"Kau mau berapa lama lagi ingkar, Haryadi?!" Pekik seseorang di balik telepon.
"I ... iya, Boss!!" jawab Haryadi dengan gemetar. "Bagaimana bisa orang ini tahu nomor ponselnya yang terbaru?" pikir Haryadi."Jadi kapan?" tanya orang itu lagi."Satu minggu, Boss?" tawar Haryadi."Tiga jam dari sekarang, kau harus sudah melunasinya. Jangan kabur!! Anak buahku tidak akan segan-segan untuk menyeretmu kemari, dan aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!!" Telepon pun ditutupnya.Haryadi memandang ponselnya yang sudah diputus itu, "Sialan!!" ucapnya dengan marah."Arrgghh! Bagaimana aku bisa dapat duit sebanyak itu dalam waktu 3 jam?" Disisirnya rambutnya dengan jari tangannya. Pikirannya kacau, matanya melanglang buana ke segala arah. Dilihatnya lukisan karya Affandi milik almarhum kakaknya yang dulu dibeli dengan harga mahal, "Sepertinya laku untuk dijual."Haryadi naik ke atas kursi, kemudian menurunkan figura lukisan dari dinding. Diambilnya lap, dan dengan hati-hati membersihkannya dari debu. Kemudian dilihat lagi, kira-kira barang apa lagi yang bisa dijual.Haryadi mengambil vas guci, TV layar lebar, "Sepertinya masih kurang, andai kak Helena menyimpan sertifikat rumah ini, seharusnya cukup."Haryadi bergegas, masuk ke kamar Helena, kamar yang bersih, dengan kasur ukuran besar, dimana pada bagian tembok terdapat lemari baju besar milik almarhum kakaknya dan milik Helena, "Ini namanya rejeki nomplok, kak Helena tidak membawa kuncinya," ucapnya sambil tersenyum.Dibuka lemari milik kakak iparnya itu. Lemari itu berisi berbagai macam baju yang digantung dengan bagian bawahnya berisi koper-koper yang ditumpuk-tumpuk. Pada bagian sisi yang lain, terdapat sekat untuk menyimpan baju yang dilipat dengan alas koran.Pada bagian antar sekat, terdapat sebuah laci yang terkunci, "Kuncinya dimana ya?" dicarinya pada bagian bawah tumpukan baju yang dilipat, semua baju ditaruhnya di atas kasur, tetapi terjatuh sebagian, "Oh di balik kertas koran," ujarnya sambil membuka kunci laci. Laci pun terbuka.Didalamnya terdapat file folder, kemudian dibukanya. Ada berkas mengenai akta kelahiran, akta kematian, hingga dokumen yang dicarinya, sertifikat tanah, "Ini dia," ucapnya dengan tersenyum.Haryadi hendak menutup laci, tapi matanya melihat kotak berwarna merah. Diambilnya kotak merah itu dan dibukanya, "Hahaha ... terima kasih kakak ipar!!" teriak Haryadi. Dia mengambil semua perhiasan yang ada di dalam kotak merah itu dan dimasukannya ke dalam sebuah tas."Haryadi!!!" teriak seseorang dari ruang tamu.Segera saja, Haryadi tanpa sempat membereskan kembali lemari yang dia keluarkan, dia berlari ke pintu ruang tamu untuk menemui orang yang berteriak. Pintu pun dibuka."Oh, Boss mana?" tanya Haryadi basa-basi.Orang yang paling depan, dengan tubuh besar berotot, kepalanya diikat kain berwarna hitam, menarik kerah baju hingga leher Haryadi terangkat sampai mendekat muka dengan muka, "Boss bilang, waktumu sudah habis, bayar hutangmu!" jawabnya."Tenang ... tenang, Sobat! Aku akan