Keberadaan Ghea pagi ini di Medica Center cukup mengejutkan staf rumah sakit yang jelas tahu wanita itu sudah beberapa hari tidak masuk kerja. Apalagi, kedatangan Ghea hari ini juga bukan untuk bekerja seperti biasanya. Melainkan untuk menjalankan pemeriksaan visum dengan surat permintaan yang sah dari kepolisian atas kasus pelaporan tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya. Salah satu pekerja rumah sakit yang terlihat paling syok tentu saja Frans, si Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dia menatap nyalang pada Abimanyu yang berusaha tetap tenang. "Ini maksudnya apa, Bi?" cecarnya tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. "Tunggu, nanti aku ceritakan," ujar Abimanyu dengan suara rendah. Frans yang sudah tersulut emosinya merasa tidak bisa menunggu lagi. Dia mencekal kerah kemeja Abimanyu yang dilapisi jas snelli dengan geram. Emosinya meledak-ledak karena merasa sudah dibohongi. "Jelas-jelas kamu tahu aku khawatir banget sama Ghea! Ternyata kamu tah
"Aku boleh jenguk Loretta kan?" "Boleh. Sebentar saja ya? Dia juga belum keluar dari ICU." Ghea mengangguk tanda mengerti akan penjelasan singkat mengapa Abimanyu membatasi waktu untuknya. Dia tidak membuang waktu lagi dan segera mendatangi ruang dimana Loretta dirawat. Tentu saja setelah dia puas diinterogasi Frans. Begitu langkahnya mulai dekat dengan ruang yang dituju, Ghea semakin merasa sangat bersalah pada Loretta karena tahu siapa dalang dibalik kecelakaannya, tapi belum punya bukti untuk menyeretnya ke penjara. Yang pertama didapatinya berada di luar ruangan adalah Choki yang selalu setia menunggu Loretta yang terbaring di rumah sakit. Pria itu berusaha melebarkan senyum saat Ghea, Abimanyu dan Frans menyapa.Abimanyu dan Frans yang selalu update dengan kondisi Loretta tentu saja tidak berbasa-basi lagi di depan Choki selain memberikan sentuhan ringan di punggung dan bahunya hanya demi membagi sedikit kekuatan untuk sang sahabat. Ghea kembali merasa bersalah saat menginga
Ghea terus mengancam Hari akan menyebarkan orientasinya yang menyimpang jika dia masih saja mempersulit perceraian dengannya. Alhasil, Hari pun tidak punya pilihan lain selain menyetujui gugatan cerai dari Ghea. Ghea didampingi oleh pengacara senior yang dulu membantu Zahera cerai dari suami pertamanya. Itu juga karena Abimanyu yang mengatur semuanya. Dengan Hari yang tidak pernah datang lagi ke persidangan, putusan hakim menjadi makin cepat untuk meloloskan gugatannya Ghea. Ghea dan Hari pun sah bercerai. "Saya merasa dejavu, seperti kembali ke.masa dua puluh tahun silam," ujar Zio sambil menatap dalam pada Abimanyu. Abimanyu hanya tersenyum tipis karena paham dengan apa yang dimaksud oleh pengacara senior tersebut. Sedangkan Ghea, hanya terdiam dan mendengarkan. "Terima kasih bantuannya, Om." "Tidak perlu. Saya senang membantu kalian.""Terima kasih banyak, Pak Zio." Ghea ikut menimpali. "Sama-sama, Mbak Ghea. Semoga mendapatkan kehidupan yang lebih baik setelah ini." "Amin, s
