POV AUTHORHeru menatap rumah besar yang ada di depannya. Perasaannya berkecamuk. Ada rindu yang begitu membuncah dalam dadanya ia rasakan.Di rumah itu dulu ia tinggal bersama istri, ibu dan kedua putrinya. Semua terasa bahagia dan baik-baik saja sampai wanita lain bernama Mila singgah dalam hatinya dan menghancurkan kehidupan rumah tangga yang ia bina bersama Andin.Lalu setelah ia hidup bersama wanita kedua dalam hidupnya itu, datang pulalah Andrew kekasih gelap istri mudanya. Laki-laki yang bukan saja sudah menghancurkan hubungannya dengan Mila, tapi juga membuat ia harus kehilangan semua harta miliknya.Dan disinilah ia sekarang. Berada di depan rumah besar miliknya, hendak membuat perhitungan dengan Andrew.Heru melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, pukul 01. 00 WIB.
POV AUTHORSatu tahun kemudian.Matahari baru saja mulai meninggi saat seorang wanita menyibak gorden jendela kamarnya lalu bergerak kembali ke tempat tidur.Dibelainya pipi lelaki yang masih terlelap di atas ranjang lalu berbisik pelan dan mesra di telinganya."Sayang ... bangun ... hari sudah siang. Katanya pagi ini ada meeting dengan klien. Yuk, bangun. Aku siapin pakaian dan sarapan paginya ya, terus berangkat ke kantor," ucap wanita berwajah cantik dan berseri-seri itu di telinga lelaki tampan yang masih asyik bergelung di bawah selimut.Lelaki itu menangkap manja jemari sang wanita lalu menggenggamnya lama saat tangan halus istrinya itu mengusap pelan kepalanya."Hmm ... rasanya nggak pengen ke mana-mana karena aku sudah menemukan tempat ternyaman dalam hidupku .
POV AUTHOR"Kamu serius, Mas?" tanya Mila seolah masih merasa tak percaya pada Purnomo yang tengah mendekapnya erat.Purnomo menganggukkan kepalanya lalu meyakinkan dengan kata-katanya."Iya, Sayang. Mas akan menebusmu meskipun harus membayar mahal pada mamimu. Sekarang bersiaplah, karena sebentar lagi kita akan pergi dari tempat ini," ujar Purnomo sambil meraih pergelangan tangan Mila lalu menghela tubuh wanita itu agar mengikuti langkahnya.Sebelumnya, Purnomo memang sudah memiliki kesepakatan dengan mucikari di mana Mila bekerja dan mereka sama-sama sepakat untuk melepas wanita itu dengan sejumlah uang.Tentu saja sang mami mendapatkan banyak keuntungan dari lelaki yang akan menebus dan membebaskan Mila dari rumah bordilnya itu.Uang yang besarnya hampir lima kali lipat d
POV AUTHOR"Sayang, mas pulang dulu ya. Kamu baik-baik di rumah. Tenang aja, secepatnya mas akan mengurus izin pernikahan kedua denganmu. Doakan saja semoga Mayang setuju dan tidak keberatan. Oke?" ucap Purnomo sembari membelai kepala Mila yang berada dalam dekapannya.Mila mengangguk lalu tersenyum manis."Aku akan .selalu mendoakan kamu, Mas. Bicaralah baik-baik dengan Mbak Mayang, katakan kalau kamu menginginkan anak yang berasal dari benih dan darah daging kamu sendiri, bukan darah daging orang lain yang kalian angkat sebagai anak.Jadi, tidak ada hak bagi dia untuk melarang kamu menikah lagi," sahut Mila pula dengan nada lirih, namun demikian mampu membuat goyah pertahanan di hati Purnomo.Meski dari awal lelaki itu tak begitu setuju dengan permintaan istrinya, Mayang untuk mengadopsi anak, a
POV AUTHOR"May, tanda tangani ini!" ucap Purnomo sambil menyodorkan berkas di tangannya ke hadapan Mayang yang menatapnya dengan pandangan tidak mengerti.Entah benar-benar tidak tahu, atau masih belum bisa menerima, istrinya itu terlihat bingung menimang berkas di tangannya.Berkas yang didapatkan Purnomo dari pengacaranya untuk ditandatangani istrinya itu sebagai syarat mengajukan permohonan poligami ke pengadilan agama."Apa ini, Mas?" tanya Mayang sambil meneliti berkas itu dan membacanya.Setelahnya wanita itu mengelus dada yang terasa perih saat mengetahui jika berkas yang harus ia tandatangani itu ternyata adalah berkas persetujuan dan permohonan dirinya ke pengadilan agama supaya hakim pengadilan agama memberikan izin pada suaminya itu untuk menikah lagi.
