Sesampainya di hutan Pinus. Mereka langsung memarkirkan motor mereka dengan rapi. Mereka bersama-sama memasuki hutan.
Tak lama kemudian, mereka akhirnya sampai di tengah-tengah hutan. Atau, lebih tepatnya tempat di mana terakhir kali berpisah dengan Aksa.
Nova mengambil wadah bom asap yang kemarin malam Aksa gunakan untuk menutupi kepergian mereka.
"Kita berpencar. Satu jam dari sekarang, kita berkumpul lagi di sini," ucap Elvano.
Semua anggota Heaven berpencar. Elvano dan anggota Laskar naik ke pucuk pohon. Mereka mencari keberadaan Aksa dari atas.
Natch dan Dixie berpencar. Dengan personil segitu banyak, pasti mereka bisa menemukan Aksa, itu pun kalau memang laki-laki itu masih be
Fanny sedang berada di sebuah mini market yang letaknya tak jauh dari perumahannya. Masih jam 09.00, tetapi wanita itu sudah berada di mini market. Entah, untuk sekedar membeli cemilan, atau mengalihkan keriduannya terhadap Aksa.Langkahnya terhenti saat ada seorang laki-laki menghalangi jalannya. Laki-laki itu memakai jaket berwarna hitam, dan di bagian dadanya ada tulisan Natch."Apa lo kakaknya Aksa?" tanya laki-laki itu."Iya, emang kenapa?" tanya Fanny."Gua Putra. Gua ketua geng Natch. Ada hal yang harus Lo ketahui tentang Aksa. Jadi, lo harus ikut gua sekarang," ucap Putra.Ya, benar. Laki-laki itu adalah Putra. Sekarang adalah saatnya yang tepat untuk memberitahu Fanny tentang semuanya.Fanny hanya mengangguk. Setelah membayar belajaannya, ia langsung naik ke dalam mobil Putra. Selama di perjalanan, tidak ad
Mobil sedan berwana putih, memasuki perkarangan rumah Gino. Di dalam mobil tersebut ada Ghibran, yang bertugas menyetir. Dan, ada Pitaloka dan Azkia yang sedang duduk di kursi belakang.Pitaloka masih tetap tinggal di rumah ini, karena tidak ingin merepotkan orang lain. Padahal, setelah membawa Pitaloka menjauh dari hutan Pinus, Cakra sempat menawarkan untuk tinggal di apartemennya untuk sementara waktu. Tetapi, ditolak oleh Pitaloka.Pitaloka dan Azkia pun memasuki rumah. Kali ini mereka hanya berdua, karena Fanny sudah tidak masuk sekolah selama tiga hari. Dan, hari ini mereka berdua berencana untuk menjenguknya, setelah berganti baju.Azkia merasa heran. Karena sejak ia memasuki rumah Pitaloka, ia selalu melihat bekas luka di wajah para pengawal."Pengawal lo habis latih tanding?" tanya Azkia."Mereka diserang sama geng Heaven,"
Pitaloka sedang duduk termenung di dalam kelas. Senyumannya tidak lagi muncul, sejak kejadian ia menangis di depan rumah Aksa. Pikirannya terus-menerus mengingat kejadian saat Aksa memanggilnya dengan sebutan senior. Dan, akhirnya ia sadar kalau ia menyukai sebutan tersebut."Pi, ke kantin yuk. Lo belum sarapan kan," ajak Azkia."Sebentar lagi masuk jam pertama, nanti aja pas istirahat," tolak Pitaloka.Jam menunjukkan pukul 06.50, jadi sebentar lagi akan ada guru mapel yang akan datang. Pitaloka sedang bersedih, jadi dirinya tidak ingin menambahkan kesedihannya hanya kerena mendapatkan sebuah hukuman dari guru."Dia nggak masuk juga hari ini?" tanya Pitaloka."Entah, dari kemarin gua nggak bisa ngehubungin dia," jawab Azkia.Orang yang dimaksud mereka berdua adalah Fanny. Perempuan itu sudah tidak masuk tiga hari t
