Beranda / Romansa / Aku Bukan Perempuan Mainanmu / Doa terburukku untuknya!

Share

Doa terburukku untuknya!

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-27 10:20:02
"Kebanyakan walau tidak semua. Kenangan pahit di masa lalu sedikit banyak akan membawa dampak untuk masa depan. Apa lagi kehadiran mantan istri yang kembali mengusik."

"Ayah, aku... mencintai... seorang duda."

Ayah terkejut dengan pengakuanku. "Siapa dia nak? Kenapa kamu bisa mencintainya?"

Aku menggeleng. "Aku nggak tahu kenapa bisa begitu mencintainya ayah. Tapi yang pasti, aku lelah menjalani hubungan ini."

"Drey, dalam hubungan itu perlu komunikasi dua belah pihak. Kalau kalian ada masalah itu dibicarakan bukan saling menyalahkan. Lalu duda itu, bercerai atau bagaimana?"

Aku menatap ayah gelisah. "Cerai yah."

Ayah menatapku terkejut lalu menggeleng. "Lupakan dia Drey. Jangan mencintainya nak. Lihat ayahmu ini."

Aku hanya bisa menunduk.

"Drey, kamu anak perawan, kamu pantas dapat perjaka. Apa lagi kamu anak kebanggaan mama dan ayah. Kami sebagai orang tua ingin yang terbaik buat kamu nak."

Andai ayah tahu kalau aku tidak bisa melepaskan Kian begitu saja karena kesucianku
Juniarth

Beri bintang 5 nya ya? Dan tinggalkan komentar yang membangun. Makasyieeehh.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (23)
goodnovel comment avatar
Elly Astutik
apakah ini clue KL endingnya gak sama kian thor?
goodnovel comment avatar
Juniarth
bener bget. harus move on apapun yg terjadi
goodnovel comment avatar
Juniarth
kian tuh jahat kakak? masak iya dia mau ending sama kian? :(
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Affar dan segala deritanya

    Dia mengangguk dengan senyum tipis. "Maaf." Aku kembali berhenti melangkah karena panggilannya. "Audrey." Aku hanya menatap lurus ke tembok. "Setidaknya beri aku waktu untuk meminta maaf dengan tulus." Aku menghela nafas lelah karena berhubungan kembali dengan pria sialan ini. "Setidaknya, berikan doa terbaikmu untuk putraku. Aku sadar pernah terlalu dalam melukaimu." Mendengar kata 'anak' membuat empatiku terketuk. Aku paling tidak bisa dihadapkan dengan anak-anak yang harus menanggung kenyataan pahit kehidupan yang tidak selayaknya ia dapatkan akibat keegoisan orang tuanya. Karena itu hanya akan membuatku teringat pada diriku sendiri saat ditinggal papa demi wanita lain. Aku menoleh ke arahnya. "Baiklah." Affar kemudian mengajakku duduk di sofa yang ada di lobby kantor. Sofa tempat dimana kami bertemu untuk pertama kalinya. Dulu sekali. Kami duduk saling menjaga jarak meski kantor sudah sepi dan hanya beberapa yang lembur. "Bagaimana kabarnya?" Aku menunduk memainkan j

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   I promise, this is the last!

    Otakku masih bekerja lamban ketika Affar ingin mengenalkanku pada anaknya. Tanpa aba-aba ia menarik tanganku menuju mobil. Samsul segera membuka pintu mobil lalu menampilkan seorang balita laki-laki yang usianya sekitar satu tahunan dalam pangkuan baby sitter. Dia terlihat sehabis menangis, dengan sedikit sisa ingus yang terlihat di atas mulut, mata sembab, dan ekspresi wajah sendu. Mulutnya terlihat manyun menahan tangis. Ketika Affar mengulurkan tangannya, Devan kecil langsung meraih tangan Affar lalu berceletoh khas anak balita tengah merajuk. Mulutnya makin manyun menggemaskan dengan pipiku gembul yang ingin sekali kumakan. Lalu kepalanya disandarkan di pundak Affar. "Dev, kenalin nih tante Audrey." Ucap lembut Affar sambil mengusap sayang rambut lebat Devan. Aku tersenyum tulus ke arah Devan lalu mengusap lembut sisa air mata dan ingusnya tanpa merasa jijik. "Hai ganteng. Kok nangis sih? Kan jagoan." Devan masih manyun dengan menatapku aneh. Aku tersenyum lalu mengusap kepal