bayar!" ujar Haryadi berusaha tersenyum dan bersikap tenang.Orang itu melepaskan kerah baju Haryadi, dan Haryadi mengembalikan bajunya agar lebih rapi. Namun orang itu tidak sabar dengan gaya Haryadi yang memperlambat pekerjaannya.Dipukulnya pintu rumah dengan sekali hentakan, "Cepat!" perintahnya.Haryadi kaget, "Ini! Ini adalah sertifikat rumah ini, hutangku beserta bunga-bunganya lunas! Catat itu! Lunas!" jawab Haryadi.Orang itu memeriksa dokumen yang diberikan Haryadi, dan memastikan sertifikatnya benar atas rumah yang dia datangi, "Baik! Kau boleh pergi dari rumah ini! Sertifikatnya akan aku berikan pada bos," jawab orang itu."Sobat, keponakan aku sedang berada di rumah sakit, jadi bagaimana kalau kalian datang lagi besok? Dia harus membawa barang-barang pribadinya bukan? Lagian kalian dapat datang kapan saja karena aku akan memberikan kunci rumah ini pada kalian," ucapnya.Orang itu berpikir, dia meminta pendapat kedua temannya, "Oke! Besok kita akan kembali kemari untuk meminta keponakanmu untuk mengosongkan rumah ini," jawabnya, kemudian menyuruh teman-temannya pergi, "Ayo!""Aku juga harus segera pergi," ucapnya dengan bersenandung, diambilnya selembar kertas dan menuliskan surat. Dilipatnya surat itu dan di taruh di atas ranjang milik kakak iparnya, "Maafkan aku kak Helena, aku terlalu takut untuk mati, kuharap, aku bisa sukses di luar sana, dan pasti aku akan berterima kasih dengan membawamu sejumlah uang," ucapnya sambil menutup pintu kamar.Dicarinya kunci mobil milik almarhum kakaknya, kemudian dinyalakan, "Kak, aku pinjam buat modal ya mobilnya, lagian kakak ipar belum tentu bisa pakai selama dia sakit," ucapnya seolah-olah mobil itu adalah kakaknya.Dibuka bagasinya, lalu membawa barang-barang yang sudah dia kumpulkan dan dimasukannya ke dalam mobil, hingga mobilnya penuh dengan barang."Selamat tinggal kak Helena, selamat tinggal keponakanku yang cantik, Sarah! Doakan om-mu ini kaya! Hahaha," ujarnya dengan senang."Hutangku lunas, dan sekarang aku punya modal." Haryadi mengeluarkan mobil dari garasi, kemudian menutup gerbangnya dan melajukan mobilnya pergi."Beb, apa maksud lo dengan putus?" tanya Kalina tak percaya. "Lo dah dengar apa yang gue omongin, jadi gak perlu gue perjelas lagi," ucap Heru melepaskan lengan Kalina dan berlalu. Kalina terdiam, tidak percaya, dirinya diputus begitu saja oleh Heru. Kalina pun menyusul Heru keluar untuk mempertanyakannya. "Beb!! Beb!! Tunggu!!" teriaknya. Heru sudah hampir tiba di mobilnya, melihat Kalina datang mengejarnya, dia pun berhenti. "Beb! Jelasin apa salah gue sama lo? Apa kurangnya gue? Kenapa lo mutusin gue?" tanya Kalina dengan isak tangis mempertanyakan perlakuan Heru. "Lo gak salah," jawab Heru, "yang salah, gue. Karena gue dah bosen sama lo." Tanpa memperdulikan Kalina yang menangis, Heru masuk ke dalam mobil sportnya dan pulang ke rumah. "Hei, Neng! Habis diputus cinta nih ye? Yuk sama Abang aje?!" ucap seorang preman yang sedang mangkal di pinggir jalan. Pakaian kaos yang dipakainya terlalu besar, tidak sebanding dengan ukuran badannya yang kurus. Rambutnya yang dicat berwar
