Seorang pria tampan tengah meneguk minuman beralkhohol miliknya beberapa kali. Sementara teman di sampingnya hanya menatapnya dengan sesekali memperingatinya. Malam ini, Hans Lawren merasakan patah hati untuk yang pertama dalam seumur hidupnya. “Apakah itu pantas?” tanya Leo.Tapi Hans malah mengabaikannya dan tidak berkata apapun. Sahabatnya itu malah terus meneguk minumannya terus menerus hingga wajah tampannya berubah menjadi mabuk.“Aku sudah memperingatkan kau untuk mencari tahu tentangnya. Kau malah menolak. Apapun yang kau lakukan sekarang sudah tidak berguna.”Benar, semua yang Hans lakukan kini tidak akan berguna. Wanita yang dia pedulikan tidak akan memerdulikannya kembali. Hal yang membuat Hans sangat menyesalinya, itu karena dia harus mengharapkan istri orang orang lain. Sakit hati yang dia rasakan lebih menyakitkan daripada ditinggalkan seorang kekasih. Sial!“Kau tidak bisa terus seperti ini. Kau perlu mengakhirinya.”Ya, Hans harus segera mengakhirinya. Karena jika tid
Happy Reading ….Sepulang dari rumah sakit, Hans dan Leo kembali ke perusahaan Lawren. Kini mereka berdua berada di dalam ruang kerja CEO besar itu. Leo memberikan beberapa laporan yang dia temukan mengenai Clara. beberapa catatan masalalu wanita cantik itu, dan juga mengenai obat yang selalu rutin Clara minum.“Bagaimana?” tanya Leo saat melihat Hans yang tak henti-hentinya menatap beberapa lembar kertas itu.Jika Leo tidak memaksa untuk mencari tahunya, mungkin sampai kapan pun Hans tidak akan mengetahui hal mengenai masa lalu Clara. Wanita itu memiliki kehidupan yang sulit sebelum akhirnya dia menjadi Nyonya besar Washington.“Ternyata dia mengalami amnesia pasca trauma,” ucap Leo.“Bagaimana kau mendapatkan semua ini?” tanya Hans pada Leo. Karena Hans yakin, seorang Aland Washington tidak akan membiarkan sedikit pun celah dalam kehidupannya untuk seseorang memanfaatkannya.“Aland Washington itu … sangat menutup rapat kehidupan pribadinya. Tidak menyangka di balik kesuksesannya, te
Happy Reading ….Sudah satu minggu berlalu semenjak kepergiaan Robert Royce. Hari ini, seluruh anggota berkumpul bersama untuk mendengarkan surat wasiat mendiang Robert. Di dalamnya tertulis jika Clara menjadi satu-satunya hak waris. Hal tersebut, tentu saja membuat Patricia tidak puas.“Sial! Pria tua Bangka itu sudah mati tapi keputusannya tetap tidak berubah!”“Mom, sekarang bagaimana? Jika Clara si jalang itu menendang kita keluar dari rumah ini, akan seperti apa kehidupan kita?” ucap Hanna dengan cemas.“Diamlah! Jangan membuatku bertambah pusing!”Patricia dan Hanna berada di dalam mereka dan tengah berpikir keras. Jika Clara menendang mereka keluar, maka tamatlah sudah. Mereka tidak bisa menerima penghinaan sebesar itu, mereka tidak bisa! Bagaimana pun juga, seharusnya harta kekayaan Robert jatuh ke tangan Patricia, bukan Clara!“Mom, setelah membuat pria tua bangka itu tiada, ternyata kau tetap tidak mendapatkan satu peserpun dari harta kekayaanya,” ucap Hanna.“Sial!”Selain
Happy Reading ….Baca pelan-pelan part ini ya.... Sudah dua jam berlalu sejak kepergian Hans dari ruang kerjanya. Clara juga melanjutkan pekerjaannya seperti biasa. Tapi, tiba-tiba saja ponselnya bergetar, sebuah pesan chat masuk ke dalam aplikasi online chat miliknya.‘Jangan melupakan obatmu.’ Isi pesan teks dari Aland.Setelah membaca itu, Clara langsung meraih tasnya dan mengambil obat yang selalu dia minum. Sesaat, Clara menatapnya intens. “Bagaimana jika aku tidak meminumnya? Obat ini selalu membuatku mengantuk dan sakit kepala.” Dia bermonolog.Clara membuka tutup obat tersebut, mengambil satu butir. Dia memasukan obat tersebut ke dalam hot coffe miliknya, membiarkan obat tersebut agar larut di dalam coffe. Aktivitas yang selalu Clara lakukan sejak dia kembali dari rumah sakit. Semenjak itu, dia sudah tidak meminum obatnya lagi.Aku tidak akan meminumnya. Batin Clara.Tidak lama setelah itu, ponsel Clara kembali bergetar. Lagi-lagi Aland mengiriminya sebuah pesan.‘Aku tidak a