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Aku dan Kian akhirnya BERPISAH

    Kian menatapku dengan sorot mata yang sulit diartikan, namun aku sudah yakin jika hubungan kami sudah sangat tidak sehat. Aku hanya ingin kepastian lalu menentukan langkah terakhir. "Aku janji. It's the last." Kian diam sambil menatapku dalam. "Baiklah." "Aku ikut mobil kamu. Kemanapun tujuannya." Detik-detik nasib hubungan kami akan jelas setelah ini, dan aku akan mengikhlaskan apapun hasilnya. Aku percaya perkataan Amelia untuk tidak memaksa Kian menjalani hubungan karena keterpaksaan. Ketika mobil Kian melaju membelah jalanan, aku hanya diam sambil memandang keluar jendela. 'Gue nggak akan memohon apapun. Bahkan demi hubungan ini. Jika ini yang terbaik, gue siap pergi.' Aku menangkap pantulan bayangan Kian dari kaca jendela. Saat mobil berhenti karena lampu merah, pria itu terlihat sibuk dengan ponselnya. Sesekali tersenyum tipis. Apa yang dia baca? Apa aku tidak lebih penting baginya setelah jiwa raga kuberikan untuknya? Bohong jika aku tidak cemburu dengan siapa Kian se

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-30
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Kami saling menyerang dan berdebat

    Aku melirik Samsul sambil menggendong Devan yang masih sesenggukan. Sungguh pertanyaannya amat tidak membuat hatiku tersentuh. Melainkan aku menganggap ia sama kurang ajarnya seperti Affar, majikannya. "Apa kamu bilang? Jadi ibu sambungnya Devan?" Samsul yang merasakan kemarahanku langsung gelagapan. "Maaf Mbak Audrey. Tolong jangan sampaikan ini pada Pak Affar. Murni saya bertanya karena kasihan pada Mas Devan." "Kamu hanya kasihan pada Devan tapi nggak mikir gimana perasaanku waktu Affar bersikap seenaknya padaku." Balasku tak kalah sengit. "Maaf mbak. Maaf. Saya cuma sopir." Samsul menunduk takut. Jika mengingat kesalahan Affar di masa lalu mungkin pembicaraan tentang ras sakit hatiku tidak akan ada habisnya. Dimanja, lalu dimanfaatkan sebagai pemuas nafsu, setelah itu dibuang. Perempuan manapun tidak akan sudi kembali apapun alasannya. Aku merubah posisi berdiri menghadap Samsul sepenuhnya. Sedang Devan malah makin mengeratkan pelukan di leherku. "Mungkin kamu harus tahu,

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-01
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   'Dia' butuh aku yang kuat dan Kian

    Nyatanya iklan es krim yang terpampang di baliho perempatan dimana mobil Pak Niko berhenti menunggu antrian lampu merah, sangat menggugah selera. Apa lagi yang rasa coklat. Akhirnya aku memberanikan diri agar Pak Niko menurunkan aku di gerai minimarket. Karena begitu baik, beliau bersedia mengantarku kembali ke kantor karena kebetulan satu arah. Mengikuti ajakan makan siang berdua dengan Pak Niko, walau bersama asistennya, rasanya tidak etis. Walau beliau yang menawarkan. Sesampainya di kubikel, aku segera melahap es krim itu sendirian. Bahkan aku melarang Anjar ikut mencicipi. "Gendut baru tahu rasa lo." "Lo beli sendiri lah Njar." "Dasar pelit." *** Baru bekerja setengah hari, sakit kepala yang mendera masih saja langgeng bersarang. Ini karena stres belakangan ini sejak aku dan Kian berpisah hingga semalam bermimpi buruk. "Bangsat beneran tuh duda!" Geramku sambil memijat pelipis. Bahkan aku melewatkan traktiran makan siang gratis dari salah satu rekan kerja yang tengah