Pitaloka sudah berada di depan sebuah rumah besar berwarna putih. Sudah lama, ia tidak menginjakkan kaki di rumah ini lagi. Ini adalah rumah milik ibu kandungnya, yaitu Reni.Semenjak Reni dan Gino berpisah, Pitaloka tidak pernah bertemu dengan ibunya lagi. Bahkan, selama ini ia menganggap kalau ibunya itu telah meninggal dunia.Pitaloka berjalan mendekat ke arah bel yang ada di tembok dekat gerbang. Ia memencet bel tersebut, lalu menunggu seseorang dari dalam untuk membukakan gerbangnya.Tak lama kemudian, datanglah seorang laki-laki tua. Kalau dilihat-lihat umur laki-laki sudah sekitaran 50 tahun, atau mungkin lebih."Maaf, cari siapa ya?" tanya laki-laki itu.Pitaloka tersenyum. Ternyata laki-laki itu adalah Satya. Orang yang selalu menjadi pengasuhnya semenjak SD sampai orang tuanya cerai."Mungkin bapak ingat s
Tepat di detik-detik terakhir matahari terbenam, seluruh geng motor langsung memenuhi jalanan menuju ke arah sebuah gudang yang berada di pesisiran kota.Jalanan yang tadinya sepi, sekarang menjadi lautan para anggota motor. Orang-orang yang tadinya berada tengah jalan, langsung menepi. Dan, orang-orang itu melihat bendera Heaven berkibar untuk pertama kalinya setelah vacum terlalu lama.Suara knalpot mereka mendominasi suara keraiman jalanan. Tak ada satu orang pun yang berani menghalangi jalan mereka. Raja jalanan akhirnya bangkit kembali.Setelah sekian lama, akhirnya mereka sampai di gedung tersebut. Sebuah gedung yang di dalamnya sedang ada para anggota mafia Triangle. Mereka pun turun dari motor masing-masing, lalu jalan mendekat ke arah gedung. Kedatangan mereka disambut oleh senyuman sinis para mafia."Kalian tau kan tugas kalian masing-masing," ucap Nova."Jangan remehkan kita," ucap Alka.Kali ini Alka, Cakra dan pasu
Elvano, Putra dan beberapa pasukan yang tersisa, akhirnya sampai di lantai dua. Dugaan mereka tentang jumlah penjagaan di lantai lebih ketat, ternyata benar. Penjaga yang berada di lantai dua lebih banyak dari pada yang ada di halaman dan di lantai satu.Putra memandang salah satu pria paruh baya yang sedang duduk di sofa. Pria itu adalah Hanzo, dan di samping Hanzo ada Kenma. Ia adalah anak tunggal Hanzo.Elvano memandang keadaan sekitar. Ternyata, ada beberapa kotak kayu yang bisa digunakan mereka sebagai landasan loncatan."Bawa Bos, dan Tuan muda pergi dari sini," ucap salah satu mafia.Hanzo dan Kenma berdiri, mereka melenggang pergi diikuti oleh beberapa mafia. Mereka melewati jalan evakuasi yang sengaja mereka bikin dari tahun lalu. Jalan yang hanya cuma mereka ketahui, dan jalan itu terhubung ke belakang gedung."Serang!" te
Di lantai satu mulai membabi buta. Tidak, ada kata ampun lagi. Semua mafia dan Dixie saling menyerang tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi nanti.Hantaman demi hantaman Nova terima. Sebuah darah mengalir dari sudut bibirnya. Tenaganya sudah terlalu banyak terbuang, akibat melawan tiga mafia yang badannya besar.Ada sebuah hantaman mendekat ke arah mukanya. Badannya seakan menegang seketika, seakan badannya sudah tak bisa lagi di gerakan. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang mencengkram tangan musuhnya itu.Saat, ia melihat orang yang menyelamatkannya tersebut, ternyata orang itu adalah Aksa."Gua berjuang sejauh ini bukan untuk lihat kalah," ucap Aksa.Tiba-tiba banyak suara langkah kaki mendekat. Saat Nova melengak kebelakang ternyata, asal suara itu berasal dari Nova, Cakra dan semua pasukan mereka.Semua pasukan
