya, aku nggak bakal pasang kontrasepsi!” ceplos Nadia, hingga Kandi tertawa saja, termasuk seor
Semenjak Ratna jadi siswi sekolah itu, Kendra pun jadi rajin turun ontime ke sekolah, biasanya dia sering mepet-mepet waktu. Ratna yang kalem selalu senyum, setiap mendapatkan perhatian dari para cowok di sekolah ini.Namun semenjak Wawan sengaja ‘psywar’ kalau sang playboy kakap juga suka dengan Ratna, semua cowok di sekolah ini langsung mundur teratur.Lha bersaing dengan Kendra sama juga bohong pikir mereka, tampang..? Ganteng bak bintang drakor, uang...? Tak berseri lagi (walaupun milik bapaknya), prestasi di sekolah...? dia juara renang antar sekolah se Kalimantan Selatan.Belum lagi di tambah badan kokoh, hasil latihan berenang yang rutin, hingga badannya berotot dan menjulang.Tapi semua kelebihan itu ternyata di tanggapi biasa saja oleh Ratna, candaan Wawan yang kadang menyampaikan ‘maksud terselubung’ Kendra hanya ditanggapi Ratna dengan senyuman.“Sulit bro, tak semudah ente naklukan semua cewek yang di suka. Aku nyerah deh jadi mak comblang. Sekarang kamu harus kerja keras
Sukses ajak Ratna pulang, Kendra pun mulai gencar mendekati gadis jelita ini. Tanpa Kendra sadari, baru kali ini dia merasakan dewi amor bergerak ke hatinya.Rasa itu makin hari makin besar saja, dan ternyata Ratna pun sama, diam-diam dia akan mencari-cari kemana Kendra, kalau bangku sekolah di sebelahnya ini kosong.Bukan hanya para cowok yang harus mengubur impian dekati Ratna. Tapi puluhan siswi SMUN 23 juga dongkol, karena sang playboy ini udah nggak selera lagi main-main dengan mereka, Kendra hanya fokus dekati Ratna.Ratna tak bodoh, dia paham, Kendra makin hari makin intens mendekatinya, diam-diam Ratna pun sama, dia juga pelan tapi pasti mulai menyukai remaja idaman semua wanita ini.Ratna sangat bahagia di dalam hatinya, Kendra yang dikatakan playboy-nya di sekolah ini, ternyata sangat sopan. Si gadis berkerudung ini tetap kalem, tidak mau tunjukan berlebihan rasa sukanya ke Kendra.Dari cerita sahabat dekatnya di sekolah, yang ternyata pernah di dekati Kendra, aslinya pemuda
Kendra jalankan mobilnya tanpa tujuan, pukulan batin telak menghantam hatinua, tahu kalau Ratna sudah bertunangan, kini membuat mentalnya down seketika.Baru pertama kali jatuh cinta dengan hati, tapi fakta pahit harus di terima. Abi Husein meminta pada Kendra agar merubah rasa cinta menjadi cinta pada saudara ke Ratna.Orang tua itu dengan bijak berharap hubungan Kendra dan Ratna, harus di ganti jadi kasih sayang bak saudara. Bukan rasa cinta dua remaja, tapi apa bisa semudah itu?“Kalau kamu sayang dengan Ratna, tentu kamu tak ingin merusak kebahagian dia bukan? Apalagi tunangannya yang sudah sabar menunggunya!” inilah kalimat halus dan Kendra ibarat sedang berada di awan, langsung terhempas ke tanah.Kendra pun memutar mobilnya, dia tak ingin ke pub, apalagi mabuk-mabukan, dia menuju ke tempat sahabatnya.Kendra duduk termenung di teras rumah Wawan, sahabatnya ini juga kaget, saat Kendra datang dan mengisahkan soal Ratna.“Sabar ya bro, mau gimana lagi, anak gadis orang sudah bertu
“Sendirian saja…?” wanita cantik ini menyapa ramah Kendra. Remaja tampan ini menoleh, lalu tersenyum pahit, tidak menjawab.“Tenang saja, wajah seganteng kamu masa patah hati, masih banyak wanita-wanita jelita di luaran, tinggal di pasangin kerudung pasti tak kalah jeliatanya. Wajah kamu bak artir drakor…ganteng maksimal!” puji si wanita ini blak-blakan tertawa kecil.Kendra menatap tajam, andai yang ngomong lagi-laki, bisa-bisa dia bogem mentah. Orang lagi pusing gara-gara patah hati malah ngomong gini, pikirnya. Kendra lalu menghela nafas, meredakan kemangkelan di hatinya.“Tante ini siapa yaa…? Bisa nggak tinggalkan aku sendirian, kan kursi kosong masih ada tuh?” walaupun mangkel, Kendra tetap bicara sopan.Wanita ini malah senyum manis, andai hati Kendra sedang baik-baik saja, pasti wanita jelita ini akan di godanya. Apalagi sepintas wajahnya sangat mirip artis Celine Evangelista.Dia malah memanggil seorang waitress dan pesan dua wine, Kendra mendiamkan saja ulah wanita yang tak
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d