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-02
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Kabar paling mengejutkan

    Aku bolak balik membuka ponsel tapi tidak ada tanda-tanda Kian membaca pesanku. Online saja beberapa jam yang lalu. Panggilanku pun tidak diangkat. "Ya Tuhan aku harus gimana?" Aku tidak tahu bagaimana ribetnya terjebak skandal kasus mega proyek namun yang jelas gosip dan desas desusnya cukup menyita atensi seluruh karyawan. Sedang aku yang sudah tidak bisa menunggu lebih lama akhirnya mengambil jalur pintas. Mengesampingkan apa yang Kian alami saat ini. Aku tidak tahu apa yang ia sibukkan secara detail jadi aku memberanikan diri merangsek masuk dengan cara memberanikan diri datang ke rumah kelahiran Kian. Nekat? Iya, aku tidak ada pilihan lain. Keadaan yang memaksa ku bertindak demikian. Tanpa sepengetahuan Kian karena menurutku percuma, ia tidak akan merespon dengan cepat. Hanya berbekal ingatan pernah ke rumah kelahirannya, aku dalam perjalanan menuju kesana menggunakan taksi. Beragam kalimat terbaik telah kusiapkan sepanjang perjalanan sebelum sampai sana. Aku tahu ini pasti

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-03
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Pelukan hangat yang menenangkan

    Aku mengucapkannya dengan jelas, dengan menatap mata ibu Kian. Tanpa keraguan dan tanpa kebohongan. Haruskah aku menyembunyikan hasil perbuatan kami berdua dari keluarga? Tidak! Setidaknya aku ingin Kian bertanggung jawab dan mulai mencintai darah dagingnya juga. Perasaan lega menyeruak dalam hati setelah mengatakan apa yang menjadi bebanku beberapa hari ini. Bagai petir disiang bolong, ibu Kian hampir tidak percaya dengan ucapanku. Beliau diam sambil memandangku penuh keterkejutan. Apakah setelah ini ia masih menyuruhku pergi? Padahal aku sedang hamil cucu pertamanya? "Apa tante masih tega menyuruh saya pergi? Pergi tanpa jawaban siapa itu Amanda?" "Apa bayi ini juga tidak berhak mendapat setitik kasih sayang dari nenek dan ayahnya?" "Atau haruskah dia hanya mengenal saya sebagai satu-satunya orang tuanya?" "Disini saya datang, mengemis cinta dan tanggung jawab dari Kian. Tidak peduli dengan harga diri saya sendiri tante." Air mataku luruh dengan dramatis dan itu tidak luput

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-04
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Kembalinya Amanda, sang mantan istri

    "Sha, ceritakan kenapa bisa begini nak?"Aku kembali menunduk dan mengingat-ingat awal mula kejadian itu."Sebelumnya kami berteman baik. Bahkan Kian banyak membantu saya. Perlahan rasa itu muncul dalam hati. Lambat laun saya sadar kalau saya mencintai Kian tapi tidak sebaliknya.""Saat kami bertugas di Yogya, disitulah kami kehilangan kendali. Lalu Kian memutuskan menjadikan saya kekasihnya, dia mau bertanggung jawab. Setelahnya kami sering kelepasan.""Tapi ketika dia menjanjikan liburan dan janji tidak akan meninggalkan saya, Kian berbohong. Dia marah besar saat saya ingin tahu kenapa tiba-tiba liburan itu batal. Alasannya Rado sakit. Bahkan hingga detik ini pun tidak ada pesan saya yang dibalas."Aku menangis meratapi sikap Kian yang begitu acuh padaku."Bahkan saya tidak yakin dia akan bertanggung jawab akan anak ini tante. Apa lagi tante bilang ini karena Amanda, saya seperti tidak ada harapan. Tapi saya tidak akan menyakiti anak ini. Mungkin dia nanti yang akan menjadi pelindun

