Share

Bab 10. Aku Bisa Mandiri

Author: YOZA GUSRI
last update Last Updated: 2023-09-01 20:52:06
Kami tiba di Mall ketika jarum jam menunjuk pukul sebelas. Aku melihat wajah Caca yang sangat ceria. Berjalan sambil menampakan wajah yang bahagia.

"Bu, Caca boleh beli mainan?" tanya Caca saat kami melewati toko mainan.

"Nak, kamu main saja ya di sini. Jangan beli mainan. Terserah mau main apa saja. Pokoknya hari ini Caca bisa main sepuasnya. Tetapi ibu tidak mengizinkan untuk membeli mainan dan dibawa pulang."

"Memangnya kenapa, Bu? Kenapa aku tidak bisa beli mainan? Aku ingin beli barbie, beli boneka panda, beli tas sekolah. Tidak apa-apa kalau aku tidak main, Bu. Asalkan bisa beli dan dibawa pulang. Uang yang dikasih oleh ayah dibelikan saja mainan ya, Bu."

Andai saja kami sudah tinggal terpisah dengan keluarga Mas Daris, aku akan menyuruh Caca untuk membeli sepuasnya yang dia mau. Aku tak akan membiarkan dia menjadi anak yang seakan memiliki ibu tidak mampu. Hanya saja, sekarang tidak bisa. Jika aku membelikan mainan untuk Caca, ibu mertua pasti akan banyak bertanya tentang asa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 11. Ingin Punya Rumah

    ***"Elena, setelah Caca sarapan, kamu mencuci! Semua baju sudah ada di mesin cuci," ujar Mbak Intan yang kini berdiri di hadapanku dengan pakaiannya yang sudah rapi. Mungkin dia mau ke Pasar."Caca sedang sakit, Mba. Aku sulit untuk mencuci kalau dia sedang rewel. Di dapur juga masih ada piring kotor bekas sarapan tadi, belum sempat aku cuci."Aku berkata sambil menyuapi Caca. Tanpa perlu melihat wajah Mbak Intan. Baru saja beristirahat, dia sudah menyuruhku lagi. Ya, aku menganggap menyuapi Caca adalah istirahat. Setidaknya bisa duduk dan meluruskan badan. Sejak bangun jam lima subuh, aku sudah menyibukan diri dengan membuat sarapan untuk semua orang di rumah. Mencuci piring bekas makan semalam yang belum sempat dicuci. Sekarang Mbak Intan menyuruhku lagi. Tidak bisakah dia membiarkan aku beristirahat sejenak?"Ya Allah, Elena! Ya kan Caca tidak rewel. Jadi, kamu bisa tinggal sebentar untuk nyuci bajuku. Lagipula tidak banyak kok. Jangan malas. Jangan hanya mau tinggal gratis di sin

    Last Updated : 2023-12-25
  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 12 Tak Di Hargai

    "Caca duduk di sini dulu ya, ibu mau bersihkan dapur. Kalau nanti ayah pulang, terus rumah masih kotor, ayah akan memarahi ibu. Jadi Caca main sendiri dulu ya."Setelah mendapat anggukan dari Caca, aku langsung menurunkannya dari pangkuan dan menuju dapur. Aku berdiri di pintu. Kepala menggeleng melihat pekerjaan yang harus diselesaikan. Mencuci piring, mengepel rumah, dan memasak untuk makan siang. Mungkin pekerjaan rumah tidak akan terasa berat jika aku hanya mengurus keluarga kecilku. Tetapi jika dijadikan pembantu di Rumah mertua, rasanya sungguh sangat berat. Apalagi diam-diam aku bekerja mencari nafkah. Ya, aku selalu meluangkan waktu siang sampai jam empat sore untuk menulis. Selain karena waktu itu aku tidak sibuk mengurus rumah, semua orang juga jarang ada di rumah. Tetapi meskipun ada orang di rumah, aku juga sering menyempatkan untuk menulis. Kebetulan aku menulis menggunakan handphone, sehingga tidak menaruh curiga di banyak orang jika aku sering memegang handphone dalam w

