Baru saja Gempa ingin menyentuh dada Anaya, tapi bel apartemen nya lebih dulu berbunyi.Ting tongTing tong"Anjing!" Umpat Gempa kesal sendiri.CupAnaya mengecup kening Gempa sekilas untuk meredakan sedikit kekesalan suami bayinya itu. "Bentar yaa,". Ucap Anaya lembut.Anaya beranjak untuk membuka pintu. "Loh bunda, ayo masuk,". Ucap Anaya terkejut karena yang datang itu adalah mertuanya."Gempa mana, Nay?" Tanya Santi."Ada kok, bentar yaa Anaya panggil dulu,". Jawabnya lalu berjalan ke kamar untuk memberitahu Gempa bahwa yang datang itu adalah bundanya."Udah?" Tanya Gempa masih dengan wajah kesalnya.Anaya berjalan menghampiri Gempa yang masih berbaring di atas tempat tidur. "Diluar ada bunda,". Ucap Anaya."Ihhh... Ngapain sih bunda malem malem kesini. Ganggu orang mau nenen aja." Gerutu Gempa sangat kesal.Anaya terkekeh melihat tingkah childish suaminya ini. "Sini peluk dulu, nanti temuin bunda yaa," Anaya langsung memeluk
Hari ini semua siswa siswi kelas dua belas SMA Mandala kembali bersekolah seperti biasanya. Sekitar pukul enam lebih lima belas menit Anaya dan Gempa sudah berangkat ke sekolah. Dan sekarang Anaya sudah bersama dengan keempat sahabatnya."Gue perhatiin body si Kunay jadi mon-tok". Ucap Vanta yang terus memandangi lekuk tubuh Anaya dari atas sampai bawah."Apaan sih, biasa aja juga,". Jawab Anaya santai."Iya juga sih kata si Ventol, tete lo lebih berisi, bibir lo juga jontor, kaya abis cip*kan,". Timpa Mawar dengan tengilnya.Memang yaaa di antara sahabat sahabat Anaya itu cuma Nada yang paling waras dan gak julid."Apaan sih, orang gue biasa aja,". Jawab Anaya mulai kesal dengan pembahasan kali ini."Udah sih, kalaupun Anaya sama Gempa macem macem juga kan mereka udah sah, gak masalah,". Ucap Nada santai."Jujur aja, Nay. Lo sama Gempa udah ngapain aja?" Tanya Andin sangat kepo."Iya Nay, gue juga pengen tau ni
Gempa dan Anaya sedang berada di perpustakaan. Bukan, Gempa kesana bukan untuk membaca ataupun belajar, melainkan untuk manja manjaan dengan istrinya. Kebetulan yang menjaga perpustakaan adalah adik kelas mereka jadi Gempa tidak susah untuk mengusirnya pergi dari sana."Nanay,". Panggil Gempa."Apa?" Jawab Anaya singkat. Dia masih memilih milih buku yang akan dia baca.Gempa memeluk tubuh Anaya dari belakang, "Nanay,". Panggilnya lagi."Apa, baby?" Jawab Anaya sangat lembut. Dia memutar tubuhnya menghadap Gempa.Gempa tersenyum manis menatap wajah Anaya dari dekat. "Cantik,". Pujinya.CupAnaya mengecup sekilas bibir Gempa yang membuat sang mpunya semakin kegirangan di buatnya. "Kok lo jadi agresif gini sih,". Ucap Gempa terkekeh.BlusssPipi Anaya seketika memerah mendengar ucapan Gempa barusan. "Kenapa juga gue cium dia sih,". Gumam Anaya malu sendiri."Gak usah malu,". Ucap Gempa. Tangannya
