Nadya Wongso yang sedang terbaring di atas ranjang, perlahan membuka matanya. Ini adalah kali pertama ia minum-minum. Meski hanya dua gelas, sudah membuatnya mabuk.
"Eh, di mana ini?"
Nadya melihat sekeliling, lalu memijat keningnya dan mulai berusaha mengingat apa yang terjadi.
Dia minum banyak alkohol di bar, kemudian dia lupa apa yang terjadi setelahnya dan tahu-tahu, sekarang ia sudah berada di dalam kamar hotel.
Ekspresi Nadya seketika menegang, apakah dia telah dinodai oleh seseorang?
Dia segera membuka selimut untuk memastikan dan menemukan bahwa pakaiannya hilang. Hanya satu set pakaian dalam yang tersisa.
Segera setelah merasakan bagian intimnya, muncul perasaan aneh.
Nadya benar-benar panik, mungkinkah ia telah kehilangan kesuciannya yang telah ia jaga selama dua puluh satu tahun hanya karena sekali mabuk?
Nadya melompat dari atas ranjang dan melihat memang ada noda warna merah yang menyilaukan di atas sep
"Kemarilah!""Apa yang kamu inginkan?" Tanya Awan waspada.Ia khawatir, jika Nadya masih menyimpan dendam padanya dan kembali menyerangnya. Melihat kenekatanya terakhir, Awan tidak ragu jika wanita ini akan membunuhnya jika sampai ia lengah.Awan sudah mengganti baju dan memandang Nadya dengan waspada.Sayangnya, Awan berpikir terlalu jauh. Nadya awalnya berniat memita maaf pada Awan. Namun, melihat tatapan penuh waspada Awan terhadap dirinya, dia tiba-tiba menjadi kesal, "Apa maksudmu? Apa kamu pikir aku akan menodaimu?"Bukankah terbalik? Seharusnya wanita yang lebih waspada saat berduaan dengan lawan jenis yang bukan keluarganya dalam kamar hotel seperti ini? Sekarang kesannya, kenapa malah dia yang jadi penjahatnya?"Mungkin saja. Kamu kan sudah melihat tubuhku?""Kamu..."Entah darimana kepercayaan diri bocah ini berasal. Karena itu, ia berkata dengan kesal dan nada memerintah, "Sekarang, kamu pergi keluar dan belika
Mata Awan seketika terbelalak tidak percaya. Apa yang salah dengan wanita di depannya ini?"Ini bukan kompensasi. Tapi, kamu sengaja memanfaatkanku, 'kan?"Konyol, dia bahkan belum sampai tujuh belas tahun. Sementara wanita di depannya itu berusia 21 tahun. Kalaupun mencari pacar, Awan tidak mungkin memacari wanita yang lebih tua lima tahun darinya."Apa maksudmu? Apa aku tidak pantas untukmu?" Balas Nadya membelalakan matanya.Nadya merasa sangat kesal. Di luar sana, banyak pria yang berbondong-bondong mengejar cintanya dan berharap bisa menjadi pasangannya. Apa maksud cowok ini? Dia malah menunjukkan kesan seolah dia sedang dimanfaatkan oleh dirinya.Melihat ekspresi Nadya, Awan tertawa getir dan berkata, "Kakak, aku yang tidak pantas untukmu. Lupakan saja masalah kompensasi. Kamu tidak perlu bertanggung jawab apapun. Lupakan saja masalah ini, oke?"Awan merasa ngeri ketika membayangkan dirinya menjadi pacar Nadya. Wanita licik seperti ini, akan sangat menyusahkan dirinya. Jadi, seb
Melihat ketidakberdayaan Nadya dan harapannya yang ingin terlepas dari perjodohan yang diatur oleh keluarganya, Awan pun tergerak untuk membantunya. "Baiklah, aku setuju! Bukankah hanya berpura-pura jadi pacar sementara, 'kan? Ini hal yang kecil, bukan apa-apa."Awan berkata sambil menepuk dadanya, "Serahkan padaku! Meski aku tidak bisa membantumu untuk memperjuangan hak waris utama keluargamu, paling tidak aku bisa membantumu untuk memutuskan pertunangan dengan pria itu."Melihat Awan telah setuju dengan senang hati, Nadya berkata dengan riang, "Oke, kita sepakat, ya! Aku akan membayarmu lima milyar di awal dan sisanya setelah semua selesai, bagaimana?"Awan tanpa ragu menggeleng, "Tidak usah, aku suka membantu orang. Tidak perlu membayarku."Jika Nadya mengatakan hal ini tiga hari yang lalu, Awan mungkin tidak akan bisa menolak tawaran ini dan menerimanya dengan senang hati. Hanya saja, dalam rekeningnya saat ini sudah ada satu triliyun yang tidak mungkin habis meski ia foya-foya d