    Last Updated : 2023-12-25
  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 13. Aku Ingin Pisah

    Terdengar tawa dari sosok lelaki yang terbaring di sampingku. Entah apa yang membuatnya tertawa? Entah apa yang menurutnya lucu?"Mau jadi apa kamu kalau kita bercerai? Bisa apa kamu, Elena? Kamu hanya perempuan yang tidak lulus SMA. Kamu masih sadar 'kan kalau tidak punya ijazah SMA? Dulu kamu dikeluarkan karena telah mempermalukan sekolah. Sekarang ini kalau mau keterima kerja, minimal harus punya ijazah SMA. Kamu mau makan apa kalau pisah dari aku? Memangnya ibumu masih mau menampung kamu? Dan lelaki mana yang mau menikah dengan kamu kalau nanti kita berpisah, perempuan janda yang dulunya menikah karena hamil duluan. Di kampung ini namamu sudah terlalu buruk. Tidak ada lelaki yang akan menjadikan kamu istri. Kalau pisah denganku, selamanya kamu akan menjadi janda. Coba lihat dirimu, betapa jeleknya kamu sekarang. Badan gendut tidak berbentuk, lelaki mana yang akan naksir kamu. Jangan menambah masalah di hidupmu dengan bercerai denganku. Sudah untung di rumah ini bisa hidup tenang da

    Last Updated : 2023-12-25
  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 14 Aku Membenci Istriku (POV Daris)

    ***Aku pulang ke Rumah untuk istirahat, tetapi Elena membuat mood ku rusak. Dia sudah banyak berubah. Perempuan yang dulu sangat dicinta, kini menjadi perempuan yang aku benci. Sifatnya yang dulu lembut dan penurut, sekarang berubah sebaliknya. Dia selalu saja membantah ucapanku. Aku tidak suka perempuan yang selalu mengajak debat. Sebagai istri, seharusnya dia diam saja ketika aku menasehati. Yang tadi aku katakan benar, rumah berantakan karena mainan Caca, aku tidak suka melihatnya. Sedangkan Elena hanya bermain handphone di kamar. Wajar jika aku marah!"Lah kok datang lagi, bukannya tadi Mas katakan kalau mau pulang istirahat karena ngantuk," ujar Lona — adik bungsu ku yang cerewet. Dia sedang menyantap bakso yang ada di hadapannya."Aku tidak bisa istirahat. Capek berdebat dengan Elena." Aku berkata dengan nada gusar. Pikiran kembali mengingat perkataan Elena. Selama ini dia belum pernah meminta pisah. Berani sekali dia berkata begitu. Aku bukan takut kehilangan Elena. Sungguh,

    Last Updated : 2023-12-25
  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 15. Perempuan Pengganggu (POV Daris)

    Saat ibu sedang asyik bicara, Mbak Intan datang. Dia langsung ikut bergabung. Lona menyampaikan rencana kami pada Mbak Intan. Ternyata Mbak Intan juga sangat senang. Responnya sama seperti ibu dan Lona. "Kamu dulu kenapa bisa suka sih sama Elena? Padahal Elena juga nggak cantik cantik amat. Aku curiga kalau dia itu sudah kirim guna-guna agar kamu suka padanya. Secara, dia dari keluarga miskin melarat. Sedangkan kita orang berduit. Pasti ada niat tersembunyi." Mbak Intan memecah keheningan. Dia adalah orang pertama yang mengamuk saat dulu aku ingin menikahi Elena. Dia sangat marah dan tidak setuju. Dia bahkan mendatangi Elena sebelum ijab kabul. "Mungkin itu benar, Mbak. Sebelumnya, aku tidak ingin menikahinya karena merasa masih muda dan belum ada niat untuk menikah. Tetapi, ada rasa yang tidak bisa aku lepas. Aku sangat mencintainya dan merasa sangat bersalah jika tidak menikahinya. Mungkin saat aku mengatakan tidak mau menikahinya, dia langsung pergi ke orang pintar untuk berbuat j