Happy Reading ….Besok adalah hari anniversary pernikahan mereka yang ke tiga tahun. Bukan pernikahan, lebih tepatnya adalah hari di mana Aland pertama kali bertemu dengan Clara. Pria itu menggunakannya sebagai hari pernikahan mereka.Malam ini, Aland berencana untuk mengadakan dinner romantis bersama Clara, menunggu hingga tengah malam dan mengucapkan happy anniversary bersama-sama. Dia ingin membuat Clara bahagia, serta mewujudkan segala keinginannya.Sebelumnya, wanita cantik itu selalu mengeluh karena Aland yang tidak pernah mengerti perasaannya, tidak pernah memanjakannya dengan sesuatu yang romantis. Jadi malam ini, dia merencakan itu semua, membuat acara dinner romantis. Meskipun pada kenyataanya hal-hal romantis sama sekali tidak cocok dengan dirinya. Tapi tidak disangka, jika dinner romantis yang dia rencanakan akan berakhir seperti ini.“Clara, apa kau baik-baik saja?” tanya Aland dengan nada cemas.Clara mendongakan wajahnya, menatap Aland dengan tatapan tajam. Tiba-tiba, C
Happy Reading ….Dia membuka matanya perlahan, sesaat termenung menatap langit-langi kamar. Hatinya masih terasa sakit, hancur berantakan. Kenapa harus membohonginya seperti itu? Kenapa harus membodohiny? Apakah itu menyenangkan?Ternyata, hidup yang selama ini dia jalani adalah sebuah kebohongan. Semuanya palsu. Clara tidak pernah menyangka jika hidupnya akan berubah secepat ini. Berubah setelah dia mendapatkan ingatannya kembali. Semuanya sudah seperti ini, mungkin akan lebih baik jika dia tidak pernah mendapatkan ingatannya kembali.Clara beranjak, lalu beringsut turun dari ranjang. Kaki jenjangnya melangkah mendekati jendela, membuka gorden menggunakan jemari lentiknya, membiarkan sinar mentari menyeruak masuk ke dalam kamar dan menghangatkannya.Tidak terasa, air matanya tiba-tiba saja menetes tanpa dia kehendaki, jatuh membasahi wajahnya. Sementara itu, pikirannya terus saja berkecamuk memikirkan apa yang telah terjadi kepadanya. Di masa lalu, Aland begitu membenci dan menyakiti
Aland menarik pergelangan tangan Clara, membawa wanita cantik itu menuju lantai dua dan masuk ke kamar mereka. Sesampainya di dalam kamar, Clara langsung menghempaskan pegangan tangan Aland padanya. Menatap pria itu dengan raut wajah penuh kekecewaan.“Clara!”Clara mengangkak dagunya, seolah dia sudah siap untuk berdebat dengan Aland. Kali ini, dia sudah tidak merasa takut seperti dulu saat pertama kali Aland memarahinya. Hati dan kehidupannya sudah hancur oleh pria itu. Kini, apapun yang terjadi Clara tidak akan peduli.“Aku bisa menjelaskan semuanya.” Aland hendak meraih lengan Clara, namun wanita cantik itu dengan segera mundur untuk menghindarinya.“Tidak perlu.” Clara menggeleng lemah. “Tidak ada yang perlu kau jelaskan,” ucapnya penuh penekanan.Clara berbalik, lalu melangkah pergi dari hadapan Aland. Tapi, tiba-tiba Aland menarik pergelangan tangannya kembali, membuat wanita cantik itu terkesiap lalu jatuh ke dalam pelukannya. Aland memeluk Clara erat, tapi tidak dengan Clara.
