Beranda / Romansa / Aksa! / Pacaran

Share

Pacaran

Penulis: PlutoPen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Semua anggota Natch sedang berkumpul di sebuah warung kecil di dekat SMA Pelita. Mereka sedang menghabiskan waktu bersama, cuma sekedar bercerita, bermain kartu, dan ada juga yang sedang tidur di sebuah kursi panjang.

Tetapi, semua kegiatan itu berhenti ketika Beno datang membawa sebuah informasi tentang geng Dixie. Laki-laki itu bercerita tentang ada sebuah geng motor yang tiba-tiba menyerang geng Dixie.

Sebuah berita yang cukup menarik banyak perhatian para anggota Natch. Bagas hanya tersenyum tipis mendengar itu, karena ia tau siapa kelompok yang berani-beraninya menyerang Dixie. Ia melihat ke arah langit. Memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang. Apa ia diharus diam saja, atau kah ikut membantu Dixie.

"Kalau gua biarin, pasti Nova akan ngamuk dan bunuh orang. Kalau gua ikutan pasti anggota gua akan terluka." suatu pilihan yang sulit bagi P

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aksa!   Pertempuran

    Semua anggota Laskar dan Natch sudah berkumpul di markas Heaven. Mereka berkumpul untuk membahas tentang pertarungan. Sekarang, semua keputusan ada di tangan Putra, Elvano, dan Aksa."Kita masih punya 5 menit," ucap Putra. Waktu mereka sedikit untuk membuat sebuah taktik agar bisa memenangkan pertarungan kali ini."Kita nggak bisa berangkat, kalau rencana belum ada," sahut Beno. Tadi, ia sempat memikirkan rencana, tetapi ia tidak yakin kalau rencana itu bisa berhasil."Langsung eksekusi, kita nggak punya banyak waktu untuk berdiskusi." Elvano sudah tidak bisa merancang strategi, makanya itu ia mengusulkan untuk langsung bertarung saja.Tiba-tiba ada satu buah truk berjenis Colt Diesel Engkel berwarna hitam datang. Di dalam bak tersebut terdapat banyak orang."Geng Devil," gumam Laskar.Geng Devil.

  • Aksa!   Iblis

    Akhirnya Elvano, Putra, Aksa, dan Nova berhadapan dengan barisan terakhir. Jika mereka bisa mengalahkan 7 orang yang ada di hadapannya sekarang, mereka bisa lanjut untuk mengalahkan Michel dan Cakra yang berada di dalam sebuah ruangan di belakang 7 orang tersebut."Kalian berdua lanjut aja." Nova maju satu langkah, sekarang Nova lah yang berada paling dekat dengan musuh."Mereka urusan gua sama Nova." Putra berdiri di samping Nova. Sebenarnya, ia tidak ingin bekerja sama dengan Nova. Tetapi, karena situasinya sudah mendesak ia pun memilih untuk menurunkan egonya."Gua sama Nova, bakal bikin celah. Kalian siap-siap lari."Nova dan Putra pun langsung menerjang maju. Mereka menyingkirkan semua orang yang menghalangi jalan Elvano dan Aksa. Mereka berdua yakin kalau kedua orang itu bisa memenangkan pertarungan ini."Pergi!" teriak Nova dengan

  • Aksa!   Kemenangan

    Tes...Suara air menetes mengiri pertemuan Aksa dan Evan. Lagi-lagi Aksa berada di tempat yang tidak ia ketahui. Setiap bertemu dengan Evan, badannya terasa sangat ringan.Sekarang Aksa sedang berada di sebuah hutan, ia berdiri di depan batu besar yang di atas batu tersebut ada Evan sedang duduk sambil memandangnya."Badan lo terlalu lemah, kalau lo maksain lagi mungkin lo akan meninggal," ucap Evan.Aksa tertegun mendengar itu. Ia tau kalau tubuhnya lemah, tetapi ia tidak menyangka kalau akan selemah ini. Nyawanya dalam bahaya, tetapi ia juga tidak bisa meninggalkan pertempuran ini begitu saja."Semuanya sudah selesai sekarang. Lo udah nggak perlu mikirin tentang kematian gua. Lo nggak usah berjuang lagi. Terima kasih untuk semuanya."Aksa tidak ingin berakhir begitu saja. Semua yang sudah perjuangkan selama ini, a