    Last Updated : 2023-12-25
  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 16. Menjatuhkan Talak (POV Daris)

    Elena menatapku dengan tajam. Aku yakin emosinya sudah memuncak. Kenapa dia yang marah? Seharusnya aku yang sangat marah karena dia telah menggangguku. Gara-gara dia aku kalah.Selama ini Elena selalu beraktivitas sendiri. Terlalu manja jika harus meminta tolong hanya untuk mengangkat panci air panas. Bukankah selama ini dia bisa melakukannya sendiri? Mungkin dia ingin mencari perhatian padaku. "Kamu manusia yang tidak punya hati, Mas! Air panas itu juga untuk mandi anak kamu yang baru saja sembuh dari sakit. Kalau tanganku sedang tidak sakit, aku juga tidak akan minta tolong pada kamu!" Elena langsung pergi dari hadapanku. Dia membanting pintu dengan kasar. Aku tidak peduli.Elena tampak marah, tetapi dia tidak menangis. Biasanya kalau sudah bertengkar seperti ini, dia akan berkata sambil menangis. Dia itu perempuan cengeng yang hanya tau menangis. Rasanya aku sangat menyesal telah menikah dengannya. Setelah dipikir-pikir, tidak ada yang bisa aku banggakan darinya. Perkataan Ibu, M

    Last Updated : 2023-12-25
  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 17. Tangisan Putri Kecilku (POV Daris)

    "Ibu seperti kamu seharusnya tidak pernah ada di dunia ini! Kamu terlalu egois, Elena! Tidak memikirkan masa depan anakmu. Mau jadi apa dia kalau ikut dengan kamu. Mau menjadi perempuan nakal seperti kamu? Hah!" Aku berkata sambil mengangkat wajah Elena agar menatapku yang sudah gelap mata. Marah! Ya, aku sangat murka. Aku tidak suka di bantah. Seharusnya dia mengikuti saja keinginanku, pergi dari sini tanpa membawa Caca."Kamu akan menyesal, Mas! Dan kalian semua … kalian semua akan mendapatkan karma dari perilaku kalian terhadap aku! Aku bersumpah, kalian semua akan mendapatkan balasan yang lebih parah dari yang kalian perbuat padaku!" Elena berteriak. Dia sudah seperti orang gila. Rambutnya terlihat acak-acakan. Sangat memalukan! "Pergi, Elena! Aku sudah tidak membutuhkan kamu di sini!" ucapku pada perempuan yang sangat jauh dari kata cantik. Aku masih tidak menyangka jika dulu pernah mencintai perempuan sepertinya. Elena berusaha berdiri. dia melangkah dengan pelan. Seakan tidak

    Last Updated : 2024-01-30
  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 18. Aku Pergi

    ***Saat ini aku sudah berada di taksi. Tidak tahu akan ke mana. Pikiranku terus tertuju pada malaikat kecilku. Bagaimana keadaannya sekarang? Aku tak kuat mendengar suara tangisannya tadi. Apalagi Caca baru saja sembuh dari sakitnya. Aku sangat mengkhawatirkan keadaannya.Semuanya seperti mimpi. Aku tak menyangka jika malam ini diusir dari Rumah itu. Masih tak percaya dengan kenyataan. Jika saja tahu hal ini akan terjadi, aku pasti sudah pergi lebih dulu, tanpa sepengetahuan Mas Daris dan semua orang di rumah itu. Aku pasti akan membawa Caca pergi. "Kita mau kemana, Mbak." Aku tersadar ketika mendengar suara supir taksi. Berhenti menatap keluar jendela. Aku tidak tahu mau ke mana. Bibirku masih enggan untuk berucap. Rasanya ingin kembali ke Rumah itu dan membawa pergi Caca agar ikut bersamaku."Mbak nya mau ke mana?" Supir taksi kembali bersuara."Berhenti di Hotel saja, Pak. Aku tidak tahu hotel terdekat di sekitar sini," ujarku yang mungkin nyaris tak terdengar. "Kenapa tidak bi