Keesokan harinya, Awan berangkat menuju ruko yang sebelumnya sempat dilhatnya. Waktu itu, Awan harus menyelamatkan Nadya, sehingga ia tidak sempat membelinya. Jadi, hari ini Awan sengaja menambah sehari waktu libur sekolahnya dan menyelesaikan transaksi pembelian ruko.Awan berencana membeli ruko tersebut yang nantinya akan ia gunakan sebagai tempat kerja. Ke depannya ia berencana untuk merekrut beberapa orang ahli IT ke dalam timnya. Tentu saja, semua itu atas saran dari Florensia. Karena Awan tidak suka bekerja di bawah pengaturan orang lain, Awan berencana untuk mendirikan perusahaannya sendiri.Untungnya, hari itu Nadya cukup baik mengantarnya pergi. Sebenarnya, Nadya sudah berniat untuk meminjamkan Awan salah satu mobil koleksinya. Hanya saja, Awan tidak memiliki lisensi mengemudi dan Nadya menawarkan untuk mengantar Awan.Hanya saja, karena hari itu Nadya harus bekerja, jadi ia tidak sempat menemani Awan untuk melihat-lihat ruko yang akan dibelinya. Yang mengejutkan, saat Awan
Tujuh hari telah berlalu semenjak Awan tidak masuk sekolah. Sejauh itu pula, semua isu negatif tentang Awan telah mereda dengan sendirinya.Banyak yang beranggapan jika Awan tidak akan pernah masuk sekolah lagi. Ada juga yang mengatakan jika Awan akan menjadi gelandangan setelah diusir dari keluarga Mahendra.Apapun itu, mereka menganggap Awan tidak akan memiliki muka untuk kembali ke sekolah setelah rahasia keluarganya tersebar dan diketahui oleh semua orang.Karena selama ini Awan cenderung cuek dan penyendiri, hanya sebagian kecil orang yang bersimpatik dan merasa kehilangan. Sebagian besar lainnya, justru bersuka cita dengan menghilangnya Awan. Khususnya Farhan dan Rania, mereka adalah sepasang sejoli yang paling tidak suka dengan Awan. Awan adalah batu sandungan mereka. Selama ada Awan, maka peringkat satu kelas tidak akan pernah menjadi milik mereka. Jadi, menghilangnya Awan telah menjadi keuntungan tersendiri bagi keduanya.Mereka yang tidak kenal Awan sekalipun, ikut membahas
"Eh, ada dek Clara!" Ujar Dirga salah tingkah sambil garuk-garuk kepala.Sebelumnya, ia tidak menyadari kalau ada Clara dalam ruang UKS. Karena posisi Clara sedang membelakangi pintu. Karena Clara termasuk cewek populer di sekolah, Dirga malah tersipu malu dan tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Dirga melirik Awan untuk memberi kode. Bagaimanapun, informasi yang ingin disampaikannya ada hubungannya dengan Awan. Jadi, ia merasa sungkan membicarakannya di depan Clara.Clara langsung mengerti dan pamit pergi. Sebelum pergi, Clara berkata pada Awan, "Kalau kakak berubah pikiran tentang rumah itu, aku siap membantu kak Awan."Awan hanya mengangguk kecil dan tidak berkata apa-apa. Awan sudah memutuskan untuk tidak membahas masalah rumahnya lagi. Bagaimanapun, rumah itu juga sudah dibelinya jadi ia tidak perlu mengungkit 'kejahatan' ibu tiri dan ayahnya lagi. Hanya saja, Awan sengaja tidak memberi tahu Clara tentang hal ini."Gila, cakep benar adik tiri lu, bro. Kenapa gak lu pacari aja." U
Awan tidak tahu apa alasan Rinaldy dan Mukhtar menyeret Indah dan Anton, karena itu ia tidak berkomentar lebih lanjut dan memilih untuk mengamati perkembangan situasi yang sedang terjadi. Apapun itu, kedua seniornya itu pasti memiliki alasan tersendiri sampai berbuat segila ini. Di sisi lain, Indah yang sedang ketakutan, melihat Awan berada di warung dan matanya seketika terbelalak. Ada rasa gugup dan ketakutan dalam tatapannya. Dia tidak menyangka akan melihat Awan saat ini, setelah sebelumnya ia mengira jika Awan tidak akan pernah kembali ke sekolah setelah berita tentang pengusiran dirinya tersebar luas. Meski begitu, Indah dengan cepat berhasil menenangkan diri. Ia mungkin tidak akan berani protes ataupun menyerang balik Rinaldy dan Mukhtar karena status keduanya. Namun, setelah melihat Awan ada di depannya, ia menduga alasan ia diseret ke sana pasti karena Awan. Karena itu, Indah segera melampiaskan semua kekesalannya pada Awan, "Semua ini pasti karena kamu! Kamu sengaja memin
