Subrata dan Sugandi adalah dua orang sahabat yang bersama-sama merintis suatu bisnis. Subrata berbisnis properti, sedangkan Sugandi adalah sebagian pemilik modal dan juga merupakan kaki tangan Subrata. Tidak ada keputusan Subrata tanpa masukan dari Sugandi. Apapun keputusan Subrata harus sepengetahuan Sugandi.
Hingga suatu waktu, Haryadi menikah dan membutuhkan suatu pekerjaan. Sugandi menolak menerima Haryadi, karena dinilai tidak memiliki kemampuan dalam pekerjaan. Subrata yang adalah kakak Haryadi pertama kalinya kecewa dengan keputusan Sugandi dan akhirnya, mereka berselisih paham dan Sugandi meninggalkan perusahaan yang dirintisnya bersama dengan Subrata.Karena sebagian modal ditarik oleh Sugandi, maka Subrata membuat sebuah hotel di properti yang dibangunnya. Bersama Haryadi, Subrata mengelola hotel the Tjokro. Sedangkan Sugandi, merintis sendiri dari nol. Segala jenis usaha, dia coba. Namun karena keuletannya, perusahaan yang kecil menjadi besar dan yang me"Sibuk? Ng, apakah Lo benar-benar cinta sama cewek kutu buku itu? Gue tahu selera Lo seperti apa, tapi seorang kutu buku? Gue gak bisa mikir apa yang Lo harapkan dari dia?" tanya Kalina yang tampak frustasi."Her, gue cinta sama Lo, gue tahu Lo gak cinta sama dia, Lo boleh kok hubungi gue sesekali. Gue kangen sama Lo," rayu Kalina.Heru memandang Kalina, dulu dia menyukai Kalina karena keseksiannya, dia belum pernah tidur dengan Kalina, tapi ketika niatan itu datang, tiba-tiba saja, dia merasa ingin memutuskan hubungan dengan Kalina. Dia tidak suka jika ada perempuan yang mengejar-ngejar dirinya. Itu membuat dirinya tidak memiliki kebebasan. Dan jika ada perempuan yang menginginkan komitmennya, maka saatnya dia harus memutuskan hubungan dengan perempuan itu."Sorry Kalina, gue rasa Lo terlalu dalam mengurusi privasi gue." Heru menutup laptopnya, kemudian bangkit berdiri dan memasukkannya ke dalam tasnya kemudian pergi meninggalkan Kalina sendirian.
***Hari sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Tapi Sugandi masih saja belum pergi ke kantor. Bella merasa was-was jika dia tidak tepat waktu bertemu dengan Haryadi."Sayang, kau tidak pergi ke kantor?" tanya Bella.Sugandi yang membaca koran pun melihat jam tangannya, "Masih jam 9 sayang, aku habiskan dulu roti dan kopinya." Ditutup korannya kemudian dilipat dan ditaruh pada sisi meja yang kosong."Apa rencanamu hari ini?" tanya Sugandi."Aku mau arisan nanti siang, jadi aku mau bersiap-siap," jawab Bella kemudian meneguk habis jus jeruk miliknya."Pakaian kerjamu, sudah aku siapkan. Aku mau mandi terlebih dahulu." Bella meninggalkan Sugandi kemudian masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.Setelah setengah jam Bella berendam di bathtub, akhirnya dia keluar, mengeringkan rambutnya dan mengganti pakaian. Dia memakai dress mini berwarna hitam tanpa lengan. Hanya tali yang diikat pada leher belakangnya berbentuk pita. Buah dadanya yang menonjol membuat dirinya tampak seksi. Punggung ya
Bella kembali masuk ke dalam kamarnya. Hari ini begitu lelah, setelah bercinta beberapa kali dengan Sugandi, kemudian pulang dan rasanya ingin segera merebahkan badannya diatas kasur.Dia melihat Sugandi sudah tidur dengan pulasnya. Dia berganti pakaian dengan baju tidurnya, kemudian mengambil obat yang diberikan Haryadi. Obat yang berwarna putih berbentuk tablet itu berada di botol kaca. Bella keluar ke dapur dan melihat bahwa tidak ada seorang pun di sana.Diambil penumbuk kemudian ditumbuknya obat itu sampai halus, kemudian membungkusnya dengan kertas, "Biar gampang taruhnya," pikir Bella.Bungkusan-bungkusan kertas itu dia taruh dalam toples dan membuang botolnya. Akan dia gunakan setiap kali Sugandi hendak minum teh. "Apa yang terjadi kalau salah satu pembantu ada yang mau membantuku," gumam Bella sambil memikirkan untuk mencari orang yang bisa menjadi kaki tangannya.***"Jangan-jangan, Lo sedang jatuh cinta ya dengan si kutu buku i