  • Aksa!   Rumah Sakit

    Pitaloka memandang wajah Aksa yang masih tertidur lelap. Sudah selama tiga hari laki-laki itu tidak bangun dari tidurnya. Ia mengelus pipi Aksa dengan lembut, ia tersenyum kecil saat mengetahui tidak ada perlawanan dari laki-laki itu. Biasanya laki-laki itu akan langsung menghempaskan tangannya jika ia menyentuh pipi laki-laki itu."Lo, lebih ganteng kalau tidur," ucap Pitaloka. Melihat Aksa tertidur lelap adalah suatu pemandangan yang sulit ia nikmati.Pitaloka langsung menarik tangannya dari pipi Aksa, saat ia mendengar ada seseorang sedang berusaha membuka pintu. Saat pintu terbuka lebar, ia melihat sosok perempuan paruh baya. Dan, ternyata itu adalah Fitri."Kamu makan dulu gih, nanti sakit lho," ucap Fitri.Selama seharian Pitaloka berdiam diri di ruangan perawatan Aksa. Kalau pun ia keluar dari ruangan itu hanya untuk makan, atau pun ada urusan keluarga. Tiga hari ini ia gunakan untuk menjaga Aksa."Udah kok, Tan," ucap Pi

  • Aksa!   Sadar

    Mata Aksa mulai terbuka sedikit demi sedikit. Untuk pertama kalinya ia membuka mata setelah 4 hari berturut-turut. Hidungnya mencium bau obat-obatan, dan ia pun langsung menyadari kalau dirinya sedang dirawat di rumah sakit. Pandangannya tertuju ke arah jam dinding yang sudah menunjukan pukul dua belas malam, lalu matanya beralih memandang seorang perempuan yang tidur di atas kursi dan kepalanya bersandar pada kasurnya."Harusnya lo nggak ada di sini," gumam Aksa sambil mengelus punggung tangan Pitaloka."Maaf, karena buat kalian nunggu selama ini."Sepertinya Tuhan masih memberikan kesempatan kepada Aksa untuk tetap berada di dunia ini. Padahal Aksa sudah sempat untuk menyerah pada takdirnya. Ia bahkan sudah rela kalau seandainya ia harus meninggalkan dunia ini untuk selamanya.Aksa memandangi wajah Fitri. Semakin lama wajah perem

  • Aksa!   Bentakan

    Sudah dari jam 6 pagi Aksa menunggu Pitaloka untuk keluar dari rumah, tetapi perempuan itu tak kunjung kelihatan batang hidungnya juga. Aksa memandang jam tangannya, dan ternyata sekarang sudah jam 06.30."Semoga aja, nunggu kayak gini dimasukin kehitungan gaji," gumam Aksa.Pandangannya tertuju kepada salah satu Bapak-bapak yang baru saja membuka gerbang. Dan, ternyata orang itu adalah Ghibran.Aksa mulai berdiri tegap saat Ghibran mulai berjalan ke arahnya."Dipanggil bos," ucap Ghibran saat sudah berada tepat di hadapan Aksa.Mata Aksa membulat sempurna. Ia rasa selama ini ia tidak melakukan kesalahan apapun, tetapi kenapa pagi ini ia harus berhadapan dengan laki-laki itu.Aksa pun mengikuti Ghibran dari belakang. Selama ia ada di dalam rumah Pitaloka, banyak orang yang memandangnya. Dan, akhirn

  • Aksa!   Perwakilan

    Aksa langsung berjalan ke arah kelasnya, setelah ia menjalankan hukuman dari guru BK. Ia terlambat datang sekolah selama 10 menit karena Pitaloka meminta hal yang tidak-tidak sebelum ia berangkat ke sekolah. Untung saja Gino tidak jadi berangkat ke kantor dan memilih untuk merawat Pitaloka, jadi Aksa bisa pergi ke sekolah dengan perasaan tenang.Saat sudah berada di depan kelas, ia pun mengetuk pintu kelasnya itu dua kali. Setelah mendapatkan sahutan dari guru yang mengajar, ia pun langsung masuk ke dalam kelas."Nah Bu, mumpung ada si Aksa. Mending dia aja Bu yang jadi perwakilan," celetuk Raka."Oi, jamet. Gua baru aja masuk udah disuruh-suruh aja," balas Aksa tidak terima."Iya juga ya, kan Aksa wakil ketua kelas," ucap Bu Tantri, ia adalah guru Fisika sekaligus wali kelas X MIPA 2."Duh, Bu. Nggak kasian apa. Baru aja masuk, masa udah