POV AUTHOR"Sayang, coba lihat ini. Kamu pasti sudah nggak sabar menunggu ini keluar, bukan?" ujar Purnomo sambil berjalan cepat menyongsong sosok Mila dan menenteng berkas izin poligami di tangannya.Mila mengernyitkan dahinya lalu menyambut uluran kertas dari tangan Purnomo."Apa ini?" tanyanya."Baca saja!" sahut Purnomo sambil tersenyum lebar.Mila pun membaca dengan cepat dan ikut tersenyum lebar saat mengetahui berkas apa gerangan yang disodorkan Purnomo padanya."Ini berkas izin poligami? Syukurlah, akhirnya keluar juga. Kalau gitu, kapan kita akan menikah, Sayang? Aku sudah nggak sabar lagi ingin segera jadi istri kamu?" sahut Mila sambil melingkarkan tangannya di leher Purnomo dan mengecup pipi lelaki itu dengan manja."Secepatnya. Aku akan mengurus segera berkas-berkas pe
POV AUTHORArga menimang-nimang kertas undangan berwarna krem di tangannya dengan kening mengernyit, membaca nama yang tercetak jelas di kertas dalam genggamannya dengan kening berkerut.Mila dan Purnomo.Nama sang mempelai pria tidaklah asing lagi baginya. Dia adalah rekan bisnis yang selama ini menjadi mitra setia perusahaan.Namun, nama sang perempuan? Nama itu masih cukup asing baginya.Apalagi, setahunya Purnomo telah menikah dan memiliki seorang istri meskipun belum dikaruniai keturunan sampai dengan saat ini.Tentu saja mendapat kartu undangan pernikahan itu, benak Arga diliputi rasa kaget dan tak menyangka.Ya, apa karena tak kunjung mendapatkan keturunan, lantas rekan bisnisnya itu memutuskan untuk menikah lagi dan sekarang hendak menggelar pesta pe
POV AUTHOR"Maaf ... dengan Bapak siapa tadi? Boleh kita berkenalan?"Mila berdiri di hadapan Arga sambil mengangsurkan tangannya. Matanya menatap lekat lelaki di depannya dengan pandangan berbinar-binar, membuat Arga menelan ludah karena perasaan bingung dan tidak mengerti.Mila tak juga menarik jemarinya meski Arga hanya diam saja menanggapi uluran tangan yang ia berikan.Arga teringat perkataan Andin soal wanita ini. Wanita ini pernah membuat rumah tangga mantan istrinya itu hancur berantakan lalu mencampakkan mantan suaminya hingga menjadi gembel di jalanan.Ia tak akan mungkin melakukan hal yang sama. Membiarkan rumah tangga yang ia bina bersama Andin mengalami hal yang sama.Ia tak mungkin membiarkan hal itu terjadi lagi dalam hidup seorang Andin, wanita yang sangat ia cintai setelah mendiang
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (148)Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Andin pun membalikkan badannya, hendak meninggalkan kamar Yuli dan Sri karena merasa perintahnya sudah sangat jelas dan tegas. Tak ada lagi alasan sedikit pun bagi Yuli untuk menolak perintahnya atau pun pura pura takut menghadap sebab Yuli bisa jadi lebih licik dari yang mereka bayangkan.Namun, Yuli yang memang tak mengira jika rencananya nyaris diambang kegagalan, spontan berusaha mengelak dengan terus berusaha pura pura tak tahu apa yang baru saja terjadi dan apa maksud perkataan Andin sebenarnya."Ma - maksud Mbak Andin apa? Saya orang suruhan? Suruhan siapa Mbak dan untuk apa?" tanya Yuli masih dengan ekspresi pura pura lugu.Mendengar pertanyaan itu, Andin kembali mengulas senyum tipis."Sudahlah Marni. Saya dan Mas Arga sudah tahu siapa kamu sebenarnya! Sri sudah cerita semuanya kalau kamu tak sesuai seperti apa yang kamu ceritakan pada kami kemarin. Apalagi sejak ngobrol sama kamu di taman belakan
