"Sepertinya, obatnya mulai bereaksi. Tadi saya beri obat dan ada kandungan obat tidur supaya ibu bisa beristirahat," ucap suster Ningsih.
"Terima kasih suster.""Baik. Saya kembali ke ruangan saya," pamit suster Ningsih. Heru dan Sarah pun mengangguk."Nyokap Lo aneh, Lo dah gede aja minta gue yang jagain.""Stt! Berisik, Lo pulang aja. Nyokap gue juga dah tidur. Gue tidur disini!" usir Sarah."Gak jadi pulang? Gue kan dah bilang sama nyokap Lo buat anterin Lo balik," sanggah Heru."Gue pengen sama nyokap. Lo pulang aja! Berani kan pulang sendiri?" ejek Sarah sambil mendorong Heru keluar kamar untuk segera pulang."Iya, iya, gue pulang." Ditutupnya pintu kamar dan Heru pun melangkah menuju tempat parkir sendirian."Sialan, Sarah gak mau pulang, gak ada tempat buat gue isengin lagi," celetuk Heru sambil menendang batu yang ada dijalan menuju tempat motor di parkir.Heru kembali pulang sendirian dengan mo"Bunda? Kenapa bunda bisa memikirkan Sarah menjual diri untuk kesembuhan bunda? Apakah bunda tidak mengenal anakmu ini?" tanya Sarah dengan dengan hati sedih.Ucapan Sarah membuat hati Helena melunak, dipandanginya Sarah dan memandangnya dengan lekat."Jika begitu, jangan ada yang ditutupi dari bunda. Ceritakanlah!" perintah Helena.Ini adalah pertanyaan yang Sarah takuti selama ini, jika bundanya mempertanyakan keuangannya."Baiklah, Sarah akan bercerita, tapi, bunda janji untuk tidak marah kepada Sarah," mohon Sarah sambil memegang erat tangan Helena dan menciumnya."Bunda ingat, teman semalam yang mengantar Sarah?" tanya Sarah dan Helena mengangguk."Sarah meminjam uang darinya--""Apakah kau menjual diri?" sela Helena. Sarah menggeleng kepalanya, "Bunda harus percaya kepada Sarah." Helena menarik nafas dalam-dalam menghembuskan nafasnya. Ada perasaan lega jika Sarah bisa menjaga kehormatan dirinya."Lanjutka
"Rese Lo! Gue males sebenarnya kuliah. Tapi, kalau gue gak selesai juga, si Nenek lampir yang akan kuasai perusahaan bokap gue," jawab Heru kesal."Ya Lo beresin kuliah Lo!""Lo bantu yah? setidaknya gue udah bayar 5 Milyar, setidak-tidaknya duit gue ada gunanya," jawab Heru menyeringai.Sarah pun berpikir, kalau Heru bisa selesai lebih cepat kuliahnya, berarti dia bisa mengelola perusahaan lebih cepat. Selama ini pengelolaan masih dipegang penuh oleh Sugandi, Heru hanya melakukan tugas dari Sugandi tanpa berhak untuk memutuskan apapun."Baiklah, selama gue nunggu wisuda, gue bantu skripsi Lo."Heru tersenyum penuh dengan kemenangan, dia mengambil laptop dan menyerahkannya kepada Sarah, "Sebenarnya gue ambil permasalahan dari perusahaan gue sendiri, Lo bisa lihat, dan beri masukan.""Oke, gue bakal bantu, gue mandi dulu." Sarah meletakkan laptop Heru di atas ranjang, dan dia pun segera masuk ke dalam kamar mandi agar badannya leb
Haryadi tiba disaat sebuah mobil sedan hitam keluar dari pintu gerbang. Seorang perempuan, menutup pintu gerbang itu.Haryadi turun dari motor dan mengembalikan helm kepada driver-nya, "Ini, ambil kembaliannya." Haryadi menyerahkan helm dan uang kepada driver.Driver ojek pun senang dengan kelebihan yang diberikan oleh Haryadi, "Terima kasih, pak," ucapnya."Dah sana! Jauh-jauh." Haryadi tidak menghiraukan ojeknya dia mendekati pintu gerbang, dan mengintip apakah perempuan tadi masih ada di dekat pintu gerbang, atau sudah masuk.Matanya melihat ke dalam, tidak ada perempuan tadi dan pintu gerbangnya pun tidak dikunci. Haryadi menggesernya sedikit asal tidak terlalu berisik dan badannya masuk ke dalam, "Untung badanku kurus, jadi cukup," ucapnya terkekeh."Sarah, dimana keponakanku yang cantik itu ya?" Mata Haryadi memperhatikan setiap tempat yang dia injak.Walau hari masih siang, Haryadi jalan mengendap-endap agar tidak ada oran