"Apa? Lo ngundang si kutu buku juga?" tanya Kalina dengan kesal."Iya, gue pengen tahu aja, Heru berani bawa istrinya atau gak, secara dia itu Casanova. Kalau dia bawa istrinya, berarti, Lo yang harus mundur, Kalina. Dia gak benar-benar cinta sama Lo,--""Diam, Mike!" bentak Kalina dengan kesal, "Gue sudah minta dia datang ke nikahan Lo, tapi gue minta, supaya gue jadi pasangannya dia untuk yang terakhir kalinya, karena gue punya rencana! Sekarang, rencana gue bubar karena kebodohan Lo!!!" maki Kalina.Michael yang dibentak Kalina hanya bisa terdiam. Kali ini, Kalina benar-benar marah, dan baru kali ini dia melihat Kalina yang sesungguhnya.Kalina bangun dari kasurnya, diambil pakaiannya yang berceceran di atas lantai, "Sekarang, Lo pergi dari apartemen gue! Lo urus rumah tangga Lo! Jangan pernah Lo samperin gue lagi! Dasar cowok bodoh!" usir Kalina. Michael pun mengambil semua bajunya yang berceceran. Dia tidak mau mendapatkan masalah k
"Bunda ingin usaha dibidang baking, Sarah. Hanya itu kemampuan Bunda yang bisa bunda jalani," usul Helena."Sarah dukung! Cake buatan Bunda paling enak," kekeh Sarah."Sudah malam, Sarah, kita sebaiknya tidur," ajak Helena.***"Semakin hari, Bella semakin kasih uang sedikit," gerutu Haryadi. Semenjak pertemuan pertama, Haryadi selalu bertemu dengan Bella di hotel untuk meminta uang. Bella tidak dapat menolaknya karena ancaman Haryadi yang akan mengungkapkan pada Sugandi, jika Bella berselingkuh dengan mantan suami yang belum dia ceraikan secara hukum. "Sepertinya memang harus bertemu dengan Sarah, yah ... harus bertemu dengan Sarah," lanjut Haryadi di kamarnya yang sempit.Kebutuhan biologisnya terpenuhi tapi kebutuhan untuk tempat tinggal, makan dan lain-lain harus dia cari. Kali ini, Haryadi akan ke rumah Bella untuk bertemu dengan Sarah, "Semoga Bella tidak ada di tempat, bukankah dia harusnya sekarang lebih suka ke salon?"D
"Plak!!" Ditamparnya pipi Sarah, hingga terpelanting ke kasur. Rasa perih dan panas menjalar di pipi Sarah. Sarah kaget, belum pernah dia ditampar oleh omnya selama hidupnya. Tapi sekarang, dia seperti tidak lagi mengenal omnya. Haryadi mengambil baju dari lemari baju Sarah kemudian menyumpalnya pada mulut Sarah."Diam kau anak ingusan! Begini caranya kau membalas budi? Diambilnya tas milik Sarah, dikeluarkan dompetnya. Uang cash diambilnya, beberapa ATM, kartu kredit kemudian diambilnya."Berapa nomor PINnya?" tanya Haryadi."Aku tidak bisa berdiam diri saja!" geram Sarah dengan penuh kemarahan."Plak!! Berapa nomor PINnya!!" teriak Haryadi. Sarah kembali ditamparnya. Tamparan kali ini lebih perih dari yang pertama. Rasa perih dan panas kembali menjalar."Mmpphh!!" jawab Sarah."Oh iya, om lupa kalau kau di sumpal! Hahaha, bikin repot saja! Asal kau tidak berteriak, akan aku lepas, oke?" tanya Haryadi sambil menodongkan pisau itu ke arah Sarah. Sarah hanya bisa mengangguk memastikan n
Sarah memandang dirinya di depan cermin, pipinya memerah karena tamparan omnya. Rasa marahnya masih bergemuruh di dalam dada. Tidak puas rasanya hanya menendang dan menjatuhkannya, "Seharusnya gue bawa ke kantor polisi," kecamnya.Diolesi pipinya dengan cream yang bisa menyamarkan bekas merah. Dia tidak ingin Heru tahu kalau omnya datang kemari. Dengan gelisah, Sarah berjalan mondar mandir, "Apa seharusnya gue cerita kepada Heru ya?" pikir Sarah.Sarah teringat kembali pesan bundanya yang tidak bisa mengharapkan om-nya untuk melunasi hutang. Apalagi tadi dia datang hendak merampok dirinya. "Huh!!! Kenapa gue kesal sekali!" Sarah merebahkan badannya ke atas bantal, "Sebaiknya gue tidur sebentar biar gak marah-marah," lanjutnya sambil memejamkan matanya.***"Akhirnya, anak Daddy sebentar lagi akan diwisuda," ucap Sugandi ketika Heru menyerahkan surat yang berisi jadwal wisudanya."Hutang Heru sekarang sudah lunas yah Dad," ungkap Heru