Ketiga pria tengah berada di dalam ruangan privateroom sebuah club malam. Dua di antaranya hanya bisa bertukar pandang melihat satu rekannya yang terus menegak minuman beralkhohol tanpa jeda. Sudah beberapa botol minuman minum berserakan di atas meja, namun pria itu tidak kunjung menghentikan tegukannya.“Apa yang akan kau lakukan setelah ini?” tanya Derreck pada Aland.Seraya meneguk minuman beralkhoholnya, Aland menjawab, “Tidak ada.”Derreck mengangkat halisnya, sementara Jonathan hanya bisa menggeleng pelan. Sudah sekitar dua jam lebih mereka berada di sana dengan kondisi Aland yang terus seperti itu. Padahal, beberapa kali dua sahabatnya itu telah mengingatkan untuk tidak minum terlalu banyak. Tapi, Aland tidak menghiraukannya“Di mana istrimu sekarang? Tanya Derreck lagi.“Di dalam mansion.”“Kau tidak mengurungnya seperti dulu, bukan?”“Aku mengurungnya,” jawab Aland enteng.“Oh shit!” umpat Derreck tidak percaya.Mau bagaimana lagi? Istrinya itu begitu keras kepala, begitu pul
Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka
Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang
Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke
Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl
Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah
Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde
Happy Reading ….Clara baru saja kembali dari rapat para pemegang saham. Mereka mendiskusikan untuk pengangkatan CEO baru perusahaan Royce. Sebagai pemegang saham tertinggi dan pendidikan yang memadai, dia berhasil menjadi pemimpin baru dari perusahaan keluarganya.Awalnya, mereka semua meragukan kemampuan Clara. Namun Clara memberikan beberapa bukti jika selama belajar di luar negeri, dia telah berhasil menderikan sebuah perusahaan kecil yang bisa terbilang sukses. Mereka tidak bisa meragukan kemampuan Clara lagi.Wanita cantik itu baru saja diantar ke ruang kerjanya yang baru, ruang kerja CEO. Clara meraba meja kerja, menatap kursi yang dulunya ditempati oleh Robert Royce. Dia teringat kembali kenangan masa kecilnya ketika pertama kali di bawa ke ruangan itu.Clara kecil menangis dan ingin ikut Robert bekerja, ibunya tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Terpaksa Robert membawa Clara ke perusahaan, duduk menemaninya selama bekerja. Semuanya sangat indah disaat kehancuran belum t
Happy Reading ….Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion. Pergi menuju kamar buah hatinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat dia mendapati seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu menatapnya dengan senyuman penuh.“Hai, apa kabar?”“Clara ….”“Ya, aku kembali.”Aland tersenyum, berjalan cepat menghampiri wanita cantik itu kemudian memeluknya erat. Clara membalas pelukannya dengan hangat. Mereka tidak saling bertemu hampir setengah tahun, dan kini waktunya mereka untuk saling melepaskan rindu satu sama lain.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Fiona dan Fillio sedang menonton kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Menyadari hal itu, Aland dan Clara langsung melepaskan pelukan mereka.Fiona dan Fillio berlari menuruni tangga, lalu menghambur ke dalam pelukan mami papinya. “Kami juga ingin dipeluk,” ucap mereka bersamaan.Rasanya kini keluarga kecil mereka sudah lengkap kembali, kebahagiaan mereka akan bertambah setiap harinya.
EMPAT TAHUN KEMUDIAN.Happy Reading ….Di dalam sebuah kelas sekolah taman kanak-kanak. Beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain. Meskipun guru di depan kelas meminta mereka untuk mengikuti pelajaran, namun beberapa anak nakal hanya sibuk bermain dan tidak memerdulikan pelajaran.“Papiku membelinya kembarin, ini sangat bagus,” ucap seorang anak laki-laki seraya memperlihatkan mainannya pada beberapa anak yang lain.“Aku akan meminta papiku untuk membelikannya juga.”“Aku mau!”“Aku mau!”Seorang guru mendatangi kerumunan anak laki-laki yang berada di sudut kelas itu. Mengambil sebuah mainan yang sejak tadi menjadi perhatian mereka.“Fillio, kau membawa mainanmu lagi ke sekolah. Apa kau ingin Bu guru mengambilnya?”“Aku hanya ingin memperlihatkannya kepada mereka,” jawab Fillio.“Baiklah.” Guru muda dan cantik itu memberikan mainannya kembali pada Fillio. “Besok kau bisa melakukannya ketika istirahat, tidak pada jam pelajaran.”Anak laki-laki itu mengangguk paham.“Fiona Fiona,