    Last Updated : 2024-01-30

Latest chapter

  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 34. Memilih Hidup Tanpa Pasangan

    Terlalu banyak hal yang membuatku kaget. Bagaimana tidak, aku mendapat informasi dari ibu jika Mas Daris masuk penjara karena telah menjadi pelaku pembunuhan. Seperti mimpi, aku sungguh sulit untuk percaya. Yang lebih mengagetkan, kata ibu, perempuan yang dibunuh adalah perempuan yang telah Mas Daris hamili. Apa selama hidup denganku Mas Daris selingkuh? Atau dia menjalin hubungan dengan perempuan itu setelah aku pergi dari rumah. Tetapi bisakah aku membenarkan jika Mas Daris selingkuh. Tiga tahun setelah pernikahan kami, Mas Daris sudah sangat jarang meminta melakukan aktivitas ranjang layaknya pasangan suami istri. Bisa saja dia melakukan bersama selingkuhannya tanpa sepengetahuanku. Ya, aku sangat mengenal Mas Daris, dari sejak kami pacaran, dia memiliki nafsu yang sangat sulit dikendalikan. Bagaimana mungkin berubah? Jika bukan melakukan denganku, pasti dia melakukan dengan selingkuhannya. Hanya saja sekarang bisa ketahuan karena perempuan itu telah hamil. Handphone ku berd

  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 33. Di Usir dari Rumah (POV Daris)

    “Dia siapa lagi, Daris? Vina yang mana? Anak siapa? Apa kamu berulah lagi, Daris?” ujar Ayah, pelan namun tegas. Mba Intan mundur dari hadapanku. Dia lalu duduk di samping ibu. Begitu pun dengan Lona. Dia pun duduk di samping Mba Intan, sambil melipat tangan di depan dada. Aku terdiam, tak punya nyali untuk menjawab pertanyaan Ayah. Tidak mungkin aku jujur jika telah menghamili Vina. Tak mungkin aku berkata jika telah berselingkuh di belakang Elana. Kedua orang tuaku pasti akan lebih murka. “Vina siapa yang kamu maksud, Daris? Yang perempuan pelacur itu?” Suara Mba Intan membuatku melihatnya. Nama Vina di kampung ini hanya satu. Sudah jelas jika Mba Intan bisa menebak, Vina mana yang aku maksud. Dalam hati kecil masih ingin berbohong, tetapi takut jika nanti akan menjadi masalah besar. Setelah cukup lama terdiam, aku akhirnya hanya mengangguk sebagai jawaban. Kepala menunduk, tak kuasa melihat wajah ayah dan ibu. Mereka jelas pasti bertanya-tanya. Ada apa dan apa hubungan Vina

  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 32. Bukan Elena Pelakunya (POV Damar)

    “Jadi selama ini ulah kamu, Vani? Dasar wanita iblis! Jangan bermimpi untuk aku menikahi kamu! Kita tidak akan pernah menikah sampai kapan pun!” ujarku dengan sangat marah. Bagaimana tidak, selama ini dia lah yang membuat masalah dalam keluargaku. Dia yang membuat semua pelanggan ibu di Pasar lari ke orang lain. Dia yang membuat orang tuaku bangkrut. Aku sungguh tidak bisa memaafkan perbuatannya. Gara-gara ulah nya, aku bahkan sudah menuduh Elena, seperti yang dikatakan oleh Pak Udin. Ternyata dukun sialan itu hanya asal bicara. Selama ini, bukan Elena pelakunya. “Kenapa, kamu mau marah? Ya silahkan marah saja! Kamu dan keluargamu pantas mendapatkan itu. Kamu terlalu sombong. Kalian layak untuk jatuh miskin!” Vani berkata sambil tersenyum. Bahkan di akhir ucapannya, dia tertawa. Seolah menghinaku. “Kurang ajar kamu, Vina! Aku akan membalas semua perbuatan kamu. Aku tidak akan membiarkanmu hidup. Aku akan membunuhmu!” Aku mencengkram kedua tanganku dengan kuat. Sebenarnya ingin me