Hari ini adalah pernikahan Michael dan Anggie. Sejak sore, Sarah sudah diantar Damang ke madam Gun untuk di make over, "Gue kira, Lo yang bakal nikah, Sar! Gue curiga kayanya Lo tuh ceweknya Heru deh," ucap Madam Gun menyelidik.Sarah tidak ingin ambil pusing soal perkataan Madam Gun. Biarkan dia dengan pikirannya sendiri beranggapan bahwa Sarah adalah cewek Heru."Tapi, Heru itu gak pernah loh bawa cewek kemari, gue juga heran kenapa cuma Lo yang dibawa kemari ya? Padahal duh, tiap dia potong rambut disini, cewek-cewek sudah pelototin dia dari dia muncul di pintu sampe keluar pintu, itu mata-mata cewe fokus sama Heru," lontar madam Gun.Tentu saja perkataan Madam Gun yang hiperbola membuat Sarah tertawa, "Gak seperti itu lagi, rasanya Heru biasa-biasa saja," cibir Sarah."Hiii, super deh! Gue itu kepo sama hubungan kalian, emang beneran gak ada apa-apa?" pancing Madam Gun."Kalau ada apa-apa, nanti Sarah kabari," ucap Sarah dengan tersen
"Apa?" tanya Sarah sambil terisak."Tante Bella sudah tidak ada." Heru menelepon resepsionis untuk meminta didatangkan seorang dokter.Sarah menelepon Helena untuk memberitahukan kalau dirinya sudah bertemu dengan Bella."Sarah, disini jam 3 pagi, ada apa telepon Bunda? Apa ada masalah? Kau sedang menangis?" tanya Helena yang baru bangun dari tidurnya."Bun, aku menemukan tante Bella!" isak Sarah."Bella? Kamu gak bercanda kan sayang? Ini jam 3 pagi loh!""Disini jam 10 malam Bun. Aku tidak bercanda.""Oke! Ceritakan pada Bunda, apa yang terjadi disana." Helena mendengarkan Sarah dengan lebih serius.Sarah menceritakan bagaimana dia bertemu dengan Bella, dan bagaimana Bella bisa berada di Paris, dan bagaimana Bella mengalami penyakit dan bagaimana Bella meninggal dunia."Kasihan Bella, dia sudah jahat, tapi biar bagaimanapun juga, Bella adalah adik iparku. Dia sudah menuai apa yang sudah dia tabur. Jadi apa yang akan kau lakukan?""Pesan terakhirnya tante Bella ingin kembali ke Indones
"Apa yang Tante inginkan?" tanya Heru."Sebelum aku pulang, aku ingin keadaanku bersih. Aku tidak meminta uangmu. Aku sudah tidak berarti lagi. Setidaknya aku menghargai diriku untuk yang terakhir kalinya," ucap Bella menundukkan kepala, namun Heru tak mengerti maksud Bella."Baiklah Tante, Sarah mengerti maksud Tante. Kita akan ke hotel bersama." Sarah menggandeng lengan Bella untuk bangkit dari kursi."Apa maksudmu. Sarah?" tanya Heru."Aku akan mendandani Tante Bella sebelum pulang ke Indonesia," ucapnya dengan tersenyum.Bella berjalan dengan tertatih-tatih didampingi oleh Sarah, dan Heru mengikutinya dari belakang.Bella terpukau ketika dia tiba di hotel bintang lima yang sangat mewah. Dia hanya bisa melihatnya dari jauh tidak pernah terpikirkan olehnya untuk dapat masuk ke hotel mewah tersebut. Entah apa yang membuatnya ke menara Eiffel ini. Josh tinggal jauh dari Paris. Dia hanya tinggal dipinggir kota dengan bank kecil sebagai tempat pekerjaannya. Berulang kali dia meminta Josh