"Jadi, sebaiknya ibumu harus segera dioperasi. Soal dana, jangan dipikirkan, sambil jalan saja dulu, dokter berdoa agar semua dipermudah," ujar dokter Budiman. "Baiklah dok, saya akan berusaha mencari dananya, saya ingin bunda segera sembuh," ujar Sarah. Dokter mengangguk, "Jangan lupa dengan doa. Anak yang mendoakan ibunya disaat sakit adalah salah satu obat kesembuhan," ujarnya. Sarah tersenyum, mengangguk. Kemudian keluar dari ruangan dokter Budiman kemudian masuk ke ruangan bundanya yang sudah diinfus dan diberi oksigen. Sedangkan pada bagian dinding kasurnya terdapat alat detak jantung. Sarah menangis, melihat keadaan bundanya seperti itu. Digenggam tangan bundanya dan diciumnya. Kemudian diambilnya kursi dan duduk, "Bun ... bunda harus segera sembuh, jangan biarkan Sarah sendirian di dunia ini. Sarah takut bun ... Sarah takut kehilangan bunda. Sarah belum siap menjadi sebatang kara," tangis pilu Sarah. Air matanya mengenai tangan bundanya, dan Sarah mengusap-usap tangannya u
Dilihat jam tangannya sudah pukul 10 pagi. Hari ini Heru ada kuliah pukul 11 siang. Mengingat ucapan daddy-nya yang ingin dirinya cepat lulus, dengan malas diambilnya tasnya, kunci mobilnya dan pergi ke kampus. Diparkir mobilnya di bawah pohon yang rindang, dilihat dari kaca spion penampilan machonya, kemudian dipasang kacamata hitam sebagai pemanis. Sebagai anak konglomerat yang terkenal, gadis-gadis cantik selalu saja menghampirinya hanya untuk say hello, ataupun tersenyum. Kali ini, dia akan menyeleksi gadis-gadis itu menurut kriterianya, cantik, body goals, berambut panjang, seksi, dan pintar untuk calon pacar berikutnya, "Siapa tahu pilihan Tante Bella tidak secantik yang gue pikirkan," ucapnya sambil bersiul, membuka pintu mobilnya. Tiiiiiiiin!!! Heru kaget ketika melewati mobil city car kecil mengklakson dirinya, "Kurang ajar! Siapa sih yang klakson bikin kaget?" tanyanya sambil menyelidiki mobil yang dilewatinya itu. "Sialan!!! Sialan!!! Sialan!!! Dasar om penjahat!!!" maki
"Hai Bro!!" Punggung Heru ditepuk seseorang dari belakang. Heru kaget dan melihat orang yang menepuknya. "Eh, lo! Mike!" Heru melihat Michael. "Heh lo mutusin Kalina kemarin, apa dia gak ngehubungi lo lagi?" tanya Michael. "Gue sudah blokir semua yang berhubungan dengan Kalina, dan siap dengan hubungan yang baru," ujar Heru sambil memakai kaca mata hitamnya dan tersenyum. "Dasar Casanova! Kita ke pub nanti malam?" tanya Michael. "Sorry, gue gak ikut," jawab Heru. "Loh kenapa? Tumben bener gak ikutan?" tanya Kevin. "Lo yah! Gue ikut juga, lo sama cewek lo berdua, anggap gue cuma kambing conge. Liatin kalian berdua cipokan depan gue, jijik gue lihatnya!" ujar Heru membayangkannya. "Makanya, lo cari dong pacar! Buat lo, siapa sih yang gak mau? Semua cewek bakalan antri cuma buat nemenin lo semalam," ujar Michael. "Sabar bro ... Bukan Casanova namanya kalau Heru gak dapat pengganti Kalina," jawab Heru bangga. "Dah lo pergi dari sini! Gue lagi pengen sendiri," usir Heru dengan men