"Ekhemm,". Dehem seseorang dari belakang. Anaya dan Gempa langsung menoleh pada sumber suara."Mentang mentang udah nikah, bikin anak sembarangan." Ucap Niko dengan tengilnya."Mata ku ternodai mas, aku khotor,". Histeris Amir mendramatiskan diri."Mesum ko di perpus, gak punya duit buat nyewa hotel yaa?." Sindir Jeno."Anjing!" Umpat Gempa yang merasa terpojokan sekaligus terganggu dengan kedatangan keenam sahabat tengilnya ini."Ngapain sih kalian pada kesini? Ganggu aja." Kesal Gempa."Balik anjing. Balik. Semua murid udah pada balik. Lo malah enak cipokan di sini,". Ucap Dimas santai."A-apaan, orang kita cuma pelukan juga, iyakan Gem,". Jawab Anaya gugup sendiri."Lo fikir kita bodoh. Selow aja kalo Nay, gak usah panik gitu,". Ucap Galang terkekeh.Panas. Itulah yang Anaya rasakan sekarang. Malu? Ohh sudah tentu, dia sangat sangat malu sekali dengan keenam sahabat Gempa. Yaa walaupun mereka sudah tau tentang rahasia pernikahannya tapi te
"Mau bobo di kamar sambil nenen,". Rengeknya seperti anak kecil yang meminta susu pada ibunya."Tapi gue lagi mas...""Huaaa..... Mau nenen...." Teriak Gempa histeris."Gempa lo teriak teriak mulu deh." Kesal Anaya. Dia berjalan menuju kamar dengan Gempa di pelukannya."Lepas dulu, gue mau cuci tangan,". Ucap Anaya saat mereka sudah sampai di dalam kamar.Gempa pun melepaskan pelukannya, dan segera merebahkan tubuhnya di atas kasur untuk mencari posisi ternyamannya untuk meminum susu langsung dari sumbernya.Setelah selesai mencuci tangannya, Anaya berjalan kearah Gempa yang sudah merebahkan tubuhnya dengan santai di atas kasur sambil tercengir tanpa dosa ke arah Anaya.Anaya merebahkan tubuhnya menghadap Gempa. "Mpeng aja yaa, kan tadi di sekolah udah,". Ucap Anaya. Bukan apa apa tapi ucapan Mawar tadi pagi terus terngiang ngiang di telinganya."Gak mau,". Jawab Gempa mencebikan bibirnya kesal. Tangannya sudah mengelus sebelah dada Anaya. "Mau i
"Anaya,". Panggil seseorang yang baru saja berhenti tepat di sebelahnya.Anaya memicingkan matanya karena orang itu memakai helm full pace jadi Anaya tidak bisa melihat wajahnya. "Gue Gaga,""Ahhhh Syukurlah, lo emang penyelamat hidup gue Ga, yuu anterin gue ke rumah Andin,". Ucap Anaya tanpa rasa malu sedikitpun."Gue berhenti bukan untuk nganterin lo, gue cuma mau nanya aja kenapa lo sendirian di sini,". Jelas Gaga."Gaga lo tega kalo gue sampe di apa apain sama preman di ujung sana,". Anaya menunjuk gang yang gelap dan sepi di ujung jalan. Disana terdapat empat preman yang mesum dan sadis."Gaga lo tega liat gue di perawanin sama mereka? Bahkan Gempa pun gue belum kasih loh,". Ucapnya mendramatiskan diri."Lo tuh yaa gak bisa banget jaga mulut kalo udah sama gue, ayo naik,". Perintah Gaga sambil terkekeh."Makasih Gaga,". Ucap Anaya sangat girang. Dia pun langsung menaiki motor Gaga dengan hati hati."Nanti j
Anaya dan Nada yang sedang fokus mengisi soal pun terkejut dan langsung menatap Vanta dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan."Le-leher lo merah,". Tunjuk Andin pada leher jenjang Anaya.Dengan spontan Anaya langsung menutup lehernya dan mengambil ponsel untuk memastikan jika yang di ucapkan Andin itu benar atau tidak."Ohh shitt!" Umpat Anaya yang melihat dua bercak merah di lehernya."Lo udah main ya, Nay?" Tanya Mawar dengan segala kekepoannya."E-enggak,". Jawab Anaya sebisa mungkin dia bersikap santai agar teman temannya tidak curiga."Udah cepet lanjut, malah ngurusin beginian lagi. Gue udah mau pulang nih,". Kesal Nada.Dengan hati yang tidak karuan, Anaya pun kembali mengerjakan soal soal itu. Sedangkan Andin, Mawar dan Vanta masih setia memperhatikan gerak gerik Anaya yang lumayan mencurigakan.Akhirnya soal soal yang dikerjakan Anaya dan Nada pun selesai juga. Mereka langsung bersiap siap untuk pul