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-05

Bab terbaru

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Terlanjur mencintai kakak ipar

    POV RADO Tak terasa, sudah tiga bulan lamanya, Mbak Sasha tinggal di rumah ini bersama aku dan Mama. Berkat kegigihan dan terapi yang setiap hari dilakukan bersama tenaga medis yang selalu datang ke rumah, akhirnya Mbak Sasha bisa berjalan dengan lancar. Selama tiga bulan itu juga, ketika Mas Kian tidak memiliki waktu pulang ke rumah karena dituntut pekerjaan yang padat, akulah yang menggantikan perannya sebagai ayah untuk Shakira dan .... suami untuk Mbak Sasha. Mau bagaimana lagi, Mama sudah berusia lima puluh tahun lebih, wajar jika tidak bisa ikut membantu Mbak Sasha begadang bila Shakira rewel. Entah karena demam setelah imunisasi, tidak mau tidur malam, mengganti popok, dan lain sebagainya. Aku tidak keberatan karena dengan begitu akhirnya Mbak Sasha bisa lebih dekat denganku. Bukankah jika aku menemani Mbak Sasha, itu artinya aku bisa satu kamar dengannya? Bahkan dia mulai bergantung padaku jika membutuhkan sedikit banyak hal. Aku tidak keberatan jika dia repotkan karena m

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Bahagia setelah pernikahan

    POV PARALIOKetika Sasha mengucap kata cintanya padaku setelah pertikaian dan perpisahan kami selama ini, betapa bahagianya aku. Hatiku seperti disiram air surga. Hanya sekedar kata cinta dan pelukan tulus darinya saja, aku begitu bahagia. Ya, hanya untuk sekedar kembali mendapatkan ketulusan cinta Sasha, banyak yang harus kuperjuangkan dan kukorbankan. "Aku mencintaimu, Mas."Aku mengurai pelukan kami lalu menangkup wajahnya yang menggemaskan. Maklum, usia Sasha terpaut sebelas tahun denganku. Betapa beruntungnya aku memiliki istri daun muda seperti dirinya. Mau menerima duda sepertiku dengan segenap cinta tulusnya. Dan kali ini aku tidak akan melepaskannya lagi.Aku menarik pelan wajahnya lalu kusatukan kening kami berdua. Saat hatinya dipenuhi oleh cinta untukku, aku tidak akan melepaskan kesempatan ini untuk makin merayunya. "Jangan ragu sama cintaku, Sha. Kali ini aku sungguh-sungguh.""Sebenarnya, aku kadang masih ragu sama kamu, Mas. Tapi, aku sadar kalau perasaanku ke kamu

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Cinta di hati keduanya

    POV RADO Satu botol berisi obat penenang yang kusimpan baik-baik akhirnya kukeluarkan setelah beberapa minggu ini kutinggalkan. Aku tidak kuat menahan ledakan di dalam dada akibat melihat Mas Kian yang mulai bersikap sangat manis pada Mbak Sasha. Aku tidak terima!!!Aku segera mengeluarkan satu pil itu dari wadah lalu menelannya dengan sisa air yang ada di tas sekolah. Setelah tertelan dengan benar, aku terduduk di tepi ranjang dengan menundukkan wajah. Tidak lama berselang seulas senyum disertai kekehan pelan keluar dari bibirku. Ini artinya reaksi obat telah bekerja dengan baik menenangkan syarafku akibat ledakan emosi yang tidak bisa kukendalikan. "Mas Kian sialan! Ngapain dia sok manis ke Mbak Sasha. Kemarin bilang nggak mau ujung-ujungnya doyan!" "Kenapa harus kamu sih, Mas? Kenapa harus kamu yang ketemu Mbak Sasha? Kenapa bukan aku?!" "Tapi nggak masalah, aku bakal cari cara buat deketin Mbak Sasha. Waktuku sama dia lebih banyak ketimbang sama kamu. Lihat aja nanti, Mas!"

