Share

pelajaran

Author: Maey Angel
last update Last Updated: 2022-06-17 13:51:09

"Yank, kamu kenapa sih lihatin ponsel mulu? Liat aku dong, dari tadi aku di cuekin mulu." Alin membalikan tubuh Aldo yang sedari tadi memandingi gawai miliknya.

"Kenapa, Dek? Apa kau membutuhkan sesuatu? Atau kau ingin makan sesuatu? Biar Mas belikan." Alin menatap dalam mata suaminya, dia memang menanyakan tentang keinginannya tapi tatapan kosong Aldo seakan membuat Alin merasa ia hanya berbasa-basi menanyakan hal itu padanya.

"Yank, kamu nggak usah bohong sama aku. Kamu lagi mikirin Mbak Afi kan?" tanya Alin.

"Iya, Dek. Mas cuma sedikit risau, Kenapa Afi belum juga telpon Mas! Padahal ini sudah jam delapan. Apa dia beneran pergi ya tadi. Tidak biasanya Afi begini, ponselnya juga tak dapat dihubungi. Mas khawatir terjadi sesuatu padanya. Alin, Mas minta izin malam ini tidur di rumah Afi ya. Aku mohon! Mas ingin meluruskan kesalahpahaman tadi pagi." Aldo memegang tangan Alin untuk meyakinkan kekhawatirannya ini.

"Aku ikut ya ke rumah Mbak Afi. Aku juga ingin minta maaf soal kemarin. Pasti gara-gara kemarin kamu nyuruh Mbak Afi kesini anterin makanan untukku, makannya dia marah. Dia pasti cemburu Yank." Alin mencoba mengikuti alur yang Afi buat. Sepertinya istri pertama suaminya begitu murka atas perlakuannya kemarin.

Sebenarnya Alin sengaja melakukan itu agar mereka berdua berselisih. Alin muak jika melihat suaminya selalu pergi sarapan dan makan siang di rumah Afi. Ternyata rencananya berhasil, dan ia menelpon orang tua Aldo agar datang ke rumah Afi untuk mengajaknya ke rumah bersama. Tentu saja hal itu sudah tertata apik sesuai skenario yang ia buat. Mami mertua datang dengan aduan tentang Afi yang ingin mengusir Aldo. Ibarat mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Seperti halnya dirinya, niat hati mengerjai Afi kini mertuanya sudah ikut membenci istri pertama dari anaknya itu.

"Kamu nggak usah ikut, nanti malah tambah marah Afi kalau liat Mas bawa kamu. Kamu di sini aja, jika nanti malam Afi bisa tenang Mas akan kesini lagi." Aldo mengecup kening Alin dan bergegas meninggalkan  Alin yang terpaku menatap kepergian suaminya.

Alin kecewa dengan keputusan Aldo yang pergi tanpanya. Ia ingin ikut ke rumah Afi hanya sekedar melihat drama nyata di depannya. Ia pasti bagaikan setan yang sedang menertawakan makhluk bodoh yang sedang bertengkar itu.

Aldo berjalan menuju rumah Afi dan membuka rumah dengan kunci cadangan yang ia punya. Aldo memang mempunyai duplikat kunci setiap rumah yang ia berikan untuk istri-istrinya untuk memudahkannya masuk jika dalam keadaan genting. Ia melihat lampu rumah yang masih tampak gelap dan ia melangkah menuju kamar Afi. Aldo mencoba membukanya dan kamar itu pun masih gelap. 

Pikiran Aldo buntu, ia sudah tak bisa menahan amarahnya. Ia berlari keluar rumah Afi menuju rumah Alin untuk mengambil mobilnya. Ia akan mencari keberadaan istri pertamanya itu. Aldo kira kemarahan Afi tadi pagi hanyalah omong kosong seperti biasanya. Ia tak akan menyangka jika Afi nekat keluar rumah tanpa seijinnya.

Aldo terus mencoba menghubungi nomor Afi tapi tak kunjung juga tersambung. Ia membanting setirnya menepi di sebuah taman dekat alun-alun kota.

