POV AUTHOR
"Mas, mau ke mana? Kok sudah rapi lagi? Katanya di kantor lagi nggak ada kesibukan?" tanya Andin saat melihat suaminya tengah merapikan kemeja yang dikenakan. Bersiap pergi."Mau jalan sebentar, Sayang. Ke rumah Om Wisnu. Mau nawarin kerjasama proyek. Ada proyek baru, bikin taman. Siapa tahu Om Wisnu tertarik buat ambil," jawab Arga sambil menoleh pada istrinya dan tersenyum.
"Oh. Boleh ikut nggak? Pengen ketemu Oma soalnya. Sudah lama nggak ketemu?" tanya Andin lagi.
Oma adalah ibu dari Wisnu yang berarti nenek dari Arga. Beliau sudah sangat renta tapi hingga sekarang masih diberi umur panjang meski usianya sudah hampir sembilan puluh tahun, sementara ibu Arga sendiri malah sudah berpulang di usia lima puluhan tahun kemarin. Andin cukup dekat dengan Oma sehingga ingin ikut berkunjung saat Arga hendak ke sana.
"Memangnya kamu sudah kuat jalan keluar, Sayang? Sean gimana?" 
POV AUTHORUsai dokter mengizinkan Mila keluar dari rumah sakit sebab kondisinya sudah semakin membaik, sesuai perkataannya kemarin, Wisnu pun membawa perempuan itu pulang ke rumahnya.Mila senang luar biasa sebab merasa yakin kalau Wisnu sudah jatuh ke dalam jerat pesonanya. Selangkah lagi ia akan bisa menguasai hidup Wisnu yang seorang lelaki kaya. Meski lelaki itu lebih cocok menjadi ayahnya, tetapi ia bisa jadi batu loncatan kesuksesannya kelak, pikir Mila gembira.Perempuan itu semakin merasa senang saat mobil yang dikemudikan oleh Wisnu memasuki halaman sebuah rumah besar dan mewah berlantai dua lalu menghentikannya tepat di halaman depan."Ini rumah Mas Wisnu?" tanya Mila saat mobil berhenti.Wisnu mengangguk lalu tersenyum. "Iya, Dik. Ayo kita turun. Tapi nggak papa ya, ada keponakan Mas datang sepertinya," ucap lelaki itu saat matanya tertumbuk pada mobil Arga yang terparkir tak jauh dari mobilnya."Nggak papa, Mas. Saya malah
POV AUTHOR"Dik Mila, bener yang dibilang Andin? Kamu pernah merebut suaminya? Iya?" tanya Wisnu pada Mila dengan nada seolah tak percaya jika Mila ternyata mampu melakukan hal seburuk itu."Itu nggak benar, Mas. Itu fitnah!" jawab Mila menyangkal dengan wajah sendu, seolah tak merasa bersalah sedikit pun.Melihat itu, Andin makin geram. "Apa kamu bilang? Fitnah! Dasar perempuan nggak tahu malu, bisa-bisanya kamu nggak mau mengakui kesalahan yang sudah kamu perbuat dulu padaku! Apa maksud kamu? Heh!" teriak Andin lagi penuh emosi."Maaf, Bu Andin. Saya tidak mengerti apa yang ibu bicarakan. Kapan saya merebut suami Bu Andin? Saya saja baru bertemu Pak Arga sekarang. Kenal sama ibu pun baru hari ini. Jadi kapan saya merebut suami ibu? Tolong, Bu. Saya hanya ingin numpang tinggal sementara saja di sini, bukan mau merebut suami orang! Jadi jangan fitnah saya seperti ini," jawab Mila dengan nada tenang, berusaha menguasai diri.