"Gue bilang, gue nungguin temen!" bentak Anggie."Oh, oke! Karena teman yang lo tunggu, gue duduk disini," ucap Heru sambil nyengir menyeruput es kopinya.Anggie pun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya kembali menyeruput minuman di depannya, sedangkan Heru hanya memperhatikan Anggie dan melihat sekeliling, mencari cewek yang dia sendiri lupa tanya namanya.Sepuluh menit berjalan, Anggie dan Heru sama-sama terdiam. Anggie yang merasa tidak nyaman dengan adanya Heru pun mulai mengambil ponselnya dan mengirim pesan, "Kamu sudah sampai Starduck?"Ponsel Heru pun berbunyi dan muncul notifikasi. Heru melihat pesan dan membalasnya, "Aku sudah menunggu 10 menit, dan aku tidak suka menunggu. Kutunggu 5 menit lagi, jika tidak datang, Aku pulang."Bunyi ponsel Anggie yang kembali berbunyi. Heru melihatnya, dan menyambar ponsel milik Anggie. "Hei!!!" teriak Anggie kaget."Heh! Ternyata lo rekomendasinya Tante Bella? Lo mau selingkuh ama gue?" tanya Heru marah."Eh! Gue gak tahu kalau lo temenan
Orang itu kemudian berbalik arah kepada Sarah dan memberikan amplop coklat kepada Sarah, "buka dan baca!" perintahnya.Sarah mengambil amplop coklat itu kemudian membukanya. Di dalamnya ada surat, dokumen-dokumen yang berisi mengenai sertifikat tanah, surat kuasa dan lainnya.Sarah membuka suratnya yang berisi hutang atas nama Haryadi Tjokroaminoto sejumlah 5 Milyar yang akan dilunasi paling lambat beberapa hari yang lalu, dan konsekuensinya rumah dan isinya yang dijaminkan akan menjadi milik Sugandi Hadiningrat.Sarah tidak mampu berbuat banyak. Dengan tak semangat, Sarah naik ke lantai 2, tempat kamarnya, dibawanya baju, dokumen penting dan buku-buku kuliahnya. Semuanya dimasukan ke dalam tas kopernyaSebelum menutup pintu kamarnya, diperhatikan sekali lagi, barang-barang apa saja yang harus dia bawa, "Aku meninggalkan kenangan disini. Tapi ingatlah suatu saat semuanya akan kembali kepadaku!!" tekadnya dengan penuh keyakinan."Ayo cepat!!!" teriak seseorang dari bawah."Sini, aku ba
"Bokap gue Subroto Tjokroaminoto--,""Oh pemilik Hotel The Tjokro?" sela Heru bertanya.Sarah mengangguk, lalu memandang Heru, "Lalu, apa masalah lo, hingga Lo buat pengen kawin kontrak?" tanya Sarah.Heru pun duduk di samping Sarah, "Bokap gue ingin gue nerusin perusahaannya. Kalau gue gak lulus dan belum nikah, pengelolaan perusahaan bakal di urus sama nyokap tiri gue," ucapnya setengah berbisik. Dia tidak ingin menjadi bahan pembicaraan di ruang publik yang ramai ini."Alasan klasik yang ada di novel-novel roman picisan," ujar Sarah mengejek."Hei!! Memang yah Lo jadi orang gak ada perhatiannya sama gue!" ucap Heru dengan kesal."Lo tahu? Dimana-mana yang disuruh nikah itu cewek, bukan cowok! Lagian, diumur lo yang belum sampai 30 tahun, pengalaman apa yang lo punya buat pimpin sebuah perusahaan? Muka ganteng?" tanya Sarah sambil memegang pipi Heru dan menyubitnya, "perut six pack?" dipegangnya perut Heru untuk dicubitnya.