Sang surya mulai menampakan dirinya. Burung-burung mulai berkicauan. Pagi hari yang indah, tetapi tidak bagi Fanny. Ia menatap bayangannya di cermin kamar Aksa.Semenjak kepergian Aksa, ia selalu tidur di kamar Aksa. Baginya kehangatan selimut Aksa, hampir sama dengan kehangatan pelukan Aksa.Setiap ia bercermin, ia merasakan kalau ada bayangan Aksa yang sedang memeluk tubuhnya.Di rumah ini, cuma Fanny lah yang tau kalau Aksa sudah tiada. Ia belum memberitahu Fitri dan Robert tentang kematian Aksa. Yang mereka berdua tau, hanya Aksa meninggalkan rumah ini semenjak 2 minggu lalu.Hubungan persahabatannya dengan Pitaloka semakin memburuk. Sekarang, ia hanya bisa mengandalkan Aqilla. Karena, ternyata perempuan itu adalah sahabat dekat Aksa, semenjak Aksa pacaran dengan Zia.Hari ini ia memutuskan untuk dandan secantik mungkin, karena hari ini di sekolah akan ada acara pertandingan persahabatan. Dan, kabarnya SMA Angkasa akan mengiku
Atlanta sekarang sudah beranjak remaja. Sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Nusa Bangsa. Dan sudah mendapatkan satu teman saat masa MOS.Hari-hari yang ia jalani sangatlah membosankan. Karena setiap hari ia hanya di rumah. Menonton TV, membaca buku, mengerjakan soal-soal. Cuma itu kegiatannya.Tetapi itu semua akan berubah jika Aksa datang. Kedatangan laki-laki itu membuat harinya menjadi lebih menyenangkan. Setiap laki-laki itu datang, pasti laki-laki itu akan membawanya jalan-jalan berkeliling kota, membeli es krim di suatu tempat, dan bermain bersama-sama. Tetapi sangat disayangkan, karena laki-laki itu sangat jarang berkunjung.Dan seperti hari ini. Atlanta sangat bosan. Makanya ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi di tengah jalan atau tepatnya di depan sebuah pintu kamar, ia hentikan langkahnya.Sekarang ia ada di depan pintu kamar yang selalu terkunci. Kamar itu sangat jarang dibuka dan kalau pun dibuka pasti saat itu Atlanta sedang ti
Tiga tahun sudah semenjak hari pernikahan Aksa dan Fanny. Betapa bahagianya Cakra saat mendengar Fanny sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Dengan kecepatan penuh, Cakra mengendarai motornya ke rumah sakit, untuk menjenguk perempuan itu dan mengucapakan selamat pada sahabatnya karena sudah menjadi seorang ayah.Saat sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat Cakra langsung berlari ke arah ruang perawatan Fanny. Saat sudah sampai di ruangan tersebut, Cakra melihat Aksa yang sedang duduk di sofa menemani Fanny yang sedang tertidur lelap."Yo, Kapten," ucap Cakra sambil memasuki ruangan."Yo. Lama nggak ketemu," ucap Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Cakra."Kan sekarang lo sudah jadi seorang ayah, nih. Ceritalah gimana perasaan lo sekarang.""Bahagia banget. Saking bahagianya gua nggak tau bagaimana cara ngasih taunya ke lo.""Oh, begitu. Kalau 'gitu udah cukup. Asalkan lo bahagia itu sudah cukup."Pandangan Cakra beralih