MAYANGMayang membesarkan volume speaker televisi saat mendapati berita kecelakaan lalu lintas yang baru saja terjadi di wilayah tempat ia tinggal itu.Seorang wanita muda berinisial ML dikabarkan telah meninggal dunia terlindas sebuah mobil box yang sedang melaju kencang dengan kecepatan tinggi di jalan raya.Perempuan itu ditengarai sedang berlari menghindari kejaran seseorang hingga ia mengarah ke jalan raya yang akhirnya menyebabkan peristiwa kecelakaan itu terjadi.Sopir mobil box telah dijadikan tersangka. Beberapa orang saksi kecelakaan tragis itu juga telah diwawancarai wartawan dan dimintai keterangannya oleh pihak kepolisian, di antaranya Arga, Heru, Alex dan Wisnu.Merasa tak asing dengan korban kecelakaan lalu lintas yang cukup tragis itu, Mayang kemudian mencoba mencari tahu informasi lebih lanjut berkaitan dengan musibah yang baru saja terjadi itu di media sosial.Dan ia pun seketika te
Mayang tersenyum penuh haru. Rasanya lepas satu beban yang mengganjal dadanya selama ini."Terus masalah harta gono-gini gimana ya, Mas? Walau pun selama ini saya cuma ibu rumah tangga biasa, tapi saya juga punya andil besar dalam kesuksesan yang dicapai oleh Mas Purnomo. Apa bisa saya minta hak atas harta bersama kami itu?" tanya Mayang.Surya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum."Tentu saja, Mbak. Harta bersama itu diatur dalam undang-undang perkawinan yang sah. Siapa pun yang sudah mendapatkan dan menghasilkannya, sepanjang harta itu didapatkan dalam masa perkawinan, maka otomatis masuk ke dalam harta bersama suami dan istri yang pembagiannya pun dibagi sama adil dan sama rata untuk kedua belah pihak.""Untuk itu nanti tolong diinventarisir saja, apa-apa saja harta bersama yang sudah Mbak Mayang dan Pak Purnomo hasilkan selama masa perkawinan. Biar mudah bagi saya untuk mengajukan permohonan pembagian harta Gono-gini itu di
Mayang (3)"Gimana, Mas? Apa kata Pak Arga pada polisi soal Mila?" tanya Yuni dengan nada ingin tahu saat Purnomo selesai melakukan panggilan telepon.Purnomo menghembuskan nafas lalu menatap gundah pada Yuni."Gawat, Yun! Pak Arga bilang ke pihak polisi kalau Mila adalah mantan istri Mas. Pak Arga juga bilang kalau Om-nya sudah menolong Mila dari musibah celaka di hutan kemarin. Artinya Om-nya Mila mungkin sudah tahu kalau Mas adalah orang yang bertanggung jawab atas musibah yang menimpa Mila kemarin, Yun.""Dan mungkin bukan Om-nya saja yang tahu, Pak Arga juga mungkin sudah tahu. Gawat kalau begini, Yun. Kita nggak akan selamat dari kejaran polisi. Kesaksian Om-nya Pak Arga dan Pak Arga sendiri pasti akan membuat polisi mengejar kita dan kita pasti akan dipenjara, Yun," jawab Purnomo dengan nada cemas."Masa sih, Mas. Wong Mila sudah meninggal dunia saja kok, kejahatan kita masih dikorek-korek? Toh, dia juga meningg
"Ada apa, Bu? Ada yang bisa saya bantu?" tanya petugas berseragam coklat khas kepolisian itu pada Yuni yang datang menghadap.Yuni tersenyum. Lalu setelah dipersilahkan duduk, perempuan itu pun duduk dan mulai mengutarakan maksud kedatangannya ke hadapan petugas saat ini."Begini, Pak. Saya hendak melaporkan suatu kejadian yang sudah terjadi cukup lama. Dan kebetulan saya adalah saksinya. Akan tetapi karena saya merasa begitu takut untuk melaporkan kejadian ini pada pihak yang berwajib, maka baru sekarang lah saya berani menghadap Bapak. Saya takut akan keselamatan saya sehingga baru berani melaporkannya saat ini, Pak," kata Yuni pada petugas yang mendengarnya dengan penuh perhatian itu.Pak Polisi menatapnya dengan penuh ketertarikan lalu menegaskan pertanyaannya."Oh ya? Kejadian apa itu, Bu? Boleh diceritakan semuanya. Ibu jangan khawatir, kami dari pihak kepolisian, pasti akan berusaha melindungi Ibu sebagai saksi apabila benar