"Apa maksud lo, dengan tampil glamor dan berkelas?" tanya Sarah.Dilihatnya, baju yang dia kenakan, kaos kegombrangan, karena asal ngambil, celana jeans berwarna biru sobek-sobek, dibalut jaket parasut, berkacamata, tanpa make up, dikucir kuda, dan belum mandi."Heh! Apa karena gue belum mandi, lo ngomong seperti itu?" tanya Sarah ketus, tidak suka dengan omongan Heru. Diciumnya kiri kanan ketiaknya yang dia sendiri gak nyaman karena keringat."Hei hei! Jangan sewot! Gue gak tahu kalau lo belum mandi. Maksud gue, besok siang, gue bawa lo ke salon. Bokap gue harus bisa lihat lo tampil keren, biar dia kasih ijin nikah sama loe. Lagian, tenang aja, gue juga gak tertarik sama lo," jelas Heru."Gue juga gak tertarik sama lo," balas Sarah."Iya! Kita sama-sama tidak saling mencintai. Lo butuh gue buat berobat nyokap lo dan gue butuh loe agar gue bisa pegang perusahaan bokap gue.""Tapi ingat! Pada saat kita kawin kontrak, kita tidak bo
"Apa?" tanya Sarah sambil terisak."Tante Bella sudah tidak ada." Heru menelepon resepsionis untuk meminta didatangkan seorang dokter.Sarah menelepon Helena untuk memberitahukan kalau dirinya sudah bertemu dengan Bella."Sarah, disini jam 3 pagi, ada apa telepon Bunda? Apa ada masalah? Kau sedang menangis?" tanya Helena yang baru bangun dari tidurnya."Bun, aku menemukan tante Bella!" isak Sarah."Bella? Kamu gak bercanda kan sayang? Ini jam 3 pagi loh!""Disini jam 10 malam Bun. Aku tidak bercanda.""Oke! Ceritakan pada Bunda, apa yang terjadi disana." Helena mendengarkan Sarah dengan lebih serius.Sarah menceritakan bagaimana dia bertemu dengan Bella, dan bagaimana Bella bisa berada di Paris, dan bagaimana Bella mengalami penyakit dan bagaimana Bella meninggal dunia."Kasihan Bella, dia sudah jahat, tapi biar bagaimanapun juga, Bella adalah adik iparku. Dia sudah menuai apa yang sudah dia tabur. Jadi apa yang akan kau lakukan?""Pesan terakhirnya tante Bella ingin kembali ke Indones
"Apa yang Tante inginkan?" tanya Heru."Sebelum aku pulang, aku ingin keadaanku bersih. Aku tidak meminta uangmu. Aku sudah tidak berarti lagi. Setidaknya aku menghargai diriku untuk yang terakhir kalinya," ucap Bella menundukkan kepala, namun Heru tak mengerti maksud Bella."Baiklah Tante, Sarah mengerti maksud Tante. Kita akan ke hotel bersama." Sarah menggandeng lengan Bella untuk bangkit dari kursi."Apa maksudmu. Sarah?" tanya Heru."Aku akan mendandani Tante Bella sebelum pulang ke Indonesia," ucapnya dengan tersenyum.Bella berjalan dengan tertatih-tatih didampingi oleh Sarah, dan Heru mengikutinya dari belakang.Bella terpukau ketika dia tiba di hotel bintang lima yang sangat mewah. Dia hanya bisa melihatnya dari jauh tidak pernah terpikirkan olehnya untuk dapat masuk ke hotel mewah tersebut. Entah apa yang membuatnya ke menara Eiffel ini. Josh tinggal jauh dari Paris. Dia hanya tinggal dipinggir kota dengan bank kecil sebagai tempat pekerjaannya. Berulang kali dia meminta Josh