"Bagaimana kondisi mamanya Ghea, El?" "Cukup stabil, tapi tidak cukup untuk menjamin kapan dia bisa bangun dari komanya." "Aku mengerti. Katamu, besar kemungkinan pasien koma bisa mendengar suara di sekitarnya, kan? Bagaimana jika Ghea kuberikan akses untuk mengunjungi mamanya? Apakah itu bagus untuk stimulasi kesadarannya?" Eldi mendengus mendengarnya. "Harusnya itu kamu lakukan sejak awal, Bi. Aku gak paham kenapa kamu menundanya dan baru kepikiran sekarang? Aneh!"Eldi terlihat kesal. Dia merasa Abimanyu terlalu banyak rahasia meskipun dia juga percaya sahabatnya itu pasti punya alasan tersendiri. "Aku hanya memastikan kondisi sudah aman saat membawanya bertemu dengan mamanya." Eldi mengangkat bahu dengan pasrah. Mencoba percaya walaupun tidak dijelaskan lebih detail kondisi apa yang dimaksud Abimanyu. "Jadi, apakah sekarang kondisinya sudah aman Pak Direktur?" "Hem." Abimanyu hanya bergumam karena tahu sahabatnya sedang sedikit kesal padanya. Dia pun tidak berniat menjela
"Ini …, ruang mama dirawat?" tanya Ghea dengan pandangan penuh harap.Abimanyu mengangguk membenarkan. "Reward-mu, ambilah. Cuci tangan pakai hand sanitizer yang ada di depan brankar. Pakai pakaian khusus yang tersedia. Waktumu setengah jam dan jaga emosi saat di dalam," peringat Abimanyu dengan tegas. Ghea mengangguk dengan mata berkedip-kedip cepat. "Mamamu mungkin memang belum sadarkan diri, tapi tidak menutup kemungkinan dia bisa mendengar di alam bawah sadarnya dengan apa saja yang ada di sekitar tempat tidur," lanjut Abimanyu menjelaskan. Ghea mengangguk lagi dengan mata yang sudah basah berkaca-kaca. Tanpa diduga, dia memeluk Abimanyu yang berdiri tepat di depannya. Menggumamkan terima kasih berulang kali tanpa peduli pria yang dipeluknya masih kaku karena belum sadar dengan apa yang terjadi. Bahkan tangannya belum membalas pelukan sepihak dari Ghea saking terkejutnya. "Ini reward terbaik yang pernah aku terima sepanjang usiaku. Thank you, aku seneng banget," seru Ghea lag
"Kamu sudah selesai, Ghe?" tanya Abimanyu menatap Ghea. Mary bergerak salah tingkah dengan wajah merona. Kepalanya tertunduk dengan senyum yang sekuat tenaga ditahan setiap mengingat tadi sempat menyentuh bagian depan tubuh si direktur rumah sakit yang menjadi pujaannya, meski di luar pakaiannya. "Sudah setengah jam," gumam Ghea lirih. Mary pun memilih kabur dengan meminta izin untuk kembali bekerja dan meninggalkan Abimanyu dengan Ghea. Meskipun dia tidak tahu ada hubungan apa antara Abimanyu dengan Ghea, tetapi jika boleh jujur, dia cukup berharap Ghea akan salah paham dengan apa yang dilihatnya. Abimanyu sendiri masih bersikap tenang karena Ghea juga tidak memberikan reaksi berlebihan, selain diam. 'Apa aku harus menjelaskan sesuatu kepadanya? Tapi, dia aja gak tanya apa-apa sama aku. Terus, masa aku tiba-tiba ngasih penjelasan ke dia?' Abimanyu yang merasa gengsi akhirnya memilih untuk tidak membahas apa yang tidak dipertanyakan. Kemudian meminta Ghea menunggu sebentar, kar
"Aku mau ke Penang, Ghe." "Ke Penang?" Abimanyu mengangguk sebagai konfirmasi. Seketika Ghea teringat sesuatu dengan Negeri Jiran tersebut. "Kamu mau ngapain ke Penang? Jangan bilang ada kaitannya sama sopir truk yang terlibat di kecelakaan kedua orang tuaku?"Abimanyu hanya tersenyum tipis. Tanpa menjelaskan, Ghea sudah tahu jawabannya. "Kenapa harus kamu sendiri yang ke sana? Bukankah bisa minta intel atau orang suruhanmu lainnya?""Untuk yang ini, harus aku sendiri yang ke sana, Ghe," lirih Abimanyu menjawab. "Memangnya kenapa?" Abimanyu tidak menjawab. Tidak bisa menjelaskan sekarang jika alasannya adalah karena sosok yang akan ditemui adalah seseorang yang menjadi bagian dari masa lalunya. "Kalau gitu, aku ikut, ya?" bujuk Ghea ketika melihat Abimanyu mengabaikan pertanyaan sebelumnya. Abimanyu menggeleng. "Kamu di sini aja, jaga Mama Gita. Bantu Mamamu buat cepat sadar dan kembali ke hidupnya lagi. Kamu mau kan mamamu cepat sembuh?" Ghea tidak bisa mengelak. Dia memang