Terhitung sudah lima hari setelah kejadian di sore itu. Kini Anaya dan Gempa sedang duduk santai di depan televisi."Nanay, gue mau ini dong,". Ucap Gempa manja. Tangannya terulur untuk mengelus sebelah dada Anaya."Bisa gak sih sehari aja gak nenen. Gue takut tambah gede Gempa." Kesal Anaya. Pasalnya ukuran dada Anaya dua kali lebih besar dari sebelumnya. Bahkan dia harus membeli bra baru karena bra yang sebelumnya sudah kekecilan dan tidak menutup sempurna bagian payudaranya."Gak bisa. Dada lo itu candu banget tau, Nay. Gue aja suka kepikiran terus kalo belum nenen sama lo,". Jawab Gempa dengan nada tengilnya."Yaa tapi gue malu, Gem. Apalagi tiap gue lewat di depan cowok cowok, gue berasa jadi lonte dadakan tau gak,". Ucap Anaya kesal sendiri.FLASHBACK ONAnaya dan Nada berjalan santai untuk menuju ke kantin. "Hii, Nay. Bola lo makin gede aja,". Ucap segerombolan siswa yang sedang duduk di depan kelasnya. Mybee.Ana
Setelah selesai rapat, Anaya memutuskan untuk pergi ke kantin karena jam pelajaran kedua sudah dimulai dan anggota OSIS yang tadi ikut rapat di izinkan untuk tidak masuk pelajaran."Bu, mau jus jeruknya satu yaa. Nanti anterin ke meja yang di pojok situ," ucap Anaya pada salah satu ibu kantin yang ada di sekolahnya."Oke neng," jawab ibu kantin.Anaya berjalan menuju tempat duduk yang tadi ia tunjukan pada ibu kantin."Hii, Nay." sapa seseorang dari arah belakang.Anaya menoleh. "Eh hii juga, Dit." jawab Anaya pada Dito."Sendirian aja, gak bareng sama temen temen lo?" tanya Dito heran."Inikan masih jam pelajaran," jawab Anaya santai."Ahaha... Iya yaa gue lupa," ucap Dito terkekeh.Ibu kantin pun datang dengan segelas jus jeruk di tangannya. "Ini neng jus nya," ucap ibu kantin."Oh iya bu, makasih," jawab Anaya sopan. Ibu kantin hanya membalasnya dengan senyuman lalu berjalan pergi meninggalk
Pagi pagi sekali Anaya dan Gempa sudah berada di sekolah. Karena Anaya tidak mau jika teman temannya curiga jika dia dan Gempa sudah melakukan 'itu'. Yaa walaupun mereka sudah menjadi suami istri tapi tetap saja Anaya malu jika sampai teman temannya tau apalagi Mawar yang mempunyai mulut lemes dan gak bisa di rem, bisa bisa rahasia pernikahannya di ketahui satu sekolahan."Yakin gak mau aku temenin sampe temen kamu ada yang dateng?" tanya Gempa pada Anaya yang sudah duduk manis di tempatnya."Gak usah, bentar lagi juga mereka dateng," jawab Anaya. Gempa pun mengangguk lalu mencium kening Anaya sebelum dia pergi dari sana."Aku ke kelas dulu," pamit Gempa yang di angguki Anaya.Dua puluh lima menit setelah kepergian Gempa, teman temannya pun satu persatu datang. Dimulai dari Mawar dan Vanta lalu di ikuti oleh Nada dan yang terakhir datang adalah Andin. "Tumben tumbenan lo datang pagi banget? kesambet apaan nih?" tanya Vanta pada Anaya."Cuma iseng aja," jawab Anaya santai."Emang yaa