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (147)Sementara itu mengetahui jika Sri ternyata telah tahu rahasia tentang dirinya dan membongkar rahasia itu pada Andin, Yuli pun seketika merasa kesal bukan main. Apalagi saat Heru menelponnya dan terang terangan mengatakan jika dirinya baru saja menghubungi anak anak karena tak sabar lagi ingin segera memiliki Andin kembali dengan cara menghancurkan rumah tangga mantan istrinya itu dengan suami barunya dengan menjadikan anak anak sebagai umpan untuk memaksa Andin bercerai dari Arga, Yuli pun makin merasa gundah.Ia merasa rencananya untuk diam diam mengacaukan keluarga kecil Arga dan Andin menjadi berjalan di luar skenario yang telah dia susun semula. Heru bukan saja bersikap seolah olah tak percaya pada kemampuannya untuk memisahkan Arga dengan Andin. Namun juga telah membuat kekacauan yang menjadikan dia jadi serba salah seperti sekarang ini.Sekarang Andin pasti menaruh rasa curiga padanya kalau dia sebenarnya bukanlah wanita yang diusir ole
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (146)Flashback ....Sebelumnya saat masuk ke dalam kamar, Sekar menemukan ponselnya berbunyi. Gadis kecil yang memang diberi mamanya hape sendiri itu lantas menerima panggilan telepon dari nomor tak dikenal tersebut.Ternyata nomor tersebut adalah nomor hape papa kandung mereka yakni Heru yang sebenarnya sudah lama memiliki nomor telepon kedua anak perempuannya tersebut tetapi baru berani menghubungi saat dirinya merasa tak sabar lagi ingin segera bisa memiliki Andin kembali dan dekat dengan kedua putrinya itu apapun aral yang terjadi. Heru merasa tak sabar lagi ingin cepat cepat mewujudkan keinginannya walaupun di rumah Arga dan Andin sekarang sudah ada Marni alias Yuli yang tengah membantunya mewujudkan cita citanya tersebut.Akan tetapi karena mendapatkan kabar dari Yuli yang mengatakan jika Andin sedang berbadan dua, menyebabkan Heru tak mampu lagi untuk menunggu lebih lama. Dia pun berusaha menghubungi kedua putrinya itu untuk menjalin kembali
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (145)Mendengar perkataan Bi Hanun, refleks Andin dan Sri menoleh dengan kening mengernyit.Sekar menangis dan mengamuk? Yang benar saja? Apa penyebabnya?"Apa, Bi? Sekar nangis dan ngamuk ngamuk? Kok bisa?" tanya Andin dengan nada heran dan tak percaya karena seumur umur putrinya itu tak pernah berkelakuan seperti ini.Dia pun gegas berlari ke arah kamar anaknya tersebut. Ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.Benar saja, di dalam kamar terlihat Sekar tengah menangis sesenggukan di atas tempat tidur sembari meremas remas bantal guling dan seprai yang sekarang keadaannya menjadi kacau berantakan.Selama ini tak pernah Andin melihat putrinya itu dalam keadaan demikian. Itu sebabnya wanita cantik itu sempat mematung di depan pintu sebelum akhirnya gegas memburu sosok Sekar yang tengah menangis di atas ranjang. Begitu pun Seruni yang terlihat sedih meski tak sampai menangis keras seperti Sekar."Sekar, kamu kenapa, Sayang? Kenapa nangis?" tanya Andin d
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (144)"Kamu yakin yang kamu lihat itu hape sama skincare, Sri? Kamu nggak salah lihat?" Andin masih mencoba untuk tidak mempercayai perkataan ART nya itu meski dia tahu Sri bukanlah tipe perempuan yang suka menebar fitnah dan kebohongan. Sri bukan gadis seperti itu walaupun gadis itu tegas dalam berbicara dan apa adanya.Sri menggelengkan kepalanya dengan yakin."Nggak, Bu. Saya yakin saya nggak salah lihat. Mbak Marni memang punya hape dan bawa skincare, Bu.""Terus tadi waktu Ibu ngantar Pak Arga di teras depan waktu Pak Arga mau berangkat ke kantor, Mbak Marni juga ngeliatin Pak Arga terus, Bu. Nggak meleng meleng.""Waktu saya ajak sarapan, Mbak Marni ternyata juga sudah tahu kalau nama bapak itu adalah Arga. Coba Ibu pikir, dari mana Mbak Marni tahu nama bapak adalah Arga sedangkan sebelumnya Mbak Marni belum pernah bertemu Bapak?""Wajar kan, Bu, kalau saya jadi curiga, Mbak Marni itu ada niat tersembunyi ke Ibu dan bapak? Ada tujuan yang Sri