  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 31. Ternyata Cintaku Dulu Terbalas

    Seluruh makanan yang baru saja memenuhi perut rasanya ingin aku muntahkan saat ini juga. Perkataan yang sungguh membuat mual. Aku ingin berucap, tetapi takut jika kalimat kasar yang keluar dari bibirku. Hati pasrah, membiarkan Roni yang berucap dan aku menjadi pendengar. “Apa kabar, Elena?” Kenapa rasanya merinding ditatap seperti ini oleh Roni. Suaranya yang lembut, membuat bibir pun tak kuasa untuk berucap. Ada apa ini? “Aku tahu kalau kamu dan suamimu hanya menikah siri. Aku juga tahu kalau dia sudah menjatuhkan talak pada kamu. Makanya sekarang aku berani untuk datang lagi … menikahlah denganku!” Mataku terbelalak. Bibir pun bersuara, “maksud kamu apa, Roni? Jangan buat lelucon. Omong kosong apa yang baru saja kamu ucapkan. Ada apa? Dulu sewaktu SMA belum cukup menghina dan membully ku, sehingga sekarang ingin menikahi ku dan kembali menyiksaku. Sebenarnya niat kamu apa, Roni? Dulu, aku tidak pernah mau berurusan dengan kamu. Tetapi kamu selalu saja berbuat ulah padaku. Sekar

  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 30. Tutur Kata Roni

    “Om kenapa membela ibu?” tanya Caca dengan wajah cemberut. Aku kembali melirik Roni. Dia tersenyum lembut pada Caca. “Anak manis, makan lah! Dan jangan banyak bicara lagi. Okey, Cantik.” Caca hanya cemberut, tanpa membalas ucapan Roni. Sedangkan Roni, dia hanya tersenyum manis melihat respon Caca atas perkataannya. Aku kembali fokus dengan bakso yang ada dihadapan. Kini aku merasa canggung. Caca mengikuti perintah untuk diam dan hanya makan. Sedangkan Roni, dia juga tidak mengucap sepatah kata lagi. Aku sedikit menyesal telah menyuruh Caca diam. Jika saja dia tetap cerewet, situasi tidak akan secanggung ini. Setelah makan, rasanya aku ingin langsung pulang saja. Besok saja aku membeli handphone, setelah mengantar Caca ke sekolah barunya. Jangan sampai Roni mengikuti kami seperti yang dulu dia lakukan padaku. Roni sudah selesai makan, tetapi dia masih saja duduk. Belum mengangkat kaki dari warung ini. Kalau saja tidak ada Caca dihadapanku, sudah pasti mulutku akan berkata kasar p

  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 29. Si Makhluk Pengganggu

    Lelaki ini, setelah kembali bertemu dia terlihat sangat aneh. Selalu saja tersenyum manis saat bertemu denganku. Bukan seperti saat di sekolah dulu. Lelaki yang sangat aku benci karena selalu mengejek dan membully. Padahal aku tak pernah mengusik hidupnya. Setelah membayar di kasir, aku langsung melangkah. Tetapi lagi dan lagi di usik oleh seorang Roni. Aku menatapnya tajam, sedangkan dia membalas dengan senyuman indah di wajahnya. “Awas aku mau lewat!” ujarku sambil menampilkan wajah tak bersahabat. Roni terus saja menghalangi langkahku. “Bagaimana kabarmu? Kenapa tidak jadi mengambil rumah yang pernah kita lihat?” tanya Roni dengan wajah yang terus saja tersenyum. Tanpa menjawab, aku langsung melangkah. Kebetulan Roni tidak menghalangi karena ada pelanggan lain yang ingin ke kasir. Aku membenci keadaan ini. Bertemu lagi dengan Roni adalah mimpi buruk. Kenapa aku tidak bisa hidup tenang? Apa dosaku terlalu besar, sehingga Tuhan tidak ingin mengampuni, sehingga selalu saja mengirim