"Baiklah! Aku akan memberikanmu uang!" ucap Bella dengan kesal."Bagus! Akhirnya kau mengerti."Bella pun mengambil dompet yang ada di dalam tasnya, sedangkan Haryadi melihat sekeliling isi kamar itu dan duduk di atas ranjang."Ini! Semoga cukup." Bella menyerahkan beberapa lembar uang seratus ribuan kepada Haryadi. Dengan tersenyum, Haryadi menerima uang itu dan menghitungnya, "Hm, terlalu murah harga tutup mulutku ini." Haryadi mendengus meremehkan apa yang sudah diberi."Kau ingin berapa?" Bella tampak kesal, sepertinya Haryadi ingin memeras dirinya.Haryadi memandang Bella, "Kau tahu, asetku diambil alih oleh Sugandi lebih dari 5 milyar! Apakah kau tidak ingin mengambilnya kembali demi aku?" tanya Haryadi."Bagaimana bisa asetmu ada di tangan Sugandi?" Bella kaget bahwa ada hubungan Haryadi dengan Sugandi."Aku bangkrut Bella, sejak kau tinggalkan aku. Si tua Sugandi itu yang membayar semua hutangku dengan membeli se
Subrata dan Sugandi adalah dua orang sahabat yang bersama-sama merintis suatu bisnis. Subrata berbisnis properti, sedangkan Sugandi adalah sebagian pemilik modal dan juga merupakan kaki tangan Subrata. Tidak ada keputusan Subrata tanpa masukan dari Sugandi. Apapun keputusan Subrata harus sepengetahuan Sugandi.Hingga suatu waktu, Haryadi menikah dan membutuhkan suatu pekerjaan. Sugandi menolak menerima Haryadi, karena dinilai tidak memiliki kemampuan dalam pekerjaan. Subrata yang adalah kakak Haryadi pertama kalinya kecewa dengan keputusan Sugandi dan akhirnya, mereka berselisih paham dan Sugandi meninggalkan perusahaan yang dirintisnya bersama dengan Subrata.Karena sebagian modal ditarik oleh Sugandi, maka Subrata membuat sebuah hotel di properti yang dibangunnya. Bersama Haryadi, Subrata mengelola hotel the Tjokro. Sedangkan Sugandi, merintis sendiri dari nol. Segala jenis usaha, dia coba. Namun karena keuletannya, perusahaan yang kecil menjadi besar dan yang me
"Sibuk? Ng, apakah Lo benar-benar cinta sama cewek kutu buku itu? Gue tahu selera Lo seperti apa, tapi seorang kutu buku? Gue gak bisa mikir apa yang Lo harapkan dari dia?" tanya Kalina yang tampak frustasi."Her, gue cinta sama Lo, gue tahu Lo gak cinta sama dia, Lo boleh kok hubungi gue sesekali. Gue kangen sama Lo," rayu Kalina.Heru memandang Kalina, dulu dia menyukai Kalina karena keseksiannya, dia belum pernah tidur dengan Kalina, tapi ketika niatan itu datang, tiba-tiba saja, dia merasa ingin memutuskan hubungan dengan Kalina. Dia tidak suka jika ada perempuan yang mengejar-ngejar dirinya. Itu membuat dirinya tidak memiliki kebebasan. Dan jika ada perempuan yang menginginkan komitmennya, maka saatnya dia harus memutuskan hubungan dengan perempuan itu."Sorry Kalina, gue rasa Lo terlalu dalam mengurusi privasi gue." Heru menutup laptopnya, kemudian bangkit berdiri dan memasukkannya ke dalam tasnya kemudian pergi meninggalkan Kalina sendirian.