Cakra mengambil sebuah dua gelas minuman di atas meja, lalu berjalan menuju Putra yang sedang berkumpul bersama anggota Natch.Cakra menyodorkan salah satu gelasnya ke arah Putra. Sebagai isyarat untuk laki-laki itu minum minuman tersebut. Dan dengan senang hati Putra menerima minuman itu, lalu meminumnya sedikit."Semuanya datang?" tanya Cakra sambil menatap Putra."Dua puluh persen dari anggota Heaven datang," jawab Putra setelah meminum minumannya."Kok cuma dua puluh persen? Bukannya semua anggota Heaven diundang?""Mereka bakalan datang kalau semua tamu undangan yang lainnya sudah pulang. Pikirin aja baik-baik, kalau mereka semua datang sekarang, tempat ini bakalan penuh dengan anak geng motor, nanti para tamu undangan yang lain pada takut. Bisa-bisa acara ini jadi hancur.""Benar juga, ya. Tumben otak lo lancar.""Otak gua memang lancar. Noh otak lu yang mampet."Cakra tersenyum kecil mendengar itu. Pandangann
Malam hari ini, Azkia menginap di rumah Aksa. Karena besok ia harus membantu Shila untuk mempersiapkan semuanya yang dibutuhkan saat acara pernikahan Aksa dan Fanny.Di kamar tamu lah ia berada sekarang. Ia sudah sangat sering menggunakan kamar tamu ini. Bahkan saking seringnya ia tidur di kamar ini, ia sampai-sampai sudah menganggap kamar tamu ini adalah kamarnya sendiri.Azkia tersenyum tipis, saat melihat Aksa memasuki kamarnya. Ia menatap wajah Aksa dengan saksama, seakan bertanya alasan kenapa laki-laki itu datang ke kamarnya malam-malam seperti ini.Mengetahui ada Aksa, Azkia langsung duduk di pinggir kasur. Supaya lebih sopan. Karena bagaimana pun Aksa lah tuan rumah. Jadi kurang sopan jika ia tiduran di atas kasur, saat ada laki-laki itu.Azkia terheran-heran saat tiba-tiba Aksa jongkok tepat di hadapannya. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dilakukan laki-laki itu? Memasuki kamarnya tanpa sepatah kata pun, lalu tiba-tiba jongkok d
Aksa menatap Azkia secara saksama. Sejak tadi perempuan itu terus mengoceh hal-hal yang tidak penting. Dan Aksa hanya diam sambil berharap kalau ocehan Azkia akan segera berakhir.Dan harapan Aksa menjadi kenyataan. Tetapi itu bukan karena Azkia sudah selesai dengan ocehannya. Melainkan karena Fanny datang ke rumahnya. Dan sekarang sedang menunggunya di ruang tamu."Besok penentuan hari pernikahan lo sama Fanny. Jadi gua mohon jangan ikut-ikutan kalau Heaven sedang ada masalah dengan geng motor lain. Karena itu sangat berbahaya bagi lo," ucap Azkia sambil meredakan emosinya."Kalau gua sampai ikutan?" tanya Aksa dengan polosnya."Gua nggak bakalan izinin lo keluar dari kamar. Gua bakalan kunci kamar lo sampai seminggu, biar lo mati bosan di dalam kamar.""Wih, ngeri amat. Lo ini seorang kakak atau pembunuh kejam?""Dua-duanya. Kenapa? Mau ngeluh? Gua bilangin ke Bunda nih ya kalau lo nggak mau nurut sama gua.""Aduh, mainnya nga
Fitri tersenyum lebar saat melihat Aksa sekarang sedang berada di depan rumahnya bersama dengan Fanny. Sudah lama sekali, laki-laki itu tidak kembali ke rumahnya. Sekalinya laki-laki itu kembali hanya sekedar untuk mengantarkan Fanny.Rasanya miris sekali, saat mengingat bahwa dulu Aksa adalah bagian dari keluarganya. Tetapi sekarang Aksa sudah terlihat seperti orang asing. Yang bahkan sama sekali tidak terlihat merindukannya."Nggak masuk dulu?" tanya Fitri saat Aksa mau berbalik.Gerakan Aksa langsung terhenti saat mendengar suara Fitri. Rasa rindu yang selama ini ia telah lupakan, sekarang kembali muncul. Membuatnya ingin memeluk tubuh Fitri dengan erat. Lalu melepaskan semua rasa rindu yang telah ia simpan rapih-rapih selama ini."Saya harus kembali ke rumah sakit untuk membantu Bunda. Jadi mungkin lain waktu," ucap Aksa lalu tersenyum kecil."Atlanta juga butuh sosok kakak laki-laki. Jadi bisa temui dia? Biar dia tau kalau dia punya kakak laki
