Clara tidak pernah berpikir jika dia bisa menyembunyikan masalah Fillio dari Aland begitu lama. Nyatanya, hari ini Aland langsung mengetahuinya. Sekarang, Clara berada di dalam kamar bersama Aland yang masih menuntut beberapa penjelasan darinya.“Ayolah Aland … itu hanya sebuah goresan kecil. Itu hal yang wajar untuk anak-anak, oke? Lagipula, Jonathan mengatakan jika bekas luka itu akan hilang. Kau tidak perlu memperpanjang masalah ini.” Clara berbicara panjang lebar, namun Aland tidak menanggapinya sama sekali. Pria itu tengah berbaring seraya memejamkan matanya di samping Clara. tapi, Clara tahu jika dia tidak sedang tertidur. Clara tahu jika Aland mendengarkan setiap ucapannya.Wanita cantik itu mencoba membujuk Aland. Dia meminta agar Aland bangun dan membuka matanya, lalu mendengarkan setiap penjelasannya. Sebenarnya, hal yang paling Aland takuti adalah, Clara takut jika Aland akan mengganti baby sitter Fiona dan Fillio. Jangan sampai itu terjadi.“Aland ….” Clara duduk di sampi
Kini waktu telah menunjukan pukul sebelas malam. Sementara Aland dan Clara sedang berada di dapur. Setelah menemukan obat milik Clara, Aland memintanya untuk segera meminumnya. Namun, wanita cantik itu ternyata belum makan malam. Clara melewatkannya karena sibuk dengan kedatangan Aland.Aland tengah memasakan makanan untuknya, dan Clara sendiri tengah duduk santai di atas kursi seraya terus menatap intens kea rah botol obat yang tengah digenggamnya. Dia penasaran dengan obat apa itu. Kenapa dia harus selalu mengkomsumsinya.“Makanlah.” Aland menyimpan satu piring makanan ke atas meja.“Terima kasih.” Clara mengambil itu, lalu langsung memakannya sesuai perintah Aland.“Kau tidak boleh melewatkan obatmu. Bukankah Jonathan telah memberitahumu?”“Ya,” jawab Clara singkat seraya terus mengunyah makanannya. “Cepat habiskan,” ucap Aland yang kemudian beranjak pergi.“Kau mau kemana?” tanya Clara dengan nada protes.“Ruang baca.”Clara menatap kepergian suaminya sampai bayang-bayangnya hila
Sudah dua minggu penuh Clara selalu tidur larut malam. Dia focus merancang perhiasan yang dipesan oleh Hans. Meskipun tengat waktu yang diberikan oleh pria itu cukup lama, tapi Clara ingin menyelesaikan itu secepatnya.Sebelumnya, yang tertulis pada perjanjian mereka, Clara harus menyelesaikan pesanannya dalam waktu tiga bulan. Dalam tengat waktu itu, perhiasan yang pria itu pesan harus sudah siap, dan itu hanya sebuah kalung saja. Tapi kini, jumlah perhisan yang dipesan Hans bertambah. Clara harus kerja sampai larut malam untuk menyelesaikannya dalam waktu tiga bulan.Clara hanya bercanda ketika mengatakan jika perhiasan itu harus menunggu dalam waktu satu setengah tahun. Dia tidak bersungguh-sungguh akan melakukannya. Karena jika itu terjadi, artinya Clara harus berurusan dengan pria itu lebih lama lagi. Clara tidak mengharapkannya.“Kau belum tidur?” tanya Aland yang baru saja masuk ke dalam kamar setelah kembali dari ruang bacanya. Dia berjalan menghampiri Clara, lalu duduk tepat
Sebelumnya Clara berusaha menolak ajakan suaminya, tapi Aland tidak mengabulkannya dan malah terus meminta Clara agar menurutinya. Dan ketika Clara sudah menurutinya, kini Aland malah membuat masalah baru dengan menciptakan tanda merah pada ceruk lehernya.“Aland, lihatlah. Bagaimana aku akan pergi bekerja?”Clara mematut dirinya di depan cermin, seraya terus mencoba menghilangkan tanda merah pada lehernya menggunakan bedak dan foundations. Clara resah karena tidak bisa menghilangkan itu, dia juga tidak bisa menutupinya menggunakan syal karena ini adalah musim panas. Menggunakan syal hanya akan menyiksanya.“Aku tidak bisa pergi bekerja jika seperti ini. Aku akan malu ….” Entah sudah berapa lama Clara mengeluh karena tanda merah itu.“Maka kau tidak perlu bekerja,” kata Aland santai, membuat Clara langsung menyorotinya tajam. Menyebalkan!Clara kembali menatap cermin. Dia merapikan rambutnya pada kedua belah sisi, mencoba menutupi tanda merah itu menggunakan rambut. Itu tidak akan ter