Aldo turun dan mendudukan tubuhnya di kursi pojok taman yang lumayan sepi. Ia mengambil gawainya kembali dan membuka galeri yang terpampang foto wajah indah Afi saat ia masih gadis dulu. Aldo menyesal telah menyakiti Afi dan mengatakan bahwa dia harus mengalah pada Aina, seharusnya ia sedikit menurunkan egonya dan memmilih bersikap adil pada Afi. Sekelebat, terbayang masa lalu bersama istri pertamanya itu, ia mengingat-ingat masa indah saat ingin mendapatkan hati seorang Afi.

Flashback

Seorang wanita berdiri tersenyum kepada beberapa orang di sekelilingnya. Wajahnya tampak berseri tatkala ada seorang pria dan beberapa sahabatnya membawakan ia bunga dan mempersembahkan sebuah lagu di depannya.

🎶🎶🎶🎶

Dengarkanlah … wanita pujaanku

Malam ini akan kusampaikan

Hasrat suci … kepadamu dewiku

Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin … mempersuntingmu

Tuk yang pertama dan terakhir

Jangan kau tolak dan buatku hancur

Ku tak akan mengulang tuk meminta

Satu keyakinan hatiku ini

Akulah yang terbaik untukmu

Suara tepuk tangan dari para alumni ikut memeriahkan suasana. Afi, wanita yang berhasil membuatnya jatuh hati dengan kepandaianya dan sikap santunnya.

Semua para sahabat mendukung acara lamaran Aldo untuk Afi. 

Aldo melangkahkan kakinya menuju Afi lalu membungkukan badannya untuk memberikan sebuah bunga untuknya.

"will you marry me?"

Aldo memberikan dua pilihan pada Afi. Jika ia memilih bunga, berarti ia tak menerima pinangannya. Jika ia memilih cincin, maka ia berarti setuju untuk bersanding di pelaminan bersama dirinya.

Afi yang tampak malu akhirnya memilih kedua nya. Ia membisikan sesuatu di telinga Aldo.

"Aku tunggu kamu datang ke rumah orang tuaku besok."

Aldo langsung bersorak ria diikuti para sahabatnya yang lain. Afi yang malu melihat tingkah Aldo itu memilih diam. Sebenarnya hati Afi juga begitu senang diperlakukan seperti ini, bahkan banyak wanita yang menginginkan calon pasangannya berbuat demikian. Kata mereka, romantis kaya drama-drama Korea.

*****

Aldo tersadar dari lamunannya, dan beranjak dari tempat duduknya untuk kembali ke rumah Afi. Ia berharap istrinya sudah kembali ke rumah.

Mobil memasuki garasi rumah Afi. Aldo melihat kamar Afi yang telah menyala.

Aldo akhirnya bernapas lega karena Afi pasti sudah pulang ke rumah.

Aldo memasuki kamar Afi dan mencari keberadaan istrinya yang sangat ia rindukan.

Aldo mendengar gemericik dari dalam kamar mandi, mungkin Afi sedang membersihkan tubuhnya.

Aldo memilih duduk di tepi ranjang dan menunggu Afi keluar dari sana.

Afi keluar dengan hanya memakai handuk membuat Aldo menatapnya lain. Rambut yang basah dan aroma khas yang sangat wangi membuat Aldo tersenyum.

Afi yang tak tahu jika suaminya ada di kamarnya merasa heran. Tak biasanya suaminya datang ke rumahnya malam-malam.

"Fi, kamu dari mana saja? Mas nyariin kamu dari tadi, Mas khawatir."

Afi mendudukan tubuhnya di depan cermin sambil mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.

"Aku kan tadi pagi sudah bilang, aku ada acara. Apa Mas lupa?"

"Tapi aku kan belum mengizinkan kamu! Apakah kamu tadi habis datang ke acara reuni sekolah lagi?"

Afi memicingkan matanya menatap suaminya bingung.