Aksa menatap perempuan yang ada di hadapannya secara saksama. Ini sama sekali tidak ada di dalam rencananya. Sebelumnya ia hanya berencana makan ramen bersama Putra sambil membahas beberapa hal. Tetapi siapa sangka Azkia dan Fanny berada di sana juga.Dengan paksaan Putra, akhirnya Aksa mau berbagi meja dengan Azkia dan Fanny. Sebenarnya ini adalah rencana Putra dan Azkia. Mereka memang sengaja mengajak Aksa dan Fanny ke warung ini, supaya hubungan mereka bisa menjadi lebih dekat.Dan rencana mereka untuk mempertemukan Aksa dan Fanny berhasil.Aksa menatap wajah Azkia. Mempertanyakan kenapa perempuan itu bisa berada di warung tersebut bersama Fanny. Tetapi hanya dibalas dengan senyuman oleh Azkia."Mau pesan apa, Vin?" ucap seorang perempuan yang bertugas untuk mencatat pesanan Aksa dan teman-temannya.Sontak Fanny, Azkia, dan Putra langsung merasa terheran-heran. Pasalnya perempuan itu memanggil Aksa dengan nama Alvin. Yang artinya perempuan
Sekarang Aksa dan Putra sedang ada di markas besar Heaven. Putra sengaja mengajak Aksa bertemu di sini, agar tidak ada yang menganggu perbicangan mereka. Karena saat ini Putra ingin membicarakan hal yang sangat penting. Dan hal itu sangat bersangkutan dengan kebahagiaan dua orang yang ia sayang.Aksa dan Putra berdiri saling berhadapan. Putra tersenyum lebar, lalu melayangkan sebuah pukulan cepat. Putra sengaja fokus kecepatan bukan kekuatan, karena ia tau kalau ia fokus pada kekuatan, maka kecepatan tangannya akan berkurang dan Aksa akan menangkis pukulannya dengan sempurna.Aksa menyentuh pipinya yang baru saja terkenal pukulan Putra. Ia merasa sedikit nyeri, karena sudah lama tidak merasakan pukulan. Terlebih lagi, pukulan sahabatnya itu memang tidak bisa diremehkan."Lo cinta sama Fanny?" tanya Putra sambil menatap tajam Aksa."Kenapa lo tiba-tiba tanya begitu?" tanya Aksa sambil menatap sinis Putra."Karena gua cinta sama dia.""K
Fanny menatap secara saksama Aqilla yang duduk di seberangnya. Ia sedikit kaget, saat tiba-tiba perempuan itu datang ke rumahnya lalu meminta waktunya sedikit untuk hanya sekedar berbicara tentang Aksa.Dari raut wajah perempuan itu, sepertinya perempuan itu sedang dalam mood yang buruk. Tetapi apa yang membuat sahabatnya itu terlihat seperti itu?"Jujur sama gua. Apa lo pernah bilang sesuatu ke Aksa? Sampai-sampai dia nggak percaya kalau lo cinta sama dia?" tanya Aqilla secara tiba-tiba.Fanny tertegun saat mendengar hal itu. Secara frontal Aqilla menanyakan hal seperti kepadanya. Seakan perempuan itu sangat yakin kalau dirinya pernah melakukan hal itu dengan sengaja."Setahu gua sih nggak pernah," jawab Fanny dengan ragu."Jangan bohong. Karena ini menyangkut masa depan lo sama Aksa," ucap Aqilla sambil menatap tajam Fanny."Enggak, Qilla. Emang kenapa, sih?""Aksa merasa kalau lo nggak cinta sama dia. Makanya sampai sekarang