***Hari sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Tapi Sugandi masih saja belum pergi ke kantor. Bella merasa was-was jika dia tidak tepat waktu bertemu dengan Haryadi."Sayang, kau tidak pergi ke kantor?" tanya Bella.Sugandi yang membaca koran pun melihat jam tangannya, "Masih jam 9 sayang, aku habiskan dulu roti dan kopinya." Ditutup korannya kemudian dilipat dan ditaruh pada sisi meja yang kosong."Apa rencanamu hari ini?" tanya Sugandi."Aku mau arisan nanti siang, jadi aku mau bersiap-siap," jawab Bella kemudian meneguk habis jus jeruk miliknya."Pakaian kerjamu, sudah aku siapkan. Aku mau mandi terlebih dahulu." Bella meninggalkan Sugandi kemudian masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.Setelah setengah jam Bella berendam di bathtub, akhirnya dia keluar, mengeringkan rambutnya dan mengganti pakaian. Dia memakai dress mini berwarna hitam tanpa lengan. Hanya tali yang diikat pada leher belakangnya berbentuk pita. Buah dadanya yang menonjol membuat dirinya tampak seksi. Punggung ya
Bella kembali masuk ke dalam kamarnya. Hari ini begitu lelah, setelah bercinta beberapa kali dengan Sugandi, kemudian pulang dan rasanya ingin segera merebahkan badannya diatas kasur.Dia melihat Sugandi sudah tidur dengan pulasnya. Dia berganti pakaian dengan baju tidurnya, kemudian mengambil obat yang diberikan Haryadi. Obat yang berwarna putih berbentuk tablet itu berada di botol kaca. Bella keluar ke dapur dan melihat bahwa tidak ada seorang pun di sana.Diambil penumbuk kemudian ditumbuknya obat itu sampai halus, kemudian membungkusnya dengan kertas, "Biar gampang taruhnya," pikir Bella.Bungkusan-bungkusan kertas itu dia taruh dalam toples dan membuang botolnya. Akan dia gunakan setiap kali Sugandi hendak minum teh. "Apa yang terjadi kalau salah satu pembantu ada yang mau membantuku," gumam Bella sambil memikirkan untuk mencari orang yang bisa menjadi kaki tangannya.***"Jangan-jangan, Lo sedang jatuh cinta ya dengan si kutu buku i
"Apa?" tanya Sarah sambil terisak."Tante Bella sudah tidak ada." Heru menelepon resepsionis untuk meminta didatangkan seorang dokter.Sarah menelepon Helena untuk memberitahukan kalau dirinya sudah bertemu dengan Bella."Sarah, disini jam 3 pagi, ada apa telepon Bunda? Apa ada masalah? Kau sedang menangis?" tanya Helena yang baru bangun dari tidurnya."Bun, aku menemukan tante Bella!" isak Sarah."Bella? Kamu gak bercanda kan sayang? Ini jam 3 pagi loh!""Disini jam 10 malam Bun. Aku tidak bercanda.""Oke! Ceritakan pada Bunda, apa yang terjadi disana." Helena mendengarkan Sarah dengan lebih serius.Sarah menceritakan bagaimana dia bertemu dengan Bella, dan bagaimana Bella bisa berada di Paris, dan bagaimana Bella mengalami penyakit dan bagaimana Bella meninggal dunia."Kasihan Bella, dia sudah jahat, tapi biar bagaimanapun juga, Bella adalah adik iparku. Dia sudah menuai apa yang sudah dia tabur. Jadi apa yang akan kau lakukan?""Pesan terakhirnya tante Bella ingin kembali ke Indones
"Apa yang Tante inginkan?" tanya Heru."Sebelum aku pulang, aku ingin keadaanku bersih. Aku tidak meminta uangmu. Aku sudah tidak berarti lagi. Setidaknya aku menghargai diriku untuk yang terakhir kalinya," ucap Bella menundukkan kepala, namun Heru tak mengerti maksud Bella."Baiklah Tante, Sarah mengerti maksud Tante. Kita akan ke hotel bersama." Sarah menggandeng lengan Bella untuk bangkit dari kursi."Apa maksudmu. Sarah?" tanya Heru."Aku akan mendandani Tante Bella sebelum pulang ke Indonesia," ucapnya dengan tersenyum.Bella berjalan dengan tertatih-tatih didampingi oleh Sarah, dan Heru mengikutinya dari belakang.Bella terpukau ketika dia tiba di hotel bintang lima yang sangat mewah. Dia hanya bisa melihatnya dari jauh tidak pernah terpikirkan olehnya untuk dapat masuk ke hotel mewah tersebut. Entah apa yang membuatnya ke menara Eiffel ini. Josh tinggal jauh dari Paris. Dia hanya tinggal dipinggir kota dengan bank kecil sebagai tempat pekerjaannya. Berulang kali dia meminta Josh