"Reuni? Kapan teman-teman kita membicarakan reuni? Aku tadi ada urusan, dan tak sengaja bertemu teman. Jadi ngobrol lama. Dan … tumben Mas malam-malam disini? Nggak takut istri mudanya ngamuk. Pulang gih, aku nggak mau jadi bulan-bulanan kalian. Capek aku mas!" ucap Afi santai. Ia tak begitu sedatar tadi siang.  Setelah interview yang ia lakukan tadi akhirnya ia dapat bekerja di perusahaan itu tanpa harus terikat waktu. Aneh memang, tapi Afi tak memikirkan hal itu. Setidaknya ia mempunyai cara untuk membahagiakan dirinya sendiri tanpa harus merasa seperti orang yang tak berguna.

Seseorang akan merasa dihargai dan dihormati ketika ia berada di lingkungan yang tepat. Begitu juga dengan Afi, ia akan menjadi wanita yang sangat dihargai jika ia bisa berada di tempat yang semestinya. Afi bertekad akan memperjuangkan kebahagiaan dia sendiri tanpa menggantungkan pada orang lain, termasuk suami di depannya ini.

Aldo memeluk Afi dari belakang dan membisikan sesuatu padanya.

"Fi, Mas kangen kamu. Mas khawatir banget tadi waktu kamu nggak di rumah. Mas cari sampai keliling kota agar bisa menemukanmu. Maafkan Mas kalau selama ini sudah membuatmu tertekan sehingga Mas berpikir, kamu bakalan pergi dariku." Aldo mencium pipi Afi lembut dan menggendongnya menuju ranjang.

Dasar sifat lelaki, jika ada maunya saja ia akan lembut dan santun. Tapi jika ia sedang marah, jangan harap bisa mendekatinya.

Afi hanya diam tak merespon perbuatan suaminya. Ia tahu apa yang Aldo inginkan. Biarlah untuk malam ini, Afi menurunkan sedikit egonya untuk melakukan ibadah bersama suaminya.

Related chapters

  • Aku Mengalah   suatu Kejadian

    Alin memandangi pintu rumahnya berharap Aldo menepati janjinya untuk pulang. Ia menatap jam di pergelangan tangannya yang menunjukan jam 11 malam. Alin sedari tadi mondar mandir bak setrikaan dan akhirnya memutuskan untuk menelpon suaminya itu.Nada sambung terhubung tapi tak ada jawaban dari nomor suaminya. Berulang kali ia coba menghubungi Aldo sampai ia merasa tangannya lelah untuk kembali memencet tombol memanggil.Akhirnya dengan terpaksa, ia memilih menelpon Afi untuk memastikan suaminya ada di sana atau tidak.Sialnya, nomor Afi juga tak aktif membuat Alin begitu murka. Ia merasa mereka sengaja membuatnya marah.Alin memaksakan diri keluar dari rumahnya tengah malam menuju ke rumah Afi. Ia berjalan sangat cepat tanpa memperhatikan kondisinya yang sedang hamil. Ia akan membalas perlakuan Afi yang sengaja membuat Aldo harus menginap di rumahnya.Alin memencet tombol rumah di depannya ini berulang-ulang. Akhirnya setelah beberapa lama menunggu, Afi keluar dari rumah miliknya itu.

    Last Updated : 2022-06-17
  • Aku Mengalah   masih marah

    Mobil Aldo telah sampai di rumah sakit terdekat dari rumahnya. Raut wajah khawatir tampak jelas di wajahnya."Dek! Bertahanlah, Mas akan panggil dokter untuk datang segera memeriksamu," ucap Aldo menenangkan Alin."Perutku sakit, Yank! Aku nggak tahan." Alin terus saja mengeram kesakitan membuat Aldo yang di sampingnya bertambah panik. Aldo membopong tubuh Alin menuju ruang UGD. Dua orang suster dan satu dokter datang menghampirinya."Tolong, Dok! Istri saya tiba-tiba mengalami pendarahan. Tolong lakukan yang terbaik untuknya! Saya sangat khawatir terjadi pada anak dan istri saya." "Baik, Pak. Silahkan bapak ke bagian administrasi dahulu untuk pendaftaran dan penandatanganan penanganan pasien."Aldo mengangguk dan segera bergegas menuju bagian Administrasi.Ia meninggalkan Alin yang sudah dibawa masuk oleh dokter dan suster.Setelah mengurus beberapa kepentingan di ruang administrasi, kini ia kembali ke ruang UGD untuk mengetahui kondisi Alin sekarang.Selang beberapa menit dokter y