"A-apa maksudmu?" Mendengar pertanyaan Awan dan tatapan tajam dari Theo, Indah sempat panik. "Jawab saja. Kamu yang menyebarkan fitnah tentang aku dan keluargaku, 'kan?" Ulang Awan dengan nada lebih tegas. "Kamu? Kamu jangan sembarangan memfitnah. Buat apa aku menyebarkan berita tidak penting seperti itu?" Awan tersenyum sinis, "Masih menyangkalnya? Kalau begitu, bagaimana kamu membantah video ini!" Awan memutar video yang ia salin dari ponsel Dirga sebelumnya. Di sana, tampak Indah bersama Anton sedang berduaan sambil merokok di gudang dekat sekolah. Lokasi yang sama, tempat Rinaldy dan Mukhtar menangkap keduanya. Melihat video di tangan Awan, ekspresi Anton dan Indah tampak panik. Mereka tidak bisa lagi membantah dan Indah jelas-jelas ketakutan saat ini. "Dasar jalang! Jadi, benar kamu yang memfitnah Awan?" Theo yang juga melihat video tersebut seketika emosi. Seminggu terakhir, ia telah memerintahkan kawan-kawannya untuk menyelidiki masalah ini dan tidak menemukan petunjuk. S
"Apa yang mereka lakukan?""Bodoh! Mereka malah melakukannya sendiri tanpa perlu kita paksa. Hahaha!"Melihat dua tetua keluarga Saka yang dengan 'bodoh'nya coba menyelamatkan dua rekan mereka yang ada di tengah kolam membuat Edi tertawa terbahak-bahak. Ia melihat kalau keduanya sudah melakukan tindakan sangat bodoh tanpa menyadari ada 'sesuatu' di bawah permukaan kolam.Benar saja, saat tetua Dion dan tetua Armen melintasi permukaan kolam, seekor makhluk mengerikan berbentuk ular raksasa dengan kulit hitam gelap pekat dan sepasang taring tajam besarnya langsung menyergap dan hampir saja menelan keduanya secara hidup-hidup. Jika saja Awan tidak datang tepat waktu, niscaya keduanya sudah berpindah alam dan menjadi bagian dari isi perut sang ular.Meski begitu, apa yang dilakukan Awan tidak memberi dampak apa-apa selain hanya berhasil mengalihkan perhatian sang ular. Bahkan dengan serangan sekuat itu masih tidak cukup meninggalkan satu goresan di permukaan kulit monster tersebut.Edi yan
Di tempat lain.Ribuan binatang spritual berlarian masuk ke dalam gua seolah sedang berlomba untuk berebut makanan. Derap langkah mereka yang besar membuat seluruh gua bergetar hebat seolah sedang dilanda gempa bumi.Pemandangan ini akan membuat siapapun gemetar ketakutan. Bahkan tiga tetua pembentukan jiwa yang dibawa oleh Edi tidak urung merasa khawatir. Jika jumlahnya puluhan, mereka mungkin masih dapat dengan mudah membunuhnya layaknya menginjak kawanan semut.Namun, jika jumlahnya sudah sebanyak ini, mereka tidak akan bisa keluar tanpa cidera."Tuan muda, situasi ini tidak terlihat bagus. Kita harus bergerak cepat!""Tetua, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Edi yang ditanya seperti itu justru balik bertanya dengan ekspresi bingung dan tegang.Kepercayaan diri yang ia tunjukkan beberapa menit sebelumnya sudah berubah menjadi ekspresi tegang. Rencana yang seharusnya mudah justru menjadi sangat sulit saat ini. Meskipun mereka berhasil mendapatkan teratai bumi dan inti monster
"Tetua Arsyad, kenapa anda berhenti di sini?" Tanya salah seorang prajurit keluarga Saka heran.Karena tetua Arsyad yang memimpin mereka tiba-tiba berhenti, membuat semua orang di belakangnya ikut berhenti dan menatapnya dengan penuh tanya,Seharusnya mereka harus bergegas kembali ke kediaman keluarga Saka. Karena disamping mereka harus membawa pil untuk kepala keluarga, mereka juga harus segera melaporkan tentang misi penyelamatan dua tetua mereka yang dipimpin oleh Dian dan meminta tim bantuan.Namun, bukannya harus bergegas kembali, tindakan tetua Arsyad yang tiba-tiba berhenti dan menunjukkan gelagat mencurigakan membuat semua orang kebingungan."Cony, serahkan pilnya padaku!" Ujar tetua Arsyad mengulurkan tangannya."Tetua, apa maksudmu? Kita harus bergegas kembali dan melapor pada keluarga utama." Ujar prajurit Cony tidak langsung menuruti permintaan seniornya tersebut."Apa perintahku kurang jelas? Cepat, serahkan pil itu padaku!" Ulang tetua Arsyad dingin."Maaf, tetua! Kami t