Ghea berjalan cepat saat berada di Medica Center. Dia merasa kikuk sendiri saat dua pria berbadan tegap mengiringi jalannya dengan mengekor di belakang. Apalagi pakaian keduanya begitu mencolok karena semuanya serba hitam. "Ya Tuhan …, malu banget aku diliatin orang-orang dari tadi. Aku harus bilang sama Abi biar minta para pengawalnya pakai pakaian casual aja kali, ya? Jadi gak begitu mencolok kayak sekarang. Gak enak banget sumpah jadi pusat perhatian begini," lirih Ghea bermonolog. Ghea bukan hanya malu pada pengunjung rumah sakit yang lain, tetapi juga pada staf Medica Center yang kebanyakan sudah saling mengenal dengan Ghea. Dia bahkan tahu jika sudah beberapa waktu belakangan ini, menjadi bahan ghibah rekan-rekan kerjanya yang membicarakan kedekatannya dengan direktur rumah sakit. Tentunya ada pembicaraan positif juga negatif. "Ghe? Kamu kenapa jalan kayak dikejar setan begitu?" tegur Choki saat tidak sengaja berpapasan dengan Ghea. "Eh, Kak Choki." Ghea pun melipir dan me
“Kamu kenapa, Sayang?” Gita melihat Ghea seperti tidak nafsu makan. Makanan di atas piringnya hanya diaduk tanpa berniat dimasukkan ke mulut. “Apa ada masalah yang kamu sembunyikan dari Mama?” tanya Gita lagi, karena Ghea masih bergeming. “Sebenarnya …,” Ghea menjeda ucapannya. “Sebenarnya ada apa, Sayang?” Ghea menatap mata mamanya yang menunggu jawaban. Dengan ragu-ragu, Ghea pun bercerita tentang ajakan Abimanyu untuk bertemu dengannya, dan belum dibalas olehnya. “Sebenarnya Abi ngajak ketemu, Ma. Dan aku belum kasih jawaban dari kemarin.” “Loh, memangnya kenapa? Kamu gak mau ketemu sama dia?”“Aku … bingung, Ma. Aku gak tau gimana dengan perasaanku ini. Aku pengen ketemu dia, tapi aku takut.” “Takut? Takut kenapa?” “Aku takut kebawa perasaan, Ma.”Gita akhirnya paham. Seorang wanita, saat merasa jatuh hati pada seorang pria, tetapi tidak yakin jika perasaannya berbalas, pasti akan merasakan keresahan yang teramat sangat. Dan itulah yang sedang dirasakan Ghea saat ini. “K
Abimanyu hanya terdiam saat ditandaskan dengan pernyataan tegas Gita. Keterdiamannya menjadi asumsi mereka yang melihat, jika cinta tidak benar-benar ada untuk Ghea. “Saya sangat berterima kasih dan mengapresiasi semua bantuan kamu untuk saya dan putri saya, Nak. Namun, jika balasannya adalah pernikahan tanpa cinta, saya minta maaf lebih baik kami membalas budi dengan cara lain. Saya tidak bisa mempertaruhkan kebahagiaan putri saya. Menebus semua kesakitannya saat menikah dengan orang yang sebelumnya saja, saya tidak bisa. Mana mungkin saya akan membiarkannya mengulang kesalahan yang sama.”“Tante, Oppa-ku gak akan nyakitin Eonni Ghea. Aku kenal dia siapa. Dia gak akan memperlakukan Eonni Ghea dengan buruk, Tante.” Keiza yang tidak tahan melihat Abimanyu tanpa pembelaan, akhirnya bersuara lebih dulu. Liam memegang lengan putrinya untuk menghentikan perkataannya karena yang lebih berhak berbicaralah ada Abimanyu sendiri. Barulah Keiza tidak melanjutkan bujukannya. “Saya tau nak, Kei