Sekitar lima menit sudah Clara menunggu di depan pintu lift ekslusif itu, tapi lift tak kunjung sampai. Sepertinya Aland sengaja mempersulitnya. Sebenarnya Clara ingin menaiki lift lain, tapi lift khusus karyawan itu selalu penuh. Sepertinya, tidak ada tempat untuk dirinya.Sepuluh menit berlalu, akhirnya pintu lift yang dia tunggu terbuka. Tapi, ketika Clara hendak masuk ke dalam lift, seorang penjaga menghentikannya. “Maaf, Bu. Tidak ada yang bisa masuk ke dalam lift kecuali pak Aland.”Clara berkerut heran. “Termasuk aku? Apa kau tidak mengenalku?” protes Clara. Pagi ini dia sudah cukup kesal karena tingkah Aland, dan kini di tambah dengan pegawai lift. Sial sekali!“Bu Clara, pak Aland mengatakan untuk tidak mengijinkan siapapun selain beliau untuk menaiki lift ini.”Clara menyalang takjub mendengar ucapan dari seorang pria di hadapannya. Ternyata dia mengenal Clara, tapi masih melarang Clara untuk masuk ke dalam lift. Tidak ada yang seberani ini sebelumnya kepada Clara, kecuali a
Sudah sangat lama Clara hanya diam menunggu di dalam ruangan Aland, dan tidak melakukan apapun. Dia menunggu Aland yang entah pergi kemana. Sekilas, dia melirik keluar melalui dinding kaca, melihat satu sekretaris Aland yang sibuk dengan pekerjaanya. Clara pernah berpikir untuk meminta bantuannya. Tapi, akankah dia menolong Clara?Tidak ada ponsel, sangat membosankan. Di dalam ruangan Aland juga tidak ada sesuatu yang bisa memusnahkan kebosanannya. Menyebalkan sekali! Tapi, tiba-tiba saja Clara teringat dengan obat milik Aland yang sebelumnya dia temukan di dalam laci. Clara ingin mengetahui obat itu dengan jelas.Dia beranjak, melangkah mendekati meja kerja Aland. Clara membuka laci tersebut, dan mengambil botol obat yang tersimpan di sana. Tapi dia sedikit heran dengan obat yang dia temukan kini, pasalnya obat itu berbeda dengan yang sebelumnya dia temukan. Clara hafal betul bentuk botol obat itu tidak seperti yang sedang dia pegang sekarang.Apa Aland menukarnya?Kemudian, pintu ru
Clara duduk di sisi kolam renang, melihat kedua babynya bermain air didampingi oleh Aland dan juga Emma. Beruntung Aland sedikit mengerti untuk tidak memaksa Clara masuk ke dala air. Jika tidak, maka harga diri Clara yang dipertaruhkan. Tanda merah yang diciptakan Aland benar-benar menganggu.Wanita cantik itu tersenyum seraya melambaikan tangannya saat Fillio melihat ke arahnya. Sekilas Clara juga melihat ke arah Fiona yang tengah belajar berenang bersama Aland dengan seorang pelatih bersama mereka. Tapi bukan hanya seorang pelatih yang berada dekat dengan suaminya, melainkan beberapa ibu muda lainnya juga ikut mengerumuni Aland.Seketika senyuman pada wajah cantiknya hilang, berubah dengan raut wajah malas. “Bukankah dia terlihat sangat senang dikerumuni oleh banyak wanita cantik?” gerutunya sebal.“Untuk apa menggerutu di sini?” tanya seorang wanita seraya mengulurkan satu lengannya yang tengah menggenggam satu cup hot coffe pada Clara.Clara menoleh, melihat sarah yang sudah dudu
Sebelumnya Aland sudah memperingatkan, tapi Clara malah mengabaikannya. Lihatlah sekarang, hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja sejak Clara meminum minumannya sampai akhirnya wanita cantik itu mabuk berat. Dia menundukan wajahnya di atas meja, bahkan tidak menanggapi ketika Aland memanggilnya.“Bukankah sudah aku katakana? Tapi kau malah tidak mau menghiraukan,” ucap Aland dengan santai. Sesaat dia sangat senang melihat istrinya yang keras kepala itu seperti ini.Pesta baru saja dimulai. Derreck yang merupakan tuan rumah mengangkat gelas berisikan minuman beralkhohol itu ke atas untuk melakukan cheers bersama. Kemudian, musik EDM mulai dimainkan oleh DJ. Malam ini, semua orang bersenang-senang bersama.Minuman apa itu! Kenapa aku langsung mabuk seperti ini. Gerutu Clara dalam hati.Clara masih menundukan wajahnya di atas meja. Dia membuka matanya, menoleh sedikit untuk melihat keberadaan Aland yang tadi masih duduk di sampingnya. Tapi, kini suaminya itu sudah tidak berada di sa
Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka
Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang
Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke
Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl
Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah
Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde
Happy Reading ….Clara baru saja kembali dari rapat para pemegang saham. Mereka mendiskusikan untuk pengangkatan CEO baru perusahaan Royce. Sebagai pemegang saham tertinggi dan pendidikan yang memadai, dia berhasil menjadi pemimpin baru dari perusahaan keluarganya.Awalnya, mereka semua meragukan kemampuan Clara. Namun Clara memberikan beberapa bukti jika selama belajar di luar negeri, dia telah berhasil menderikan sebuah perusahaan kecil yang bisa terbilang sukses. Mereka tidak bisa meragukan kemampuan Clara lagi.Wanita cantik itu baru saja diantar ke ruang kerjanya yang baru, ruang kerja CEO. Clara meraba meja kerja, menatap kursi yang dulunya ditempati oleh Robert Royce. Dia teringat kembali kenangan masa kecilnya ketika pertama kali di bawa ke ruangan itu.Clara kecil menangis dan ingin ikut Robert bekerja, ibunya tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Terpaksa Robert membawa Clara ke perusahaan, duduk menemaninya selama bekerja. Semuanya sangat indah disaat kehancuran belum t
Happy Reading ….Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion. Pergi menuju kamar buah hatinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat dia mendapati seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu menatapnya dengan senyuman penuh.“Hai, apa kabar?”“Clara ….”“Ya, aku kembali.”Aland tersenyum, berjalan cepat menghampiri wanita cantik itu kemudian memeluknya erat. Clara membalas pelukannya dengan hangat. Mereka tidak saling bertemu hampir setengah tahun, dan kini waktunya mereka untuk saling melepaskan rindu satu sama lain.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Fiona dan Fillio sedang menonton kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Menyadari hal itu, Aland dan Clara langsung melepaskan pelukan mereka.Fiona dan Fillio berlari menuruni tangga, lalu menghambur ke dalam pelukan mami papinya. “Kami juga ingin dipeluk,” ucap mereka bersamaan.Rasanya kini keluarga kecil mereka sudah lengkap kembali, kebahagiaan mereka akan bertambah setiap harinya.
EMPAT TAHUN KEMUDIAN.Happy Reading ….Di dalam sebuah kelas sekolah taman kanak-kanak. Beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain. Meskipun guru di depan kelas meminta mereka untuk mengikuti pelajaran, namun beberapa anak nakal hanya sibuk bermain dan tidak memerdulikan pelajaran.“Papiku membelinya kembarin, ini sangat bagus,” ucap seorang anak laki-laki seraya memperlihatkan mainannya pada beberapa anak yang lain.“Aku akan meminta papiku untuk membelikannya juga.”“Aku mau!”“Aku mau!”Seorang guru mendatangi kerumunan anak laki-laki yang berada di sudut kelas itu. Mengambil sebuah mainan yang sejak tadi menjadi perhatian mereka.“Fillio, kau membawa mainanmu lagi ke sekolah. Apa kau ingin Bu guru mengambilnya?”“Aku hanya ingin memperlihatkannya kepada mereka,” jawab Fillio.“Baiklah.” Guru muda dan cantik itu memberikan mainannya kembali pada Fillio. “Besok kau bisa melakukannya ketika istirahat, tidak pada jam pelajaran.”Anak laki-laki itu mengangguk paham.“Fiona Fiona,