(Mayang 3)"Oh ya, saya catat laporan dari Ibu sekarang juga ya, supaya kasus ini segera bisa ditemukan titik terangnya, sebab informasi yang ada sejauh ini, jasad wanita yang kecelakaan kemarin memang belum ada satu orang pun dari pihak keluarga yang datang menanyakan keberadaannya dan saya kira kemungkinan besar korban kecelakaan itu benar majikan Ibu yang hilang beberapa hari lalu. Tapi untuk jelasnya nanti kita akan mencocokkan kembali dengan data-data majikan ibu yang hilang dari rumah itu. Oke?" ujar petugas lagi.Mendengar jawaban petugas itu, Yuni merasa lega bukan main.Perempuan itu secara licik memang tak mau terseret kasus yang menimpa Mila yang tak disangka-sangkanya begitu saja.Walaupun jelas jelas dialah yang telah mencelakai perempuan itu tetapi Yuni tak mau masuk penjara sehingga sebelum polisi bergerak lebih dahulu menangkapnya dan Purnomo, ia lebih dulu mencuri start supaya ia bebas dari tuduhan dan
Mayang (4)"Mas, beneran yang datang polisi! Gimana ini?" tanya Yuni pura-pura panik saat ia kembali ke meja makan di mana Purnomo menunggunya dalam ketegangan."Apa! Polisi! Gawat! Kita harus segera kabur dari rumah ini, Yun! Mas nggak mau ditangkap polisi! Mereka pasti akan mengorek kejadian celakanya Mila sebelum ditabrak mobil kemarin! Dan Arga serta Om-nya pasti akan jadi saksi kalau Mila tak pulang sebab kita sudah mencelakai dia kemarin!" ujar Purnomo dengan nada panik."Jadi kita harus kabur? Gimana caranya, Mas? Polisi pasti sudah mengepung rumah ini! Kita nggak mungkin bisa lolos dari kejaran mereka, Mas!" sahut Yuni tak setuju pada ide Purnomo untuk meloloskan diri."Tapi kalau kita sampai tertangkap, kita pasti akan dipenjara, Yun! Apa kamu mau dipenjara? Mas nggak mau!" jawab Purnomo bersikeras."Tapi kalau kita melarikan diri, apa tidak tambah salah kita, Mas? Nanti tambah lama kita dipenjara?"
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (148)Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Andin pun membalikkan badannya, hendak meninggalkan kamar Yuli dan Sri karena merasa perintahnya sudah sangat jelas dan tegas. Tak ada lagi alasan sedikit pun bagi Yuli untuk menolak perintahnya atau pun pura pura takut menghadap sebab Yuli bisa jadi lebih licik dari yang mereka bayangkan.Namun, Yuli yang memang tak mengira jika rencananya nyaris diambang kegagalan, spontan berusaha mengelak dengan terus berusaha pura pura tak tahu apa yang baru saja terjadi dan apa maksud perkataan Andin sebenarnya."Ma - maksud Mbak Andin apa? Saya orang suruhan? Suruhan siapa Mbak dan untuk apa?" tanya Yuli masih dengan ekspresi pura pura lugu.Mendengar pertanyaan itu, Andin kembali mengulas senyum tipis."Sudahlah Marni. Saya dan Mas Arga sudah tahu siapa kamu sebenarnya! Sri sudah cerita semuanya kalau kamu tak sesuai seperti apa yang kamu ceritakan pada kami kemarin. Apalagi sejak ngobrol sama kamu di taman belakan
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (147)Sementara itu mengetahui jika Sri ternyata telah tahu rahasia tentang dirinya dan membongkar rahasia itu pada Andin, Yuli pun seketika merasa kesal bukan main. Apalagi saat Heru menelponnya dan terang terangan mengatakan jika dirinya baru saja menghubungi anak anak karena tak sabar lagi ingin segera memiliki Andin kembali dengan cara menghancurkan rumah tangga mantan istrinya itu dengan suami barunya dengan menjadikan anak anak sebagai umpan untuk memaksa Andin bercerai dari Arga, Yuli pun makin merasa gundah.Ia merasa rencananya untuk diam diam mengacaukan keluarga kecil Arga dan Andin menjadi berjalan di luar skenario yang telah dia susun semula. Heru bukan saja bersikap seolah olah tak percaya pada kemampuannya untuk memisahkan Arga dengan Andin. Namun juga telah membuat kekacauan yang menjadikan dia jadi serba salah seperti sekarang ini.Sekarang Andin pasti menaruh rasa curiga padanya kalau dia sebenarnya bukanlah wanita yang diusir ole