"Kamu belum makan siang, aku pesenin makanan yaa. Mau makan apa?" tanya Gempa. Dia mengambil ponsel dari dalam saku celananya."Aku mau makan seblak," jawab Anaya."Jangan itu Nay, kamu dari pagi belum makan. Yang ada nasi nasi nya dulu," ucap Gempa."Terserah deh samain aja," jawab Anaya malas. Dia lebih memilih untuk membuka laptopnya dan menonton drakor yang sudah lama dia simpan dan tidak sempat untuk menontonnya."Lagi nonton apa?" tanya Gempa pada Anaya yang sedang asik menatap layar laptopnya."Drakor," jawab Anaya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop."Daripada nonton drakor mending kita nonton ini," Gempa merampas laptop dari pangkuan Anaya dan mengetikan sebuah kode pada kolom pencarian."Kode apaan sih? Kok aku baru tau bisa pencarian sama kode kode gitu?" tanya Anaya heran. Dia terus memperhatikan Gempa dengan teliti.Gempa menekan tombol enter dan munculah video video yang tadi Gempa cari deng
Anaya sedikit terusik dengan tangan kekar yang mengelus lembut sebelah pipinya."Enghhhh..." usik Anaya."Bangun sayang," ucap Gempa sangat lembut.Perlahan Anaya membuka matanya dan menyesuaikan dengan pencahayaan di ruangan itu. "Jam berapa?" tanya Anaya pada Gempa."Jam setengah dua belas," jawab Gempa."Malem?" tanya Anaya dan kembali terpejam dalam pelukan Gempa."Siang," jawab Gempa dengan santainya."Hah! Kok lo gak bangunin gue sih!" teriak Anaya terkejut karena Gempa tidak membangunkannya untuk sekolah."Aku-kamu sayang," koreksi Gempa."Iya terserah, kenapa gak bangunin sekolah coba, jadi bolos kan." kesal Anaya. Dia mencari cari ponselnya untuk menghubungi salah satu temannya agar di izinkan tidak masuk sekolah."Hp aku mana?" tanya Anaya pada Gempa yang masih setia memainkan ponsel di tangannya."Gak tau," jawab Gempa acuh.Anaya terus mengumpati suami laknatnya itu di dalam hati. "Pinjem sebentar mau chat Nada," ucap Anaya pada Gempa."Ngapain?" tanya Gempa heran."Yaa ma
Anaya dan Gempa sudah berada di apartemen mereka. Dan sekarang Gempa sedang rebahan di atas sofa sedangkan Anaya, dia sedang memasak di dapur."Yang... mau susu," teriak Gempa dari ruang tv."Ambil sendiri, gue lagi masak," balas Anaya dengan berteriak."Bawain bentar, cepet!" teriak Gempa ngotot."Ck. Iya iya sebentar," jawab Anaya lalu mematikan kompornya sebelum pergi memberikan susu kotak pada Gempa. Untung saja sayur sop yang ia buat sudah matang hanya tinggal di pindahkan ke mangkuk saja.Anaya berjalan kearah ruang tv dengan susu kotak di tangannya. "Nih," ucap Anaya menyodorkan susu kotak yang ia bawa."Apaan nih?" tanya Gempa heran."Katanya lo mau susu. Ini gue udah bawa susu kotak," jelas Anaya malas."Orang gue maunya susu lo. Kok malah dikasih yang di kotak sih," jawab Gempa. Dia langsung Menarik pinggang Anaya. Alhasil Anaya pun terjatuh di atas paha Gempa."Apaan sih Gem. Gue lagi masak t
Bell pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Dan kini Gempa sudah berada di kelas Anaya untuk menunggu Anaya yang sedang membahas tugas bersama teman kelompoknya."Masih lama?" tanya Gempa yang sudah mulai bosan."Bentar lagi," jawab Anaya yang masih fokus membahas tugas untuk besok mereka presentasi kan di depan kelas.Gempa menghembuskan nafasnya gusar sambil terus memperhatikan Anaya yang sedang fokus membahas tugas bersama teman temannya."Iya. Nanti kaya gitu aja, kalo masih bingung nanti malem kita vc group aja," ucap Anaya pada teman kelompok nya."Nah boleh juga tuh, gue juga masih belum ngerti banget sih," jawab salah seorang teman kelompok Anaya yang bernama Merla itu."Yaudah kalo gitu gue balik duluan yaa, nanti malem aja kita bahasnya," ucap Anaya lalu merapihkan buku bukunya di ikuti dengan ketiga teman kelompoknya. Merla dan Nike."Ayoo," ajak Anaya yang sudah selesai membereskan buku bukuny