    Last Updated : 2022-07-02
  • Aku Mengalah   Rendra

    Afi membuka matanya perlahan. Ia merasa badannya sedikit lelah akibat kurang tidur semalam. Aldo menyuruhnya ke rumah sakit membawakan baju ganti tanpa mengerti kondisinya yang juga lelah setelah pergi seharian kemarin di tambah melayani Aldo tadi malam. Afi membayangkan kejadian itu dengan memejamkan matanya berharap itu semua hanya mimpi. Setelah suami mendapatkan kepuasan dengannya, ia bahkan tampak seperti pria bodoh yang tak mengingat bagaimana ia mengucapkan rayuan jika sedang menginginkan haknya terpenuhi. Kadang mengingat hal itu membuat Afi kembali terluka.Alin masuk rumah sakit bukan karena dirinya, tapi karena memang ia yang nekat keluar malam-malam dan mengganggu ketenangan tidurnya.Afi yakin, sebentar lagi mertuanya pasti akan memarahinya habis-habisan karena kejadian ini. Pasti Alin akan bilang pada mertua nya kalau semua ini adalah ulahnya.Alin menarik nafas perlahan dan mengeluarkanya dengan relax. Ia membuka ponselnya dan melihat jam pukul setengah enam. Ia bergeg

    Last Updated : 2022-07-02
  • Aku Mengalah   biarlah begini

    Setelah badannya sedikit enak, Afi bersiap pergi ke rumah sakit. Ia tak mau lagi-lagi disalahkan karena tak datang ke sana.Dengan langkah malas ia mengendarai mobilnya melesat sampai ke rumah sakit dimana Alin di rawat.Afi sampai di halaman parkir rumah sakit dengan santai ia melangkahkan kakinya menuju ruangan Alin."Assalamualaikum," salam Afi sambari membuka daun pintu pelan. Mami Cahyo dan Alin tampak sedang berbincang dan mereka menatap Afi dengan pandangan yang menajam. "Waalaikumsalam," jawab Alin tersenyum. Afi tahu, senyum yang ia terbitkan adalah senyum palsu penuh muslihat Afi mengulurkan tangannya berniat mencium tangan mertuanya namun mertuanya melipat tangannya dan memandangnya nanar."Hmm … baru datang rupanya. Apakah jalan dari rumahmu ke sini seribu kilometer sehingga kau lama sekali sampai?" ucap Mami Cahyo sinis."Maaf, Bu." Hanya kata itu yang bisa terucap dalam bibir Afi. Ia tak berani membalas ucapan mertuanya karena akan menjadi masalah lebih panjang nanti.

    Last Updated : 2022-07-02
  • Aku Mengalah   Rencana Alin

    Alin tersenyum senang ketika mertua dan suaminya selalu ada menemaninya di rumah sakit tiga hari ini. Bahkan mereka memanjakannya bak ratu yang tak boleh mengeluh sedikitpun. Hari ini Alin sudah diperbolehkan pulang, setelah tiga hari dirawat tubuhnya sudah agak membaik."Mih, kok sejak kemarin Mbak Afi nggak datang ke sini ya? Apa dia masih marah sama suamiku?" Aldo melirik sekilas mendengar perkataan Alin dan kembali membereskan barang yang akan dibawa pulang."Nggak usah mikirin Afi, fokus sama kesehatan kamu. Nanti Afi biar Mami dan Aldo yang urus." Alin tersenyum senang, rencananya untuk membuat mertuanya sangat membenci Afi berjalan dengan baik. Bahkan Aldo tak berani menyela pembicaraan mengenai Afi setelah perdebatan kemarin malam.Flashback"Mi, Afi nggak kesini?" tanya Aldo saat baru pulang dari kerjanya."Ada tadi, malah dia marah-marah sama Alin dan memintamu agar tak datang kerumahnya."Aldo melipat keningnya, ia seperti tak percaya dengan omongan Maminya. Tiba-tiba ada