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Aku, kau, dan suamimu

    POV RADO "Apa maksudmu tanya kayak gitu, Do? Memangnya siapa yang benar-benar suka sama aku?" Tanya Mbak Sasha yang masih setia duduk di kursi rodanya. Aku mengambil kursi lalu memposisikan di dekat kursi roda Mbak Sasha. Lalu duduk di sebelahnya dengan tatapan begitu lekat lengkap dengan seragam sekolah putih abu-abu yang sudah kukenakan di pagi hari ini. "Seseorang, mungkin." Kepala Mbak Sasha menggeleng. "Nggak ada, Do. Kamu ini bercanda aja sukanya." "Dari pada Mbak Sasha nggak bahagia sama Mas Kian." "Sebelum Masmu nikahin aku, statusku ini cuma perempuan hamil tanpa suami. Bayangin, betapa jeleknya aku di mata orang. Lalu seseorang dari masa laluku nawarin pernikahan karena anaknya butuh kasih sayang seorang ibu dan anakku butuh sosok ayah. Intinya kami saling melengkapi tapi nggak ada rasa cinta." "Kalau kamu sekarang tanya kenapa aku kayak nggak bahagia sama Masmu, gimana aku bisa bahagia kalau dia adalah orang bikin aku nggak bisa percaya sama apa itu cinta dan kesetia

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Nekat melakukan pendekatan

    POV RADO Masih menggenggam tangan Mbak Sasha dengan tidak tahu malunya sembari menatap wajahnya yang masih setengah lesu itu, aku kembali berucap. "Ya karena aku sayang sama kamu, Mbak." "Sayang?" Beonya dengan nada tidak mengerti. "Sayang yang gimana maksud kamu Rado? Aku nggak ngerti." "Kamu berubah baik, berubah hangat, dan ... membingungkan." Wajar jika Mbak Sasha bingung menghadapi perubahan sikapku yang terlalu mendadak ini. Sedang perasaanku sendiri juga berubah begitu cepat setelah berulang kali aku menciumnya tanpa tahu siapapun. "Sayang ... sebagai ..." "Rado, maaf." Mbak Sasha kemudian menarik tangannya dari genggamanku. "Kita ini ipar dan nggak seharusnya kamu pegang tanganku kayak gini." Imbuhnya. Binar cinta dimataku untuk Mbak Sasha meredup karena ucapannya kemudian kepalaku tertunduk lesu karena seperti menelanjangi diriku sendiri dihadapan Mbak Sasha. Aku melupakan pelajaran mengendalikan diri dan emosi yang biasa dokter Rafael ajarkan padaku. Bahwa ledak

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Pulangnya si cinta pertama

    POV RADO Sejak Mbak Sasha dinyatakan sadar dari tidur panjangnya, aku dan segenap penghuni rumah sangat berbahagia. Akhirnya, penantian dan doa yang terus kami panjatkan membuahkan hasil. Apalagi jika itu bukan karena bayi mungil yang belum memiliki nama ini sangat membutuhkan Mbak Sasha. Mas Kian melarang kami memberi dia nama karena itu akan menjadi hak Mbak Sasha sepenuhnya. Apapun itu aku tidak masalah asal Mbak Sasha siuman dan bisa segera pulang. "Mama mau ke rumah sakit sekarang?" Ini sudah dua hari sejak Mbak Sasha siuman, dan kemarin Mas Kian sudah kembali ke kota untuk bekerja. "Iya, besan mau pulang ganti baju. Giliran Mama yang jaga sekarang." "Titip salam buat Mbak Sasha ya, Ma." "Iya, Rado ganteng. Kamu sanggup kan sama si mungil di rumah?" "Sanggup, kan ada pengasuhnya juga." "Ya udah, Mama berangkat dulu. Taksinya udah nungguin." Tanpa Mama, Mas Kian, bahkan orang tua Mbak Sasha sekalipun, mereka tidak tahu jika aku sudah berulang kali mencium bibir Mbak Sa

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Cemburu cium pipi, boleh?