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (146)Flashback ....Sebelumnya saat masuk ke dalam kamar, Sekar menemukan ponselnya berbunyi. Gadis kecil yang memang diberi mamanya hape sendiri itu lantas menerima panggilan telepon dari nomor tak dikenal tersebut.Ternyata nomor tersebut adalah nomor hape papa kandung mereka yakni Heru yang sebenarnya sudah lama memiliki nomor telepon kedua anak perempuannya tersebut tetapi baru berani menghubungi saat dirinya merasa tak sabar lagi ingin segera bisa memiliki Andin kembali dan dekat dengan kedua putrinya itu apapun aral yang terjadi. Heru merasa tak sabar lagi ingin cepat cepat mewujudkan keinginannya walaupun di rumah Arga dan Andin sekarang sudah ada Marni alias Yuli yang tengah membantunya mewujudkan cita citanya tersebut.Akan tetapi karena mendapatkan kabar dari Yuli yang mengatakan jika Andin sedang berbadan dua, menyebabkan Heru tak mampu lagi untuk menunggu lebih lama. Dia pun berusaha menghubungi kedua putrinya itu untuk menjalin kembali
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (145)Mendengar perkataan Bi Hanun, refleks Andin dan Sri menoleh dengan kening mengernyit.Sekar menangis dan mengamuk? Yang benar saja? Apa penyebabnya?"Apa, Bi? Sekar nangis dan ngamuk ngamuk? Kok bisa?" tanya Andin dengan nada heran dan tak percaya karena seumur umur putrinya itu tak pernah berkelakuan seperti ini.Dia pun gegas berlari ke arah kamar anaknya tersebut. Ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.Benar saja, di dalam kamar terlihat Sekar tengah menangis sesenggukan di atas tempat tidur sembari meremas remas bantal guling dan seprai yang sekarang keadaannya menjadi kacau berantakan.Selama ini tak pernah Andin melihat putrinya itu dalam keadaan demikian. Itu sebabnya wanita cantik itu sempat mematung di depan pintu sebelum akhirnya gegas memburu sosok Sekar yang tengah menangis di atas ranjang. Begitu pun Seruni yang terlihat sedih meski tak sampai menangis keras seperti Sekar."Sekar, kamu kenapa, Sayang? Kenapa nangis?" tanya Andin d
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (144)"Kamu yakin yang kamu lihat itu hape sama skincare, Sri? Kamu nggak salah lihat?" Andin masih mencoba untuk tidak mempercayai perkataan ART nya itu meski dia tahu Sri bukanlah tipe perempuan yang suka menebar fitnah dan kebohongan. Sri bukan gadis seperti itu walaupun gadis itu tegas dalam berbicara dan apa adanya.Sri menggelengkan kepalanya dengan yakin."Nggak, Bu. Saya yakin saya nggak salah lihat. Mbak Marni memang punya hape dan bawa skincare, Bu.""Terus tadi waktu Ibu ngantar Pak Arga di teras depan waktu Pak Arga mau berangkat ke kantor, Mbak Marni juga ngeliatin Pak Arga terus, Bu. Nggak meleng meleng.""Waktu saya ajak sarapan, Mbak Marni ternyata juga sudah tahu kalau nama bapak itu adalah Arga. Coba Ibu pikir, dari mana Mbak Marni tahu nama bapak adalah Arga sedangkan sebelumnya Mbak Marni belum pernah bertemu Bapak?""Wajar kan, Bu, kalau saya jadi curiga, Mbak Marni itu ada niat tersembunyi ke Ibu dan bapak? Ada tujuan yang Sri