Kabar tentang hukuman yang dijatuhkan untuk Sanjaya sudah sampai di telinga Alea yang masih di Penang bersama putrinya. Tentu saja berita itu menjadi berita buruk karena lamanya hukuman yang diterima sang suami tidak main-main. “Bagaimana mungkin aku bisa melewati sepuluh tahun tanpa kamu, Mas?” ratapnya. Walaupun Abimanyu memang sudah mengcover segala biaya hidup dan berobat Qila, tetapi dukungan secara moril dan kebersamaan dengan sang suami tentu saja akan dirindukan Alea. Apalagi mendampingi pengobatan panjang putri mereka satu-satunya. Alea terpaksa menyembunyikan kondisi yang sebenarnya pada sang suami dari Qila. Dia tidak mau proses pengobatan putrinya menjadi terganggu jika tahu papanya mendekam di penjara. Apalagi jika tahu alasan papanya sampai dipenjara adalah demi biaya pengobatannya ke Penang selama ini. “Ma.” Alea menoleh dan menghapus air matanya sebelum menghampiri putrinya yang baru terbangun. Dia tidak mau sang anak sampai tahu jika dirinya baru saja menangis. A
Sejak dari persidangan, Ghea menjadi lebih pendiam. Gita yang merupakan ibu kandungnya tentu saja sangat peka akan perubahan putri semata wayangnya. “Mama perhatikan, kamu sepertinya agak berbeda, Sayang. Apa ada yang sedang kamu pikirkan?” tanyanya. Gita hanya menggeleng kecil. “Jujur sama Mama. Apa ini soal putranya Zahera?” “Dari pertama Mama selalu panggil Pak Abi dengan sebutan anaknya Nyonya Zahera, kenapa gak sebut anaknya Tuan Liam? Apa karena Mama sudah tahu kalau Pak Abi Itu bukan putra kandungnya Tuan Liam?” “Mama memang sudah tahu, tapi Mama juga gak tahu siapa papa kandungnya, karena Zahera gak pernah cerita dan Mama juga gak mau tanya karena takut membuatnya teringat masa lalu.” Gita pun menceritakan tentang alasan perceraian Zahera dengan papa kandungnya Abimanyu versi yang dia ketahui. Tentang pengkhianatan Sanjaya pada Zahera selama mereka menikah, dan baru diketahui saat Abimanyu sudah sekolah SD. “Sejak resmi bercerai, setahu Mama mereka memang kehilangan komu
"Gak nyangka ya, Ma. Besok udah hari persidangan aja." Mendekati hari persidangan, Ghea cukup sibuk di Gauta Farma sampai tidak sempat memantau kasus mantan suaminya yang terjerat banyak kejahatan yang berkaitan dengan keluarganya. Dia percayakan semuanya kepada Abimanyu dan tim kuasanya. Memilih untuk mengambil bagian dalam mengembalikan nama baik Gauta Farma sesuai dengan arahan dari Abimanyu. Ghea dibantu Abimanyu membuat klarifikasi mengenai skandal yang membawa nama perusahaan farmasi rintisan Tuan Gautama, papanya Ghea. Ghea dengan dukungan keluarga Evander Lim, meyakinkan masyarakat jika skandal tersebut adalah perbuatan oknum dan bukan menjadi tanggung jawab dari perusahaan tersebut. Ghea juga menjanjikan akan berupaya keras untuk mengawasi Gauta Farma lebih baik lagi sehingga kasus seperti itu tidak pernah kembali terjadi. Dengan begitu, perlahan nama baik Gauta Farna akan kembali membaik, dan bisa beroperasional seperti biasanya, meskipun untuk beberapa bulan ke depan a
Hari Hardana kembali digelandang ke kantor polisi untuk dimintai keterangan terkait pelaporan atas dua kasus baru yang menimpanya. Kasus pelaporan percobaan pembunuhan Loretta juga pembuatan hingga pengedaran obat terlarang. Keduanya mendapatkan bukti dan kesaksian dari Jodi yang difasilitasi bantuan oleh Abimanyu. Jodi akhirnya memutuskan untuk berdiri di sisi Abimanyu dan Ghea. Meskipun itu tidak bisa membuatnya bebas dari jerat hukum, tetapi setidaknya dia tidak sendirian karena otak dari tindakan kriminal itu ikut diseret olehnya. “Brengsek kamu, Jod!” amuk Hari saat bertemu dengan Jodi di tahanan. Jodi hanya terkekeh karena sudah tahu akan mendapatkan respon seperti apa saat Hari kembali masuk ke tahanan bersamanya sambil menunggu waktu sidang. “Kamu tuh yang brengsek! Kamu kira, kamu bisa lepas tangan dengan mengkambinghitamkan aku, gitu? Mimpi!” “SIALAN!” umpat Hari lagi. Hari dan Jodi hampir baku hantam jika penjaga tidak lekas melerai. Apapun yang terjadi di tahanan sam