    Last Updated : 2022-07-02
  • Aku Mengalah   hamil

    Afi merasa kepalanya bertambah pusing. Untuk sekedar berdiri pun ia harus tertatih-tatih. Jam menunjukan waktu petang, Afi bersiap untuk melaksanakan sholat maghrib. Ia berjalan pelan menuju kamar mandi dengan keringat yang sudah membanjiri tubuhnya. Ia benar-benar sakit, ditambah lagi ia belum makan dari siang.Afi selesai melaksanakan ibadah sholat Maghrib dan Isya. Jam kini sudah menunjukan pukul delapan, dan Nissa belum juga datang. Afi berniat menghubunginya kembali dan menyalakan gawainya yang tadi sengaja ia matikan.[Hallo, Assalamualaikum, Nissa. Jadi kesini?][Waalaikumsalam, Fi. Iya ini lagi di jalan. Maaf ya agak lama, tadi nunggu Kakakku jemput aku di rumah sakit.][Ya, sudah.hati-hati jalannya jangan ngebut. Maaf selalu merepotkanmu. Wassalamualaikum]Afi mematikan sambungan telepon dan Afi melihat ada sebuah pesan masuk dari nomor Aldo suaminya.[Nafisha Alya sucipto, hari ini saya Aldo firmansyah menjatuhkan talak tiga untukmu. Dan silahkan urus perceraian kita, karena

    Last Updated : 2022-07-02
  • Aku Mengalah   Keluarga Bahagia

    "Ini bubur dimakan," ucap Rendra."Aku nggak suka bubur. Aku kalau liat bubur pengen muntah. Yang lain ada?" Afi memilih tidak memakannya karena ia sangat jijik melihat makanan yang satu ini."Saya sudah berbaik hati membeli bubur spesial buat kamu, kamu malah nolak," ucap Rendra dengan nada datarnya."Salah sendiri nggak tanya." Afi memalingkan muka nya menghindari tatapan tajam Rendra."Kamu ini sebenarnya anak siapa sih? Kalau di bilangin susah amat?" Afi melototkan matanya mendengar ucapan Rendra barusan. Ia teringat tingkah jahilnya saat mereka bertengkar, pasti kata-kata itu yang keluar dari bibir Rendra."Anaknya Papa Sucipto. Puas?!" Rendra tersenyum senang saat melihat wanita di depannya ngambek gara-gara ucapannya tadi. "Mau makan tidak? Kalau tidak aku mau pulang. Ngapain nungguin orang yang udah gede tapi kelakuan kaya bocah. Nggak mau makan silahkan, palingan nanti kamu mati." Afi tak habis pikir dengan mulut Rendra ini. Kata-kata yang dia ucapkan selalu saja bikin ia

    Last Updated : 2022-07-02
  • Aku Mengalah   harus tega

    "Mi, Aldo mau ngomong sebentar. Bisa?" Aldo menatap maminya agar mau berbicara di luar kamarnya. Ia tak mau Alin mendengar ucapannya.Bu Cahyo mengangguk dan mengikuti langkah Aldo. Mereka memutuskan berbicara di ruang kerja Aldo."Mi, apa yang harus Aldo lakukan? Aldo nggak bisa seperti ini, Afi istri Aldo. Aldo merasa jadi suami yang berdosa jika tak berlaku adil kepada nya. Tolong bujuk Afi agar tak marah lagi. Aldo ingin menemuinya, Mi. Bahkan sekarang aku sama sekali tak konsen bekerja akibat memikirkan semua masalah ini. Ada yang aneh pada diri Aldo, seperti ada yang terjadi pada Afi." ucap Aldo sendu."Halah! Itu hanya perasaanmu saja. Kan Mami sudah bilang, tinggalin Afi saja agar kamu bisa bahagia sama Alin." Bu Cahyo tampak tak suka akan permintaan anaknya ini."Mi, tolong kali ini lakukan sesuatu untukku. Mami ingin masalah ini berlarut-larut? Mami ingin hidup anakmu ini di hantui rasa berdosa karena mengacuhkan Afi yang masih menjadi istriku? Jika nanti Tuhan bertanya pert