  • Aksa!   Kemah

    Selama dua hari Aksa mendapatkan sebuah keberuntungan. Kemarin, ia mendapatkan izin dari Fitri untuk mengikuti acara kemah ini. Dan, sekarang ia mendapatkan kabar kalau Cakra resmi menjadi tahanan. Laki-laki itu terbukti terlibat dalam pembunuhan Evan bersama beberapa anggota Salamander dan Victor yang lainnya. Sekarang Aksa bisa bernafas lega, karena untuk ke depannya ia tidak perlu bertemu dengan Cakra.Seketika rasa bersalah menghantui Aksa, saat laki-laki tersebut melihat Pitaloka bersedih. Pasti sulit untuk menerima apa yang sebenarnya terjadi. Perempuan itu tidak menyangka kalau laki-laki yang selama ini dicintainya masuk menjadi seorang tawanan."Kita di sini buat kemah, bukan buat bersedih," tegur Azkia kepada Pitaloka yang selalu menampilkan raut wajah kesedihan.Kegiatan SMA Nusa Bangsa hari ini adalah kemah bersama. Hanya murid kelas X d

Bab terbaru

  • Aksa!   Bonus

    Atlanta sekarang sudah beranjak remaja. Sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Nusa Bangsa. Dan sudah mendapatkan satu teman saat masa MOS.Hari-hari yang ia jalani sangatlah membosankan. Karena setiap hari ia hanya di rumah. Menonton TV, membaca buku, mengerjakan soal-soal. Cuma itu kegiatannya.Tetapi itu semua akan berubah jika Aksa datang. Kedatangan laki-laki itu membuat harinya menjadi lebih menyenangkan. Setiap laki-laki itu datang, pasti laki-laki itu akan membawanya jalan-jalan berkeliling kota, membeli es krim di suatu tempat, dan bermain bersama-sama. Tetapi sangat disayangkan, karena laki-laki itu sangat jarang berkunjung.Dan seperti hari ini. Atlanta sangat bosan. Makanya ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi di tengah jalan atau tepatnya di depan sebuah pintu kamar, ia hentikan langkahnya.Sekarang ia ada di depan pintu kamar yang selalu terkunci. Kamar itu sangat jarang dibuka dan kalau pun dibuka pasti saat itu Atlanta sedang ti

  • Aksa!   Pitaloka Aurora

    Tiga tahun sudah semenjak hari pernikahan Aksa dan Fanny. Betapa bahagianya Cakra saat mendengar Fanny sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Dengan kecepatan penuh, Cakra mengendarai motornya ke rumah sakit, untuk menjenguk perempuan itu dan mengucapakan selamat pada sahabatnya karena sudah menjadi seorang ayah.Saat sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat Cakra langsung berlari ke arah ruang perawatan Fanny. Saat sudah sampai di ruangan tersebut, Cakra melihat Aksa yang sedang duduk di sofa menemani Fanny yang sedang tertidur lelap."Yo, Kapten," ucap Cakra sambil memasuki ruangan."Yo. Lama nggak ketemu," ucap Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Cakra."Kan sekarang lo sudah jadi seorang ayah, nih. Ceritalah gimana perasaan lo sekarang.""Bahagia banget. Saking bahagianya gua nggak tau bagaimana cara ngasih taunya ke lo.""Oh, begitu. Kalau 'gitu udah cukup. Asalkan lo bahagia itu sudah cukup."Pandangan Cakra beralih