  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 28. Curhatan Putri Kecilku

    “Yuk kita makan! Caca mau makan apa? Pakai baju ini saja, nggak usah diganti. Ibu senang lihat Caca pakai baju ini.” aku berkata dengan kedua tangan dipinggang mungil Caca. “Makan bakso boleh nggak, Bu,” ujar Caca dengan pelan. Dia seperti ragu mengatakan keinginannya. “Boleh, Sayang. Caca boleh makan apapun hari ini. Pokoknya hari ini tuh hari spesial untuk anak ibu yang cantik.” Tanganku dengan lembut mengusap puncak kepala Caca. Kami bergegas meninggalkan Rumah. Aku langsung mengendarai mobil ketika Caca sudah masuk dan duduk. Sepanjang jalan dia terus saja bernyanyi. Tampak aura bahagia di wajahnya. “Bu, kok ibu bisa membeli rumah bagus? Bahkan lebih bagus dari pada rumah nenek. Ibu ‘kan tidak bekerja. Aku sudah cerita ke ayah kalau kita sering pergi jalan jalan ke mall. Terus ayah kelihatannya bingung ketika aku ucapkan makasih padanya … Kok aku curiga ya, kalau sebenarnya semua uang yang dipakai saat jalan-jalan bukan uang dari ayah.” Selama berucap, Caca terlihat me

  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 27. Awal Kebahagiaan 

    *** “Ini rumah siapa, Ibu.” Aku berhenti melangkah ketika mendengar suara malaikat kecilku. Suara yang sungguh sangat dirindu. Suara yang menjadi penyemangat, aku masih berjuang untuk hidup hingga saat ini. Aku mendekat ke arah Caca yang terlihat enggan untuk melangkah. Aku terduduk, menjadikan lutut sebagai tumpuan. Garis bibir tertarik untuk membentuk senyum. “Ini rumah kamu, sayang. Ini rumah Caca. Sini masuk! Kenapa hanya berdiri di pintu,” ujarku lembut sambil merapikan Caca yang berantakan. Caca tidak menjawab. Dia sepertinya masih terheran aku membawanya ke rumah. Tidak salah jika dia bertanya-tanya. Mata Caca tak menatapku. Dia terus melihat ke langit langit yang terdapat lampu yang sangat indah. Rumah ini bercat putih, dengan interior yang mewah. Aku memang sengaja menjemput Caca ketika rumah ini sudah layak untuk menjamu anak istimewaku. Aku pun berdiri sambil menggenggam tangan mungil yang masih saja terlihat kaget sekaligus kagum dengan apa yang di hadapannya. Bi

  • Aku Jenuh Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 26. Mengikuti Keinginan Ibu (POV Daris)

    Setelah ibu masuk kamar, aku langsung berdiri dan melangkah keluar rumah. Sekarang sudah jam sepuluh, waktunya untuk menjemput Caca. Kasian anak itu jika menunggu lama. Sedangkan ayah, beliau masih saja duduk di sofa ruang tamu. Aku yakin jika pikirannya saat ini juga sangat kacau. Ayah hanya termenung. Aku kasihan melihat ayah dan ibu yang merasa terpuruk. Tadi selama ibu histeris, ayah hanya diam saja. Mungkin ayah tidak tahu harus melakukan apa dan mungkin saja ayah ingin membantah saat ibu mengatakan jika akan mengusir Caca dari rumah, tetapi ayah tidak punya nyali. Selama ini aku tidak pernah melihat ayah membantah ibu. “Kemana anak itu?” lirihku sambil melihat sekeliling sekolah TK. Sekolah sudah sepi. Biasanya Caca menungguku dekat gerbang sekolah. Tetapi, saat ini tidak ada. Aku terus saja menengokkan kepala ke kanan dan kiri. Tetapi tanda tanda keberadaan Caca tak kunjung terlihat. Aku mulai sedikit panik. “Bu, anak saya kemana ya?” tanyaku pada seorang guru yang ba

DMCA.com Protection Status