"Tante Bella?" Heru melihat ke arah Sarah yang sedang melihat kepada seorang gelandangan. Gelandangan itu sedang membuka-buka tong sampah yang berlokasi tidak jauh dari tempatnya duduk.Heru bangkit dari duduknya, kemudian menarik tangan Sarah, "Kita pastikan, dia tante Bella atau bukan!" ucapnya berjalan ke arah orang tersebut.Gelandangan itu memakai baju hangat tebal berwarna hitam hingga sampai ke lutut, sepatu boot dan tas selempang dari kantong kresek berwarna merah, membungkuk ke arah tong sampah.Ditepuk-tepuk pundak gelandangan itu oleh Heru, dan gelandangan itu melihat kepada siapa yang menepuk pundaknya, betapa kaget Heru, dan gelandangan itu, karena memang benar apa yang dilihat Sarah adalah Bella.Bella kaget melihat Heru di depannya. Seketika itu pula, dia melarikan diri. Namun Heru dengan sigap menarik tangan Bella."Lepaskan!!! Lepaskan aku, Heru!!!" teriak Bella."Tante!! Tante tenang dulu!" Semua orang yang lalu lalang berhenti untuk melihat apa yang sedang terjadi. N
"Ya, saya bersedia!" jawab Heru sambil memandang Sarah yang berdiri dihadapannya."Sarah, apakah kau menerima Heru sebagai suamimu, dalam keadaan suka maupun duka? Dalam untung dan malang? Dalam sehat maupun sakit?" tanya seorang Pastor."Ya, saya bersedia!" jawab Sarah memandang Heru yang sedang tersenyum padanya."Heru dan Sarah, mulai saat ini, kalian sah menjadi pasangan suami istri. Heru, silahkan mencium istrimu," ujar Pastor mempersilahkan kedua pengantin untuk berciuman.Heru memandang lekat pada Sarah kemudian dicium bibir Sarah dengan lembutnya. Para bridesmaid-nya membuka confetti sehingga terdengar suara meriah disertai dengan kertas warna warni menghujani pengantin baru.Semua tamu undangan bertepuk tangan untuk Heru dan Sarah yang sudah sah menikah baik secara agama maupun secara negara.Acara pemberkatan dilanjutkan dengan acara resepsi. Para tamu undangan dipersilahkan untuk duduk dan menikmati makanan-makanan dan minuman yang lezat yang hilir mudik berdatangan. Pada ba
***"Papi, Kalina sudah tidak tahan disini," ucap Kalina pada sambungan telepon di ruang sipir penjara."Sayang, akan papi kirim seseorang pengacara, agar kamu bisa dikeluarkan dengan jaminan, oke? Apa si Heru itu tidak mau bertanggung jawab sudah menghamilimu tapi juga melaporkanmu ke penjara? Bangs*t benar si Heru!" tanya Teddy dengan rasa marahnya mendengar dari jauh putrinya dipenjara oleh suaminya sendiri."Hm, bukan Heru yang hamilin Kalina, pih ....""Apa!! Kau! Bagaimana bisa kau menikah dengan Heru tapi hamil dengan orang lain?!" gertak Teddy yang kesal dengan kelakuan putrinya."Kalina pikir, dengan cara seperti ini, bisa membuat Heru cepat menikahi Kalina," bela Kalina."Memang! Heru cepat untuk menikah denganmu, tapi pada akhirnya apa? Dia yang membatalkan pernikahannya dan melaporkan kamu ke penjara!""Maaf, papi!""Huft! Sudah tenang! Jika masalah sudah selesai, kau kemari saja! Tak usah lagi pikirin Heru! Papi butuh kamu di Hongkong! Mulai hidup baru dengan papi!"Kalina
"Dimanakah ibu Bella, sekarang?" tanya Hotman Ferris kembali."Terakhir, ketika kami kehilangan Sarah dan ibunya, pada waktu kami sedang mengikutinya, ibu Bella memberi kami sejumlah uang untuk menyuruh kami untuk mengecek di area pelabuhan, terminal, stasiun di pulau Jawa, jadi kami pulang ke Jawa.""Lalu, siapakah Ningrum itu?""Bos Kalina yang mengganti nama Bella menjadi Ningrum agar tidak mudah dilacak," jawab Hercules dengan keadaan tertunduk."Berarti dalang untuk melakukan pembunuhan adalah Kalina atau Bella?" tanya Hotman Ferris."Bukan aku pelakunya!! Tante Bella yang melakukannya!!" teriak Kalina.Tok! Tok! Tok!! "Sekali lagi mohon tersangka tidak berbicara sebelum gilirannya! Jika sekali lagi tersangka mengganggu jalannya persidangan, maka saya perintahkan tersangka untuk kembali ke ruang selnya," ancam Hakim."Mereka adalah yang menyuruh kami untuk mencelakai Sarah dengan ibunya," ringis Hercules.