“Ngapain kamu ke sini?” ketus Jodi saat didatangi Abimanyu di tahanan.“Kamu maunya aku ke sini untuk apa?” Jodi hanya melengos, tidak menjawab dan tidak percaya siapa-siapa untuk saat ini. Bagaimana tidak, orang terdekatnya selama ini saja bisa berkhianat dan melimpahkan semua kesalahan tindak kriminal yang pernah mereka lakukan kepadanya semua. Abimanyu mengetukkan meja kayu di depannya dengan ujung jari. Membuat suasana yang sempat hening menjadi tegang. “Kamu sudah siap menanggung semua hukum pidananya sendirian?” ucal Abimanyu lagi. Jodi masih saja diam. Dalam hati dia sangat marah dengan Hari yang sudah cuci tangan dan membuatnya dalam masalah besar. Tanpa Hari, tentu saja Jodi tidak bisa mendapatkan bantuan hukum karena selama ini dia hanya menjadi kaki tangan tanpa punya kuasa apapun. “Kalau kamu sudah siap mempertanggungjawabkan semuanya sendirian, ya sudah.”Abimanyu berdiri dan bersiap untuk pergi, tetapi Jodi yang sebenarnya sejak tadi penasaran dengan tujuan kedatang
Seperti yang dikatakan oleh Abimanyu, tidak lama setelah hari itu, seorang pria paruh baya dengan tubuh yang menyusut dimakan usia akhirnya menyerahkan diri ke polisi dengan pengakuan ikut terlibat dalam pembunuhan berencana terhadap orang tua Ghea. Sanjaya sebagai sopir truk yang menabrak mobil Gautama dan Gita pada saat itu, menceritakan asal mula dirinya disuruh Hari Hardana melalui asistennya, Jodi Jonathan. Sanjaya mengaku terpaksa menerima pekerjaan kriminal itu demi imbalan uang yang banyak. Dia juga menunjukkan bukti yang sengaja masih disimpannya berupa pesan singkat dan transaksi pembayarannya. Karena kasus itu ditangani oleh Davin sebagai sahabatnya Abimanyu, tentu saja laporan tersebut lekas diproses dan dilakukan panggilan penangkapan untuk Jodi Jonathan juga Hari Hardana. Hari dan Jodi ditangkap saat keduanya masih berada di Gauta Farma. Perusahaan yang bergerak di bidang obat-obatan itu menjadi gempar karena penangkapan si direktur utama berikut asistennya. Apalagi
“Gak, Pa. Mama gak setuju kalau Papa mau ngaku ke polisi.”“Ma, tapi ini demi kita semua. Papa juga gak akan tenang seumur hidup kalau belum mempertanggungjawabkan perbuatan Papa.”“Papa mau tanggung jawab bukan karena Papa gak tenang, tapi karena Abimanyu yang minta, kan? Anak pertama Papa sama Mbak Zahera.” “Alea sayang, dengan atau tanpa permintaan Abimanyu, Papa memang sudah seharusnya bertanggung jawab. Papa berani melakukan tindakan kriminal bahkan perbuatan dosa asal bisa memperjuangkan kehidupan untuk Qila, putri kita. Saat ini Qila sudah makin sehat dan Papa sangat bersyukur atas itu. Papa mau taubat dan memulai lagi dengan cara yang benar, Ma. Jadi contoh yang baik buat Panda dan Qila. Ini buat kebaikan kita semua.” “Papa kenapa tega sama Mama, Pa. Gimana Mama mengurus anak-anak tanpa Papa?” “Abimanyu sudah janji akan penuhi semua kebutuhan kalian selama Papa di penjara, Ma. Papa yakin Abimanyu gak akan ingkar janji. Kehidupan kalian justru akan lebih baik setelah ini. Pa