"Tante Bella?" Heru melihat ke arah Sarah yang sedang melihat kepada seorang gelandangan. Gelandangan itu sedang membuka-buka tong sampah yang berlokasi tidak jauh dari tempatnya duduk.Heru bangkit dari duduknya, kemudian menarik tangan Sarah, "Kita pastikan, dia tante Bella atau bukan!" ucapnya berjalan ke arah orang tersebut.Gelandangan itu memakai baju hangat tebal berwarna hitam hingga sampai ke lutut, sepatu boot dan tas selempang dari kantong kresek berwarna merah, membungkuk ke arah tong sampah.Ditepuk-tepuk pundak gelandangan itu oleh Heru, dan gelandangan itu melihat kepada siapa yang menepuk pundaknya, betapa kaget Heru, dan gelandangan itu, karena memang benar apa yang dilihat Sarah adalah Bella.Bella kaget melihat Heru di depannya. Seketika itu pula, dia melarikan diri. Namun Heru dengan sigap menarik tangan Bella."Lepaskan!!! Lepaskan aku, Heru!!!" teriak Bella."Tante!! Tante tenang dulu!" Semua orang yang lalu lalang berhenti untuk melihat apa yang sedang terjadi. N
"Ya, saya bersedia!" jawab Heru sambil memandang Sarah yang berdiri dihadapannya."Sarah, apakah kau menerima Heru sebagai suamimu, dalam keadaan suka maupun duka? Dalam untung dan malang? Dalam sehat maupun sakit?" tanya seorang Pastor."Ya, saya bersedia!" jawab Sarah memandang Heru yang sedang tersenyum padanya."Heru dan Sarah, mulai saat ini, kalian sah menjadi pasangan suami istri. Heru, silahkan mencium istrimu," ujar Pastor mempersilahkan kedua pengantin untuk berciuman.Heru memandang lekat pada Sarah kemudian dicium bibir Sarah dengan lembutnya. Para bridesmaid-nya membuka confetti sehingga terdengar suara meriah disertai dengan kertas warna warni menghujani pengantin baru.Semua tamu undangan bertepuk tangan untuk Heru dan Sarah yang sudah sah menikah baik secara agama maupun secara negara.Acara pemberkatan dilanjutkan dengan acara resepsi. Para tamu undangan dipersilahkan untuk duduk dan menikmati makanan-makanan dan minuman yang lezat yang hilir mudik berdatangan. Pada ba
***"Papi, Kalina sudah tidak tahan disini," ucap Kalina pada sambungan telepon di ruang sipir penjara."Sayang, akan papi kirim seseorang pengacara, agar kamu bisa dikeluarkan dengan jaminan, oke? Apa si Heru itu tidak mau bertanggung jawab sudah menghamilimu tapi juga melaporkanmu ke penjara? Bangs*t benar si Heru!" tanya Teddy dengan rasa marahnya mendengar dari jauh putrinya dipenjara oleh suaminya sendiri."Hm, bukan Heru yang hamilin Kalina, pih ....""Apa!! Kau! Bagaimana bisa kau menikah dengan Heru tapi hamil dengan orang lain?!" gertak Teddy yang kesal dengan kelakuan putrinya."Kalina pikir, dengan cara seperti ini, bisa membuat Heru cepat menikahi Kalina," bela Kalina."Memang! Heru cepat untuk menikah denganmu, tapi pada akhirnya apa? Dia yang membatalkan pernikahannya dan melaporkan kamu ke penjara!""Maaf, papi!""Huft! Sudah tenang! Jika masalah sudah selesai, kau kemari saja! Tak usah lagi pikirin Heru! Papi butuh kamu di Hongkong! Mulai hidup baru dengan papi!"Kalina
"Dimanakah ibu Bella, sekarang?" tanya Hotman Ferris kembali."Terakhir, ketika kami kehilangan Sarah dan ibunya, pada waktu kami sedang mengikutinya, ibu Bella memberi kami sejumlah uang untuk menyuruh kami untuk mengecek di area pelabuhan, terminal, stasiun di pulau Jawa, jadi kami pulang ke Jawa.""Lalu, siapakah Ningrum itu?""Bos Kalina yang mengganti nama Bella menjadi Ningrum agar tidak mudah dilacak," jawab Hercules dengan keadaan tertunduk."Berarti dalang untuk melakukan pembunuhan adalah Kalina atau Bella?" tanya Hotman Ferris."Bukan aku pelakunya!! Tante Bella yang melakukannya!!" teriak Kalina.Tok! Tok! Tok!! "Sekali lagi mohon tersangka tidak berbicara sebelum gilirannya! Jika sekali lagi tersangka mengganggu jalannya persidangan, maka saya perintahkan tersangka untuk kembali ke ruang selnya," ancam Hakim."Mereka adalah yang menyuruh kami untuk mencelakai Sarah dengan ibunya," ringis Hercules.