    POV PARALIO Apakah Sasha bahagia karena aku menikahinya? Senyum saja tidak. Kedua matanya hanya menatap jemari yang terpasang cincin pernikahan yang kusematkan. Pantaskah aku berpikiran bahwa Sasha tidak bahagia dengan pernikahan kami? Padahal aku sangat bahagia memiliki dia yang sudah lama memendam cintanya untukku. Bahkan saat aku berulanag kali menyakitinya entah sengaja atau tidak sengaja sekalipun, Sasha masih menyimpan aku di ruang hatinya. Kini, ketika aku merasakan hatinya telah mati untukku, aku merasa.... menyesal. Hari ini, ketika Sasha sudah dinyatakan stabil kesehatannya, dokter memutuskan memindahkan ia kembali ke kamar rawat inap agar aku bisa menjaganya. Kini, setelah kami sudah tiba di kamarnya, Sasha akhirnya membuka suara. "Dimana anakku, Kian?" Tanyanya dengan suara lirih dan serak. Aku yang sedang membetulkan selimutnya, kemudian beralih menatap kedua bola mata indahnya yang sayu. "Dia di rumah, sama Rado, Mama, dan Mamamu. Tapi aku ada videonya. Mau

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Ketika matanya terbuka

    POV PARALIOSudah dua minggu, istriku dirawat di rumah sakit dengan kondisi yang sama. Tidak ada perubahan sama sekali dan itu membuatku hampir putus asa. Sebenarnya ada apa dengan Sasha?Mengapa setelah melahirkan, kondisi kesehatannya memburuk seperti ini?Tidak hanya aku dan orang rumah yang sedih melihat keadaan Sasha yang tak kunjung membaik. Tapi, bayi kami pun ikut terdampak. Kata Mama, bayiku sering menangis dan malam harinya rewel hingga pengasuhnya lelah. Karena itu pula, kinerjaku memburuk. Aku bahkan tidak bisa fokus pada pekerjaan saat rapat dengan customer besar yang memintaku secara langsung untuk mengerjakan bestek pesanannya. Melihat perubahanku yang tidak baik, entah angin dari mana Pak Affar dengan baik hatinya menawariku satu solusi demi kesembuhan Sasha. Kami pergi ke salah satu panti asuhan anak yatim piatu lalu mengajak mereka berdoa bersama demi kesembuhan Sasha dan menyantuni mereka dengan beragam kebutuhan yang diperlukan. Dan setelah acara itu, hubunganku

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   First kiss

    POV RADO Apa aku harus mencium kakak iparku sendiri? Padahal aku tidak pernah berciuman dengan siapapun sebelumnya. Memiliki kekasih saja tidak. Memang, siapa yang sudi mencintai pemuda yang memiliki gangguan mental sepertiku?Begitulah pemikiranku ketika melihat Mbak Sasha yang masih setia terlelap dalam tidurnya di rumah sakit ini. Mataku masih setia menatap wajahnya yang setengah pucat dengan selang makan yang dimasukkan melalui sudut mulutnya. Sedih, kasihan, dan terbayang-bayang dengan bayinya yang berada di rumah tanpa belaian dari Mbak Sasha sebagai ibunya. Tatapanku berpindah ke tangannya yang kugenggam dengan erat karena suhu tubuh Mbak Sasha yang lebih rendah dari tubuh manusia normal. "Mbak, bangun. Bayimu nungguin kamu. Semua yang ada di rumah nunggu kamu sehat lagi. Jangan tidur terus.""Aku tahu kalau kamu kayak gini itu juga ada andil salahku, Mbak. Tapi aku janji bakal berubah. Aku bakal tebus kesalahanku. Aku bakal sayangi kamu sama bayimu, Mbak. Aku janji. Tapi

DMCA.com Protection Status