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (143)"Kenapa, Bu? Kok Ibu diem aja? Ada masalah ya, Bu?" tanya Sri begitu melihat Andin masuk ke dapur dengan wajah terlihat muram.Sri memang sangat dekat dengan Andin sehingga berani bertanya seperti itu meskipun Andin notabene adalah majikannya.Andi mengulas senyum tipis lalu menghembuskan nafasnya."Tadi anak anak bicara sama Marni. Tapi setelah itu tingkah mereka jadi aneh, Sri. Sama Mas Arga nggak negur lagi. Saya 'kan jadi heran, Sri. Kenapa sikap mereka mendadak jadi aneh begitu," jawab Andin yang benar benar tak mengerti mengapa kedua putrinya itu hanya diam saja saat berpapasan dengan Papa sambung mereka barusan. Papa sambung yang selama ini sudah bersikap baik melebihi Papa kandung sendiri akan tetapi hari ini telah diacuhkan begitu saja oleh kedua putrinya itu."Hmm ... Marni lagi Marni lagi! Bukan apa apa sih, Bu, cuma ....apa Ibu nggak curiga, Mbak Marni mengaku susah karena diusir suaminya, tapi kok wajahnya cantik dan terawat sekal
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (142)"Tapi, Tante ... apa Mama mau kembali sama Papa lagi? Mereka kan sudah bercerai?" tanya Sekar dengan mimik ragu. Begitu pun Seruni. Wajah keduanya tampak bimbang dan tak menentu."Kalau kalian ingin ketemu Papa lagi dan ingin hidup bersama dengan Papa kalian lagi, maka jalan satu satunya hanyalah dengan membuat Papa Arga pergi dari rumah ini.""Kalau Papa Arga sudah pergi, maka Papa Heru akan kembali dengan Mama kalian lagi. Apa kalian nggak mau hal itu terjadi? Katanya kalian ingin ketemu Papa lagi? Cuma ini satu satunya cara supaya kalian bisa berkumpul lagi dengan Papa Heru.""Papa Arga 'kan hanya Papa tiri kalian. Sedangkan Papa Heru adalah papa kandung kalian. Masa kalian lebih memilih tinggal bersama Papa Arga dari pada dengan Papa Heru?" bujuk Yuli lagi."Tapi, Tan ... " Sekar dan Seruni ragu ragu."Kalian sayang sama Papa kalian kan? Ingat, Papa Heru adalah papa kandung kalian, sementara Papa Arga hanya papa tiri," tandas Yuli kembali
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (141)"Hai, Sekar ... Seruni ... apa kabar?" tanya Yuli dengan nada ramah pada dua gadis kecil yang tengah bermain perosotan tersebut.Sekar menoleh lalu menatap heran saat melihat sosok Yuli yang tengah berjalan mendekati dia dan adiknya."Tante siapa? Kok tahu nama kita?" tanya Sekar dengan tidak mengerti, sebab baru kali ini dia bertemu Yuli tapi Yuli tahu namanya. Tentu saja benak gadis kecil itu merasa heran dan bertanya tanya.Ditanya seperti itu, sesaat Yuli kaget, tapi detik berikutnya cepat cepat dia meralat. Untung saja di dekat mereka saat ini tak ada Sri, Andin atau pun Bi Hanun, andai ada mereka juga pasti heran bagaimana bisa dia tahu nama dua gadis perempuan di depannya itu karena sebelumnya mereka belum pernah bertemu."Hmm ... Tante tahu dong dari Mama kalian dan Mbak Sri. Tapi itu nggak penting. Yang penting Tante membawa pesan penting dari seseorang untuk kalian. Kalian ingin tahu nggak?""Oh ya, sebelumnya kenalkan Tante ini Tant
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (140)"Emang boleh Mbak saya melihat lihat sekeliling sama Mbak Andin? Kalau boleh, saya maulah jalan jalan ke taman," jawab Yuli dengan wajah berbinar.Bagus juga dia keluar dari kamar ini untuk mencari celah dan kesempatan yang kiranya bisa digunakan untuk mewujudkan rencananya, merebut cinta Arga dan memisahkan laki laki itu dari Andin. Apalagi Heru sudah banyak memberinya uang untuk merusak rumah tangga mantan istrinya itu dengan suaminya agar bisa kembali lagi pada Andin. Hal ini membuat Yuli semakin semangat untuk mencari celah dan kesempatan guna mewujudkan niatnya itu."Ya boleh aja sih kalau Mbak mau," jawab Sri lagi merasa senang karena Yuli tampaknya bersedia keluar dari kamar supaya dia bisa segera menggeledah tempat tidur perempuan itu.Itu sebabnya Sri tersenyum lebar saat Yuli menganggukkan kepalanya dengan gembira lalu segera keluar dari kamar setelah mendapat izin darinya.Segera setelah Yuli keluar dari kamar, Sri membuka dan meng