"Tante Bella?" Heru melihat ke arah Sarah yang sedang melihat kepada seorang gelandangan. Gelandangan itu sedang membuka-buka tong sampah yang berlokasi tidak jauh dari tempatnya duduk.Heru bangkit dari duduknya, kemudian menarik tangan Sarah, "Kita pastikan, dia tante Bella atau bukan!" ucapnya berjalan ke arah orang tersebut.Gelandangan itu memakai baju hangat tebal berwarna hitam hingga sampai ke lutut, sepatu boot dan tas selempang dari kantong kresek berwarna merah, membungkuk ke arah tong sampah.Ditepuk-tepuk pundak gelandangan itu oleh Heru, dan gelandangan itu melihat kepada siapa yang menepuk pundaknya, betapa kaget Heru, dan gelandangan itu, karena memang benar apa yang dilihat Sarah adalah Bella.Bella kaget melihat Heru di depannya. Seketika itu pula, dia melarikan diri. Namun Heru dengan sigap menarik tangan Bella."Lepaskan!!! Lepaskan aku, Heru!!!" teriak Bella."Tante!! Tante tenang dulu!" Semua orang yang lalu lalang berhenti untuk melihat apa yang sedang terjadi. N
"Ya, saya bersedia!" jawab Heru sambil memandang Sarah yang berdiri dihadapannya."Sarah, apakah kau menerima Heru sebagai suamimu, dalam keadaan suka maupun duka? Dalam untung dan malang? Dalam sehat maupun sakit?" tanya seorang Pastor."Ya, saya bersedia!" jawab Sarah memandang Heru yang sedang tersenyum padanya."Heru dan Sarah, mulai saat ini, kalian sah menjadi pasangan suami istri. Heru, silahkan mencium istrimu," ujar Pastor mempersilahkan kedua pengantin untuk berciuman.Heru memandang lekat pada Sarah kemudian dicium bibir Sarah dengan lembutnya. Para bridesmaid-nya membuka confetti sehingga terdengar suara meriah disertai dengan kertas warna warni menghujani pengantin baru.Semua tamu undangan bertepuk tangan untuk Heru dan Sarah yang sudah sah menikah baik secara agama maupun secara negara.Acara pemberkatan dilanjutkan dengan acara resepsi. Para tamu undangan dipersilahkan untuk duduk dan menikmati makanan-makanan dan minuman yang lezat yang hilir mudik berdatangan. Pada ba
***"Papi, Kalina sudah tidak tahan disini," ucap Kalina pada sambungan telepon di ruang sipir penjara."Sayang, akan papi kirim seseorang pengacara, agar kamu bisa dikeluarkan dengan jaminan, oke? Apa si Heru itu tidak mau bertanggung jawab sudah menghamilimu tapi juga melaporkanmu ke penjara? Bangs*t benar si Heru!" tanya Teddy dengan rasa marahnya mendengar dari jauh putrinya dipenjara oleh suaminya sendiri."Hm, bukan Heru yang hamilin Kalina, pih ....""Apa!! Kau! Bagaimana bisa kau menikah dengan Heru tapi hamil dengan orang lain?!" gertak Teddy yang kesal dengan kelakuan putrinya."Kalina pikir, dengan cara seperti ini, bisa membuat Heru cepat menikahi Kalina," bela Kalina."Memang! Heru cepat untuk menikah denganmu, tapi pada akhirnya apa? Dia yang membatalkan pernikahannya dan melaporkan kamu ke penjara!""Maaf, papi!""Huft! Sudah tenang! Jika masalah sudah selesai, kau kemari saja! Tak usah lagi pikirin Heru! Papi butuh kamu di Hongkong! Mulai hidup baru dengan papi!"Kalina
"Dimanakah ibu Bella, sekarang?" tanya Hotman Ferris kembali."Terakhir, ketika kami kehilangan Sarah dan ibunya, pada waktu kami sedang mengikutinya, ibu Bella memberi kami sejumlah uang untuk menyuruh kami untuk mengecek di area pelabuhan, terminal, stasiun di pulau Jawa, jadi kami pulang ke Jawa.""Lalu, siapakah Ningrum itu?""Bos Kalina yang mengganti nama Bella menjadi Ningrum agar tidak mudah dilacak," jawab Hercules dengan keadaan tertunduk."Berarti dalang untuk melakukan pembunuhan adalah Kalina atau Bella?" tanya Hotman Ferris."Bukan aku pelakunya!! Tante Bella yang melakukannya!!" teriak Kalina.Tok! Tok! Tok!! "Sekali lagi mohon tersangka tidak berbicara sebelum gilirannya! Jika sekali lagi tersangka mengganggu jalannya persidangan, maka saya perintahkan tersangka untuk kembali ke ruang selnya," ancam Hakim."Mereka adalah yang menyuruh kami untuk mencelakai Sarah dengan ibunya," ringis Hercules.