    Last Updated : 2022-07-02

Latest chapter

  • Aku Mengalah   akhirnya

    Rendra mencium perut besar Afi, sekarang usia kandungannya memasuki sembilan bulan."Kamu pasti lelah bnget ya, Fi! Ibu jadi ikut merasakan kehamilan kamu. Kamu harus berhati-hati, usia kehamilan sudah tinggal menunggu hari. Kalau ada sedikit rasa tak nyaman, bilang sama Rendra. Biar dia siap siaga membawa ke rumah sakit," ucap Bunda khawatir melihat perut Afi yang terlihat begah."Nggak usah Bunda bilang, Rendra selalu siap siaga 24 jam. Cuma Afi yang dibilangin suka ngeyel mau ngelakuin pekerjaan rumah, besok kita cek up ke dokter lagi. Biar tahu kondisimu setiap hari," ucap Rendra tegas."Nissa kan ada, ngapain ke dokter," sanggah Afi."Ya Mungkin Kak Rendra mau cari dokter ahli yang lain, dia nggak yakin kayaknya sama keahlian adiknya ini," sahut Nissa yang baru datang dari luar bersama Vino.Ditatapnya aneh lelaki yang bersama Nissa, membuat Vino merasa canggung."Nis, udah acara pestanya?" tanya Afi."Nggak jadi, udah nggak mood pergi ke sana. Vin, lo pulang aja gih! Kakak gue s

  • Aku Mengalah   baby twins

    Sejak kehamilannya, Rendra menjadi sedikit cerewet. Afi yang hanya ingin sekedar membantu Bunda nilam memasak, ia pun melarangnya. "Bang, Afi bosan! Boleh ya, ikut Bunda bikin cake! Pengen buat yang spesial buat Abang!" ucap Afi merengek pada Rendra yang sedang sibuk memeriksa berkasnya di ruang keluarga. Biasanya ia akan bekerja di ruang kerja khusus miliknya. Namun sekarang ia menjadi overprotektif dengan Afi mengingat istrinya sedang mengandung dua buah hati sekaligus."Nggak usah bikin cake spesial. Kamu aja udah spesial untuk Abang, sini! Duduk dekat Abang," ucap Rendra sambil menepuk sofa di sebelahnya.Afi melengos dan memilih mengalah dan duduk di samping suaminya."Abang ini, nggak di mana-mana fokus kerja terus! Begitu dibilang sayang! Huft!" Afi kesal karena dari tadi suaminya tak melihatnya dan masih sibuk dengan laptop dan kertas yang ada di depannya. Rendra melirik Afi yang membuang mukanya jengkel, dan Rendra memilih menyingkirkan semua pekerjaannya dan mencium pipi is

  • Aku Mengalah   bahagia

    Afi menatap Rendra dengan binar bahagia, begitu juga Rendra. Afi diperiksa dokter Elsa lewat monitoring USG di perutnya. Tampak jelas di sana gumpalan yang masih sangat kecil."Wah, janinnya ada dua. Kemungkinan kembar, Bu!" Rendra yang di samping Afi mendampingi dan melihat gambar anaknya tersenyum bahagia. Dia mencium kening Afi tanpa malu di depan dokter Elsa."Bang!" Afi melirik Dokter Elsa yang tampak senang dengan perlakuan Rendra padanya yang sangat manis.Setelah USG kelihatan, dokter menganalisis umur dan juga jadwal persalinan untuk Afi."Kandungan Bu Nafisah memasuki minggu ke enam. Dan kondisi kehamilan sangat rentan untuk banyak beraktivitas berat. Sebaiknya, Ibu istirahat dan mengurangi aktivitas agar tak terlalu lelah. Apa Ibu mengalami gejala ngidam?" tanya Dokter Elsa."Nggak Dok, sepertinya suami saya yang nyidam. Dia kalau pagi suka pusing, dan sekarang lebih menyukai di dekat saya. Seperti ini!" Afi menunjuk suaminya, dan Rendra mendelik kesal."Hahaha, kalian lu