"Gwemmm...""Bales," setelah mengatakan itu Gempa kembali mencium bibir Anaya dengan lembut. Begitupun dengan Anaya.Cukup lama mereka berciuman sampai Anaya mulai kehabisan napas dan memukul mukul dada Gempa agar dia melepaskan ciumannya.Huhh...Huhh...Huhh..."Lagi gak?" tawar Gempa sedikit menggoda Anaya."Gak! Ini masih di sekolah Gempa!" tegas Anaya."Yaudah nanti aja pulang sekolah lanjut di rumah, sekalian yang ini juga," ucap Gempa sambil menunjuk pada dada Anaya."Gak! Enak ajah!" jawab Anaya cepat. Dia langsung menutup dadanya dengan kedua tangan."Udah lama loh Nay gue gak dapet jatah itu," ucap Gempa sedih."Yaa tapi gue gak mau Gempa! Gue takut tambah gede terus baju gue pada gak muat gimana?!""Kita beli lagi lah, gitu aja ribet," jawab Gempa enteng.Anak sultan mah bebas. Baju bayi harga dua jeti aja di beli, apalagi buat mak nya. Lima jeti juga pasti
"Gempa..." teriak seseorang dari belakang.Anaya menoleh dan ternyata itu adalah Siska. "Ngapain sih!" gerutu Anaya kesal."Gempa kok ninggalin sih!" ucap Siska dengan suara manjanya."Kok gue mual yaaa," sindir Anaya. Dia memegangi perutnya berpura pura ingin muntah."Apa sih lo. Jablay!" sinis Siska."Dih.. Bukannya lo yaa yang JABLAY!" ucap Anaya nyinyir."Lo yang jablay!" teriak Siska tak terima."Lo!""Lo!""Lo!""Lo!""Stop!!!" bentak Gempa kesal sendiri mendengar keributan dari dua wanita di hadapannya."Dia duluan!" ucap Anaya cepat. Dia tidak mau Gempa menyalahkan dirinya atas keributan ini."Bisa diem gak!" bentak Gempa lagi, karena mereka berdua masih saling menyalahkan. Yaa walaupun dengan berbisik tapi masih bisa di dengar oleh Gempa."Gempa dia yang salah bukan gue!" teriak Siska tak terima."Udah stop! Lo berdua yang salah!" bentak Gem
Gempa menatap heran kerah Anaya yang berlari dengan terburu buru. "Gue duluan," pamit Gempa pada teman temannya."Gempa..." teriak Siska yang merasa terabaikan."Gue duluan nanti pulang sekolah gue jemput di kelas," pamitnya pada Siska lalu berlari mengejar Anaya."Nay," ucap Gempa yang berhasil mencengkram pergelangan tangan Anaya."Lepas! Gue mau ke toilet," jawab Anaya menahan isakannya."Nay." Gempa membalikan badan Anaya. "Hey... Lo kenapa?" tanya Gempa yang melihat Anaya sudah mengeluarkan air matanya."Gakpapa," jawab Anaya singkat. "Sayang lo kenapa?" tanya Gempa. Dia menarik Anaya kedalam pelukannya.Hiks... Hiks... Hiks..."Lo kenapa?" tanya Gempa sangat lembut."Gu-gue gak suka lo deket deket sama Siska," jawab Anaya terisak di dalam pelukan Gempa.Gempa tersenyum. Ternyata rencananya berjalan dengan mulus. "Lo cemburu?" tanya Gempa."Hiks... hiks... hiks" hanya isakan yang keluar dari mulut Anaya."Gue akan jauhin Siska kalo lo juga jauhin Andra." ucap Gempa.Anaya melepa