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (143)"Kenapa, Bu? Kok Ibu diem aja? Ada masalah ya, Bu?" tanya Sri begitu melihat Andin masuk ke dapur dengan wajah terlihat muram.Sri memang sangat dekat dengan Andin sehingga berani bertanya seperti itu meskipun Andin notabene adalah majikannya.Andi mengulas senyum tipis lalu menghembuskan nafasnya."Tadi anak anak bicara sama Marni. Tapi setelah itu tingkah mereka jadi aneh, Sri. Sama Mas Arga nggak negur lagi. Saya 'kan jadi heran, Sri. Kenapa sikap mereka mendadak jadi aneh begitu," jawab Andin yang benar benar tak mengerti mengapa kedua putrinya itu hanya diam saja saat berpapasan dengan Papa sambung mereka barusan. Papa sambung yang selama ini sudah bersikap baik melebihi Papa kandung sendiri akan tetapi hari ini telah diacuhkan begitu saja oleh kedua putrinya itu."Hmm ... Marni lagi Marni lagi! Bukan apa apa sih, Bu, cuma ....apa Ibu nggak curiga, Mbak Marni mengaku susah karena diusir suaminya, tapi kok wajahnya cantik dan terawat sekal
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (142)"Tapi, Tante ... apa Mama mau kembali sama Papa lagi? Mereka kan sudah bercerai?" tanya Sekar dengan mimik ragu. Begitu pun Seruni. Wajah keduanya tampak bimbang dan tak menentu."Kalau kalian ingin ketemu Papa lagi dan ingin hidup bersama dengan Papa kalian lagi, maka jalan satu satunya hanyalah dengan membuat Papa Arga pergi dari rumah ini.""Kalau Papa Arga sudah pergi, maka Papa Heru akan kembali dengan Mama kalian lagi. Apa kalian nggak mau hal itu terjadi? Katanya kalian ingin ketemu Papa lagi? Cuma ini satu satunya cara supaya kalian bisa berkumpul lagi dengan Papa Heru.""Papa Arga 'kan hanya Papa tiri kalian. Sedangkan Papa Heru adalah papa kandung kalian. Masa kalian lebih memilih tinggal bersama Papa Arga dari pada dengan Papa Heru?" bujuk Yuli lagi."Tapi, Tan ... " Sekar dan Seruni ragu ragu."Kalian sayang sama Papa kalian kan? Ingat, Papa Heru adalah papa kandung kalian, sementara Papa Arga hanya papa tiri," tandas Yuli kembali
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (141)"Hai, Sekar ... Seruni ... apa kabar?" tanya Yuli dengan nada ramah pada dua gadis kecil yang tengah bermain perosotan tersebut.Sekar menoleh lalu menatap heran saat melihat sosok Yuli yang tengah berjalan mendekati dia dan adiknya."Tante siapa? Kok tahu nama kita?" tanya Sekar dengan tidak mengerti, sebab baru kali ini dia bertemu Yuli tapi Yuli tahu namanya. Tentu saja benak gadis kecil itu merasa heran dan bertanya tanya.Ditanya seperti itu, sesaat Yuli kaget, tapi detik berikutnya cepat cepat dia meralat. Untung saja di dekat mereka saat ini tak ada Sri, Andin atau pun Bi Hanun, andai ada mereka juga pasti heran bagaimana bisa dia tahu nama dua gadis perempuan di depannya itu karena sebelumnya mereka belum pernah bertemu."Hmm ... Tante tahu dong dari Mama kalian dan Mbak Sri. Tapi itu nggak penting. Yang penting Tante membawa pesan penting dari seseorang untuk kalian. Kalian ingin tahu nggak?""Oh ya, sebelumnya kenalkan Tante ini Tant
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (140)"Emang boleh Mbak saya melihat lihat sekeliling sama Mbak Andin? Kalau boleh, saya maulah jalan jalan ke taman," jawab Yuli dengan wajah berbinar.Bagus juga dia keluar dari kamar ini untuk mencari celah dan kesempatan yang kiranya bisa digunakan untuk mewujudkan rencananya, merebut cinta Arga dan memisahkan laki laki itu dari Andin. Apalagi Heru sudah banyak memberinya uang untuk merusak rumah tangga mantan istrinya itu dengan suaminya agar bisa kembali lagi pada Andin. Hal ini membuat Yuli semakin semangat untuk mencari celah dan kesempatan guna mewujudkan niatnya itu."Ya boleh aja sih kalau Mbak mau," jawab Sri lagi merasa senang karena Yuli tampaknya bersedia keluar dari kamar supaya dia bisa segera menggeledah tempat tidur perempuan itu.Itu sebabnya Sri tersenyum lebar saat Yuli menganggukkan kepalanya dengan gembira lalu segera keluar dari kamar setelah mendapat izin darinya.Segera setelah Yuli keluar dari kamar, Sri membuka dan meng