"Ogah! Gue gak mau bekas orang. Lo aja kasih orang, apalagi gue, hahaha!" jawab Setiawan."Hahaha, setiap kejahatan, pasti ada hukumannya. Thanks bro, buat hasilnya," ucap Heru."Okey, gue balik ke klinik dulu, thanks buat ngopinya," pamit Setiawan meninggalkan Heru.Dengan tersenyum, Heru pun kembali ke kantornya.***"Kalina Sugiharta?" tanya polisi dengan pakaian lengkap datang ke rumah Heru."I, iya, saya, ada apa yah pak?" tanya Kalina dengan cemas melihat beberapa orang polisi dengan berpakaian lengkap membawa surat tugas penahanan."Kami membawa surat tugas untuk menahan ibu Kalina Sugiharta untuk dimintai keterangan perihal dugaan rencana pembunuhan atas Sarah Tjokroaminoto dan ibunya, Helena.""A, apa? Tapi saya tidak melakukan apa-apa!" jawab Kalina dengan panik, emosi dan tidak terima."Anda bisa menjawabnya di kantor polisi. Sebaiknya, sekarang anda bersiap untuk kami bawa ke kantor polisi," perintah polisi."Tidak! Saya tidak mau pergi!! Saya tidak melakukan apapun! Pergi!
"Tamu? Gak kok, aku sendirian aja disini. Bagaimana meetingnya?" Tanya Kalina mengalihkan pembicaraan."Cukup bagus. Mungkin dalam waktu dekat, proyek akan segera berjalan. Tunggu beberapa kali pertemuan. Mungkin bulan depan. Sekarang aku mau mencari tenaga profesional untuk menangani perusahaan baru itu," ucap Heru melangkah ke kamar mandi."Fiuh! Untung Mike cepat pulang, gue pikir Heru gak bakalan pulang hari ini," gumamnya sambil mengoleskan krim malam ke wajahnya. Dipakainya lingeri untuk merayu Heru dan ditutupnya dengan bathrobe. Tidak lupa rambutnya dikeringkan dengan hair dryer dan disemprotkan minyak wangi untuk memikat Heru.Tak lama Heru pun selesai mandi dan bersiap untuk ke ruang kerjanya, "Loh, Sayang, mau kemana?" Kalina tampak kecewa Heru tidak mengindahkan dirinya."Aku mau ke ruang kerja dahulu. Ada beberapa laporan yang harus aku cek," ucap Heru keluar dari kamar menuju ruang kerja.Dinyalakan lampu dan dibuka laptopny
***"Bagaimana dok, sudah bisa pulang?" tanya Heru."Lukanya sudah mengering, bisa pulang hari ini," jawab dokter selesai memeriksa Sarah. Helena tersenyum senang sudah seminggu lebih dia berada di rumah sakit, akhirnya Sarah boleh keluar."Aku akan memesan tiket pesawat untuk kita bertiga," ucap Heru dengan senang. Sarah mengemasi barang-barang dibantu oleh Helena. Setelah menyelesaikan segala hal administrasi rumah sakit, Heru, Sarah dan Helena naik taksi menuju bandara. Sebagian barang dikirim melalui jasa kurir, sedangkan Sarah dan Helena hanya membawa apa yang diperlukan pada saat naik pesawat.Helena duduk di dekat jendela, Sarah ditengah dan Heru disampingnya. Digenggamnya tangan Sarah dan diletakkan pada dadanya. Sarah merasa risi, tapi tidak dihiraukannya, bahkan Heru mencium jari jemari tangan Sarah."Bisakah kau hentikan itu?" tanya Sarah berbisik, karena dia tidak ingin bundanya mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Heru.