"Ogah! Gue gak mau bekas orang. Lo aja kasih orang, apalagi gue, hahaha!" jawab Setiawan."Hahaha, setiap kejahatan, pasti ada hukumannya. Thanks bro, buat hasilnya," ucap Heru."Okey, gue balik ke klinik dulu, thanks buat ngopinya," pamit Setiawan meninggalkan Heru.Dengan tersenyum, Heru pun kembali ke kantornya.***"Kalina Sugiharta?" tanya polisi dengan pakaian lengkap datang ke rumah Heru."I, iya, saya, ada apa yah pak?" tanya Kalina dengan cemas melihat beberapa orang polisi dengan berpakaian lengkap membawa surat tugas penahanan."Kami membawa surat tugas untuk menahan ibu Kalina Sugiharta untuk dimintai keterangan perihal dugaan rencana pembunuhan atas Sarah Tjokroaminoto dan ibunya, Helena.""A, apa? Tapi saya tidak melakukan apa-apa!" jawab Kalina dengan panik, emosi dan tidak terima."Anda bisa menjawabnya di kantor polisi. Sebaiknya, sekarang anda bersiap untuk kami bawa ke kantor polisi," perintah polisi."Tidak! Saya tidak mau pergi!! Saya tidak melakukan apapun! Pergi!
"Tamu? Gak kok, aku sendirian aja disini. Bagaimana meetingnya?" Tanya Kalina mengalihkan pembicaraan."Cukup bagus. Mungkin dalam waktu dekat, proyek akan segera berjalan. Tunggu beberapa kali pertemuan. Mungkin bulan depan. Sekarang aku mau mencari tenaga profesional untuk menangani perusahaan baru itu," ucap Heru melangkah ke kamar mandi."Fiuh! Untung Mike cepat pulang, gue pikir Heru gak bakalan pulang hari ini," gumamnya sambil mengoleskan krim malam ke wajahnya. Dipakainya lingeri untuk merayu Heru dan ditutupnya dengan bathrobe. Tidak lupa rambutnya dikeringkan dengan hair dryer dan disemprotkan minyak wangi untuk memikat Heru.Tak lama Heru pun selesai mandi dan bersiap untuk ke ruang kerjanya, "Loh, Sayang, mau kemana?" Kalina tampak kecewa Heru tidak mengindahkan dirinya."Aku mau ke ruang kerja dahulu. Ada beberapa laporan yang harus aku cek," ucap Heru keluar dari kamar menuju ruang kerja.Dinyalakan lampu dan dibuka laptopny
***"Bagaimana dok, sudah bisa pulang?" tanya Heru."Lukanya sudah mengering, bisa pulang hari ini," jawab dokter selesai memeriksa Sarah. Helena tersenyum senang sudah seminggu lebih dia berada di rumah sakit, akhirnya Sarah boleh keluar."Aku akan memesan tiket pesawat untuk kita bertiga," ucap Heru dengan senang. Sarah mengemasi barang-barang dibantu oleh Helena. Setelah menyelesaikan segala hal administrasi rumah sakit, Heru, Sarah dan Helena naik taksi menuju bandara. Sebagian barang dikirim melalui jasa kurir, sedangkan Sarah dan Helena hanya membawa apa yang diperlukan pada saat naik pesawat.Helena duduk di dekat jendela, Sarah ditengah dan Heru disampingnya. Digenggamnya tangan Sarah dan diletakkan pada dadanya. Sarah merasa risi, tapi tidak dihiraukannya, bahkan Heru mencium jari jemari tangan Sarah."Bisakah kau hentikan itu?" tanya Sarah berbisik, karena dia tidak ingin bundanya mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Heru.