"Ogah! Gue gak mau bekas orang. Lo aja kasih orang, apalagi gue, hahaha!" jawab Setiawan."Hahaha, setiap kejahatan, pasti ada hukumannya. Thanks bro, buat hasilnya," ucap Heru."Okey, gue balik ke klinik dulu, thanks buat ngopinya," pamit Setiawan meninggalkan Heru.Dengan tersenyum, Heru pun kembali ke kantornya.***"Kalina Sugiharta?" tanya polisi dengan pakaian lengkap datang ke rumah Heru."I, iya, saya, ada apa yah pak?" tanya Kalina dengan cemas melihat beberapa orang polisi dengan berpakaian lengkap membawa surat tugas penahanan."Kami membawa surat tugas untuk menahan ibu Kalina Sugiharta untuk dimintai keterangan perihal dugaan rencana pembunuhan atas Sarah Tjokroaminoto dan ibunya, Helena.""A, apa? Tapi saya tidak melakukan apa-apa!" jawab Kalina dengan panik, emosi dan tidak terima."Anda bisa menjawabnya di kantor polisi. Sebaiknya, sekarang anda bersiap untuk kami bawa ke kantor polisi," perintah polisi."Tidak! Saya tidak mau pergi!! Saya tidak melakukan apapun! Pergi!
"Tamu? Gak kok, aku sendirian aja disini. Bagaimana meetingnya?" Tanya Kalina mengalihkan pembicaraan."Cukup bagus. Mungkin dalam waktu dekat, proyek akan segera berjalan. Tunggu beberapa kali pertemuan. Mungkin bulan depan. Sekarang aku mau mencari tenaga profesional untuk menangani perusahaan baru itu," ucap Heru melangkah ke kamar mandi."Fiuh! Untung Mike cepat pulang, gue pikir Heru gak bakalan pulang hari ini," gumamnya sambil mengoleskan krim malam ke wajahnya. Dipakainya lingeri untuk merayu Heru dan ditutupnya dengan bathrobe. Tidak lupa rambutnya dikeringkan dengan hair dryer dan disemprotkan minyak wangi untuk memikat Heru.Tak lama Heru pun selesai mandi dan bersiap untuk ke ruang kerjanya, "Loh, Sayang, mau kemana?" Kalina tampak kecewa Heru tidak mengindahkan dirinya."Aku mau ke ruang kerja dahulu. Ada beberapa laporan yang harus aku cek," ucap Heru keluar dari kamar menuju ruang kerja.Dinyalakan lampu dan dibuka laptopny
***"Bagaimana dok, sudah bisa pulang?" tanya Heru."Lukanya sudah mengering, bisa pulang hari ini," jawab dokter selesai memeriksa Sarah. Helena tersenyum senang sudah seminggu lebih dia berada di rumah sakit, akhirnya Sarah boleh keluar."Aku akan memesan tiket pesawat untuk kita bertiga," ucap Heru dengan senang. Sarah mengemasi barang-barang dibantu oleh Helena. Setelah menyelesaikan segala hal administrasi rumah sakit, Heru, Sarah dan Helena naik taksi menuju bandara. Sebagian barang dikirim melalui jasa kurir, sedangkan Sarah dan Helena hanya membawa apa yang diperlukan pada saat naik pesawat.Helena duduk di dekat jendela, Sarah ditengah dan Heru disampingnya. Digenggamnya tangan Sarah dan diletakkan pada dadanya. Sarah merasa risi, tapi tidak dihiraukannya, bahkan Heru mencium jari jemari tangan Sarah."Bisakah kau hentikan itu?" tanya Sarah berbisik, karena dia tidak ingin bundanya mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Heru.