  • Aksa!   Pesta Pernikahan

    Cakra mengambil sebuah dua gelas minuman di atas meja, lalu berjalan menuju Putra yang sedang berkumpul bersama anggota Natch.Cakra menyodorkan salah satu gelasnya ke arah Putra. Sebagai isyarat untuk laki-laki itu minum minuman tersebut. Dan dengan senang hati Putra menerima minuman itu, lalu meminumnya sedikit."Semuanya datang?" tanya Cakra sambil menatap Putra."Dua puluh persen dari anggota Heaven datang," jawab Putra setelah meminum minumannya."Kok cuma dua puluh persen? Bukannya semua anggota Heaven diundang?""Mereka bakalan datang kalau semua tamu undangan yang lainnya sudah pulang. Pikirin aja baik-baik, kalau mereka semua datang sekarang, tempat ini bakalan penuh dengan anak geng motor, nanti para tamu undangan yang lain pada takut. Bisa-bisa acara ini jadi hancur.""Benar juga, ya. Tumben otak lo lancar.""Otak gua memang lancar. Noh otak lu yang mampet."Cakra tersenyum kecil mendengar itu. Pandangann

  • Aksa!   Meminta izin

    Malam hari ini, Azkia menginap di rumah Aksa. Karena besok ia harus membantu Shila untuk mempersiapkan semuanya yang dibutuhkan saat acara pernikahan Aksa dan Fanny.Di kamar tamu lah ia berada sekarang. Ia sudah sangat sering menggunakan kamar tamu ini. Bahkan saking seringnya ia tidur di kamar ini, ia sampai-sampai sudah menganggap kamar tamu ini adalah kamarnya sendiri.Azkia tersenyum tipis, saat melihat Aksa memasuki kamarnya. Ia menatap wajah Aksa dengan saksama, seakan bertanya alasan kenapa laki-laki itu datang ke kamarnya malam-malam seperti ini.Mengetahui ada Aksa, Azkia langsung duduk di pinggir kasur. Supaya lebih sopan. Karena bagaimana pun Aksa lah tuan rumah. Jadi kurang sopan jika ia tiduran di atas kasur, saat ada laki-laki itu.Azkia terheran-heran saat tiba-tiba Aksa jongkok tepat di hadapannya. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dilakukan laki-laki itu? Memasuki kamarnya tanpa sepatah kata pun, lalu tiba-tiba jongkok d

  • Aksa!   Mengantar undangan

    Aksa menatap Azkia secara saksama. Sejak tadi perempuan itu terus mengoceh hal-hal yang tidak penting. Dan Aksa hanya diam sambil berharap kalau ocehan Azkia akan segera berakhir.Dan harapan Aksa menjadi kenyataan. Tetapi itu bukan karena Azkia sudah selesai dengan ocehannya. Melainkan karena Fanny datang ke rumahnya. Dan sekarang sedang menunggunya di ruang tamu."Besok penentuan hari pernikahan lo sama Fanny. Jadi gua mohon jangan ikut-ikutan kalau Heaven sedang ada masalah dengan geng motor lain. Karena itu sangat berbahaya bagi lo," ucap Azkia sambil meredakan emosinya."Kalau gua sampai ikutan?" tanya Aksa dengan polosnya."Gua nggak bakalan izinin lo keluar dari kamar. Gua bakalan kunci kamar lo sampai seminggu, biar lo mati bosan di dalam kamar.""Wih, ngeri amat. Lo ini seorang kakak atau pembunuh kejam?""Dua-duanya. Kenapa? Mau ngeluh? Gua bilangin ke Bunda nih ya kalau lo nggak mau nurut sama gua.""Aduh, mainnya nga

  • Aksa!   Bertemu Atlanta

    Fitri tersenyum lebar saat melihat Aksa sekarang sedang berada di depan rumahnya bersama dengan Fanny. Sudah lama sekali, laki-laki itu tidak kembali ke rumahnya. Sekalinya laki-laki itu kembali hanya sekedar untuk mengantarkan Fanny.Rasanya miris sekali, saat mengingat bahwa dulu Aksa adalah bagian dari keluarganya. Tetapi sekarang Aksa sudah terlihat seperti orang asing. Yang bahkan sama sekali tidak terlihat merindukannya."Nggak masuk dulu?" tanya Fitri saat Aksa mau berbalik.Gerakan Aksa langsung terhenti saat mendengar suara Fitri. Rasa rindu yang selama ini ia telah lupakan, sekarang kembali muncul. Membuatnya ingin memeluk tubuh Fitri dengan erat. Lalu melepaskan semua rasa rindu yang telah ia simpan rapih-rapih selama ini."Saya harus kembali ke rumah sakit untuk membantu Bunda. Jadi mungkin lain waktu," ucap Aksa lalu tersenyum kecil."Atlanta juga butuh sosok kakak laki-laki. Jadi bisa temui dia? Biar dia tau kalau dia punya kakak laki