  • Aku Mengalah   Buah kesabaran

    "Fi, Abang lapar! Kita cari makanan yuk!" ucap Rendra saat sedang berbaring di kasur dengan Afi."Malam-malam pengen makan? Abang nggak salah? Apa Afi masak lagi aja di dapur?" Afi memandang jam di dinding, padahal sekarang pukul sepuluh malam. Tetapi suaminya ingin makan di luar. "Nggak usah masak, Abang pengennya makan di luar bareng kamu." Pernikahan Afi dan Rendra sudah berjalan hampir lima bulan, dan akhir-akhir ini Rendra memang kelihatan aneh. Dia yang biasanya dingin, berubah sangat manja dan suka sekali mencium rambut Afi yang baru saja keramas."Besok saja ya, Bang!" bujuk Afi.Dengan wajah kecewanya, Rendra menekuk wajahnya dan berbalik memunggungi Afi. Afi yang melihat tingkah lucu suaminya, mencubit pipinya pelan."Abang kayak wanita lagi datang bulan, suka ngambek. Dan keinginan Abang yang aneh seperti wanita ngidam. Apa mungkin Abang ngidam?" ucap Afi terkikik geli.Rendra kembali berbalik badan menghadap Afi. "Kamu terakhir datang bulan kapan?" tanya Rendra serius.

  • Aku Mengalah   membahagiakan

    Pipi Afi merona karena malu, ia menghabiskan malam ini dengan pesta dansa yang amat membuat malam begitu indah."Dan kamu, harus membayar mahal nanti malam dengan ku, Sayang!" Rendra membisikan kalimat yang membuat Afi begitu merinding. Rendra, lelaki normal yang sedang di mabuk asmara. Gelora cintanya pada Afi, membuat ia semangat sekali untuk menggoda Afi dan membuatnya salah tingkah.Afi kaget ketika melihat Nissa dan juga Yuna dengan seorang lelaki dan mereka juga ikut berdansa. "Mereka memaksa minta ikut, katanya ingin menikmati suasana Bali yang indah. Namun, jangan khawatir. Mereka tak akan menginap di resort ini, mereka akan menginap di hotel keluarga Dirgantara. Jadi, kita nggak ada yang bisa ganggu!" goda Rendra membuat pipi Afi kembali bersemu merah. Ternyata ia tahu, jika dirinya kaget melihat kehadiran Nissa dan Yuna.*Malam ini, dansa dan pesta kembang api digelar. Di luar resort, semua tamu menikmati indahnya bintang dan juga kembang api yang meriah. Banyak kekaguman

  • Aku Mengalah   Kejutan

    Malam ini Rendra mengajak Afi berbulan madu ke Bali. Rendra menutup mata istrinya dengan kain penutup agar ia sukses dalam memberikan kejutan. Afi dan Rendra sampai di Bali, tepatnya resort Stary angel milik istrinya."Apa sih, Bang? Afi penasaran banget!"Rendra mengajak Afi berjalan dan berhenti tepat di depan Resort. Semua orang yang diperintahkan Rendra sudah siap dengan tugas masing-masing. Mereka sampai di resort malam hari, membuat suasana begitu sangat romantis.Rendra memberikan aba-aba pada semua orang dan ia membuka penutup mata Afi perlahan."Sudah boleh buka mata?" tanya Afi. "Sudah! Dan lihatlah, Sayang!" Afi membuka matanya dan terkejut dengan surprise yang di buat suaminya. Karpet permadani merah dan juga bunga mawar putih kesukaannya, berjejer rapi di setiap pinggir jalan menuju pintu masuk resort. Beberapa orang yang tampak berseragam melebarkan senyum dan menunduk hormat."Suka?" tanya Rendra."Suka banget! Makasih, Bang!" jawab Afi tersenyum riang."Ini belum seb