  • Aksa!   Warung ramen

    Aksa menatap perempuan yang ada di hadapannya secara saksama. Ini sama sekali tidak ada di dalam rencananya. Sebelumnya ia hanya berencana makan ramen bersama Putra sambil membahas beberapa hal. Tetapi siapa sangka Azkia dan Fanny berada di sana juga.Dengan paksaan Putra, akhirnya Aksa mau berbagi meja dengan Azkia dan Fanny. Sebenarnya ini adalah rencana Putra dan Azkia. Mereka memang sengaja mengajak Aksa dan Fanny ke warung ini, supaya hubungan mereka bisa menjadi lebih dekat.Dan rencana mereka untuk mempertemukan Aksa dan Fanny berhasil.Aksa menatap wajah Azkia. Mempertanyakan kenapa perempuan itu bisa berada di warung tersebut bersama Fanny. Tetapi hanya dibalas dengan senyuman oleh Azkia."Mau pesan apa, Vin?" ucap seorang perempuan yang bertugas untuk mencatat pesanan Aksa dan teman-temannya.Sontak Fanny, Azkia, dan Putra langsung merasa terheran-heran. Pasalnya perempuan itu memanggil Aksa dengan nama Alvin. Yang artinya perempuan

  • Aksa!   Putra menyerah

    Sekarang Aksa dan Putra sedang ada di markas besar Heaven. Putra sengaja mengajak Aksa bertemu di sini, agar tidak ada yang menganggu perbicangan mereka. Karena saat ini Putra ingin membicarakan hal yang sangat penting. Dan hal itu sangat bersangkutan dengan kebahagiaan dua orang yang ia sayang.Aksa dan Putra berdiri saling berhadapan. Putra tersenyum lebar, lalu melayangkan sebuah pukulan cepat. Putra sengaja fokus kecepatan bukan kekuatan, karena ia tau kalau ia fokus pada kekuatan, maka kecepatan tangannya akan berkurang dan Aksa akan menangkis pukulannya dengan sempurna.Aksa menyentuh pipinya yang baru saja terkenal pukulan Putra. Ia merasa sedikit nyeri, karena sudah lama tidak merasakan pukulan. Terlebih lagi, pukulan sahabatnya itu memang tidak bisa diremehkan."Lo cinta sama Fanny?" tanya Putra sambil menatap tajam Aksa."Kenapa lo tiba-tiba tanya begitu?" tanya Aksa sambil menatap sinis Putra."Karena gua cinta sama dia.""K

  • Aksa!   Kesalahan Fanny

    Fanny menatap secara saksama Aqilla yang duduk di seberangnya. Ia sedikit kaget, saat tiba-tiba perempuan itu datang ke rumahnya lalu meminta waktunya sedikit untuk hanya sekedar berbicara tentang Aksa.Dari raut wajah perempuan itu, sepertinya perempuan itu sedang dalam mood yang buruk. Tetapi apa yang membuat sahabatnya itu terlihat seperti itu?"Jujur sama gua. Apa lo pernah bilang sesuatu ke Aksa? Sampai-sampai dia nggak percaya kalau lo cinta sama dia?" tanya Aqilla secara tiba-tiba.Fanny tertegun saat mendengar hal itu. Secara frontal Aqilla menanyakan hal seperti kepadanya. Seakan perempuan itu sangat yakin kalau dirinya pernah melakukan hal itu dengan sengaja."Setahu gua sih nggak pernah," jawab Fanny dengan ragu."Jangan bohong. Karena ini menyangkut masa depan lo sama Aksa," ucap Aqilla sambil menatap tajam Fanny."Enggak, Qilla. Emang kenapa, sih?""Aksa merasa kalau lo nggak cinta sama dia. Makanya sampai sekarang

DMCA.com Protection Status