  • Aku Mengalah   POV Afi

    "Kenapa melihat Abang seperti itu? Abang memang tampan," ucapnya percaya diri."Tampan tapi mes*um!" ucapku asal. Kami keluar kamar hotel dan mengetuk pintu kamar Nissa. Ia juga telah siap dari tadi. "Cie, pengantin baru. Seger amat! Habis berapa ronde tadi malam?" goda Nissa membuatku sedikit malu."Dek, kamu jadi ikut pulang nggak! Cepat! Abang tunggu di bawah," ucap Bang Rendra dingin."Yuna mana, Niss?" tanyaku karena tak melihat Yuna."Dia di jemput sama cowoknya tadi," ucapnya."Kamu nggak dijemput cowokmu?" ledekku membuat ia mencebikkan bibirnya."Ya iya, yang sudah laku. Sombong amat!" sahutnya dengan nada kesal.Aku, Nissa, dan Bang Rendra pulang ke rumah Bunda. Kami akan berkumpul bersama keluarga besar."Di sana nanti ada Haris juga, Bang?" tanyaku melirik Nissa. Ia tampak tak suka ketika aku menyebut nama Haris. Aku tahu, Nissa masih marah dengan Haris dan Nissa bukan wanita yang mudah memaafkan sepertiku."Mungkin. Tapi kalau dia sadar diri, seharusnya nggak usah datan

  • Aku Mengalah   Aku bahagia

    Pov Afi"Pagi, Sayang!" ucap lelaki di sampingku yang sah bergelar menjadi suami. Rendra mencium pipiku dan mengusap rambutku perlahan. Aku yang baru tidur diperlakukan suamiku dengan hangat membuat hatiku berbunga-bunga."Bang! Jam berapa ini? Aku kesiangan ya?" ucapku mengucek mataku mengedarkan pandangan ke dinding. Jam menunjukkan pukul setengah lima pagi."Nggak, Sayang! Tapi kalau kamu mau nambah lagi, kita kesiangan!" godanya. Senyum genitnya membuatku mencubit lengannya. Suamiku hanya terkekeh pelan. Senyum yang jarang ia tampakkan pada semua orang, kini bahkan sangat mudah aku dapatkan.Aku melemaskan ototku, semalam bahkan Bang Rendra sangat membuatku kelelahan. "Mandi dulu, Sayang! Atau mau Abang mandikan?" ucap Bang Rendra menaik turunkan alisnya. Genit! Aku hendak berdiri dan pergi ke kamar mandi tapi Bang Rendra malah mengangkat tubuhku hingga aku kaget."Bang! Aku bisa mandi sendiri!" ucapku meminta turun. Namun, bang Rendra hanya tersenyum dan meletakkanku di bathub ya

  • Aku Mengalah   halal

    Sholat jamaah selesai, Afi mendekati Rendra dan meminta salim padanya lalu mencium punggung tangan suaminya . Rendra sangat senang dengan status barunya kini sebagai suami. Rendra mencium pucuk kepala Afi sambil melafadzkan doa."Allohuma innii as aluka khayraha wa khayra wa jabaltahaa 'alaihi wa a'uudzibika min syarriha wa min syarri maa jabaltahaa 'alaihi.Ya Allah, limpahkanlah keberkahan dalam rumah tangga kami. Turunkanlah rasa cinta di hati kami berdua. Cinta yang senantiasa menambah kecintaan kami kepada-Mu.""Aamiin." Setelah melafalkan doa dan mencium kening Afi, Rendra kini duduk bersila menghadap sang istri. Dipandanginya wajah cantik nan sholeh yang kini sudah sah menjadi istrinya ini. Afi yang merasa malu dipandang suaminya, memilih melepas mukena dan melipatnya."Udah Bang, lihatinya!" ucap Afi salah tingkah. Ia hendak berdiri untuk menaruh mukena yang tadi ia pakai ke dalam lemari. Rendra masih menatap Afi, membuat Afi memilih tiduran di ranjangnya.Rendra berdiri dan

DMCA.com Protection Status