Ternyata, Awan sudah memperhitungkan semua kemungkinan bahaya yang dapat membahayakan dirinya dan orang-orang disekitarnya. Itu termasuk semua orang yang pernah menentang Awan seperti halnya kelompok Shelma.Tetua Dion sempat meragukan kecurigaan Awan saat itu. Menurutnya, Shelma seperti halnya semua prajurit dalam keluarga Saka adalah karakter yang sangat loyal. Karena salah satu persyaratan agar mereka bisa diterima sebagai prajurit keluarga Saka adalah mereka harus bersumpah setia menggunakan darah yang membuat mereka tidak bisa mengkhianati keluarga Saka.Hanya saja, alasan akan cukup masuk akal dengan menjelaskan kalau dirinya hanya orang luar yang membuat Shelma ataupun rekan-rekannya bisa saja menghabisi dirinya. Ditambah jika ada seseorang yang mampu meyakinkan mereka.Siapa lagi, kalau bukan Edi Purnama.Itu sebabnya, sesaat sebelum masuk ke dalam gua, sesuai dengan arahan Awan, tetua Dion sengaja memberi tanggungjawab pada Shelma dan rekan-rekannya secara khusus menjaga keam
Edi sempat salah tingkah saat Awan tiba-tiba bertanya padanya dan menjawab dengan nada agak tinggi, "Apa maksudmu bertanya seperti itu? Bagaimana aku tahu apa yang ada di dalam sana! Seperti kata Dian, seharusnya kita menyelamatkan tetua Elang dan tetua Evan sebelum ular monster itu kembali.""Begitukah?" Ujar Awan dengan senyum licik yang membuat Evan merasa gelisah layaknya seorang maling yang baru saja tertangkap basah."Bagaimana kalau kamu sudahi saja sandiwara ini, tuan muda Edi? Atau, aku sendiri yang akan membongkar kebohonganmu?""Kebohongan apa maksudmu? Jika ada yang perlu dicurigai di sini maka itu adalah kamu. Kita semua sudah melihat kalau dua tetua Saka ada di sana. Tapi, bukannya bergegas menyelamatkan mereka, bajingan ini justru membuat tuduhan tidak mendasar dan mengulur waktu yang membuat nyawa mereka bisa saja tidak dapat diselamatkan." Balas Edi ketus dan membalikkan semua kesalahan pada Awan.Selain tetua Dion, para prajurit keluarga Saka tampak mulai termakan de
Rombongan Awan masuk ke dalam gua.Gua itu sendiri memiliki lebar tidak lebih dari dua setengah meter.Hanya saja, siapapun yang masuk ke dalam gua akan merasakan tekanan yang sangat besar seolah mereka sedang memasuki mulut harimau. Tidak terkecuali mereka yang berada di ranah pembentukan inti seperti halnya tetua Dion dan yang lainnya. Mereka merasakan tekanan yang belum pernah mereka hadapi.Tidak heran, Dian yang berada di ranah pembentukan fondasi tampak begitu tertekan. Sampai-sampai ia tidak berani berada jauh dari sisi Awan. Berada di dekat Awan satu-satunya cara yang membuatnya merasa agak aman.Karena di dalam gua terdapat binatang spritual tingkat empat dan juga lebar gua yang relatif sempit, mereka tidak memiliki pilihan selain berjalan kaki dan berusaha untuk menyembunyikan hawa keberadaan mereka.Hanya saja, belum lama mereka berjalan masuk ke dalam gua, mereka terpaksa berhenti karena di depan mereka terdapat beberapa lorong.Tanpa mereka sadari, gua tempat mereka ber
Keserakahan terkadang membuat seseorang bisa kehilangan akal sehat dan nuraninya. Itulah yang terjadi pada Edi Purnama.Menurut Awan, Edi memiliki tujuan utama yang membuatnya sampai rela menjadikan wanita yang disukainya sebagai alat untuk mendapatkan keinginannya. Bisa jadi, Awan dan tim keluarga Saka akan dijadikan sebagai pengalih perhatian.Hanya saja, Awan tidak bisa menyimpulkan apa yang sedang dicari oleh Edi sampai berani mengorbankan banyak orang untuk mendapatkan keinginannya. Yang bisa dilakukan Awan saat ini adalah mengikuti permainan Edi dan membuat langkah antisipasi untuk menghindari jatuhnya korban di pihak mereka.Setelah menjelaskan rencananya pada tetua Dion, Awan lalu membuat pil pemulihan untuk kepala keluarga Saka seperti janjinya. Yang mengejutkan, pembuatan pil ini sendiri tidak menggunakan tungku alkimia seperti kebanyakan alkemis lainnya dan Awan bahkan hanya membutuh waktu kurang dari lima menit untuk memurnikan empat pil tingkat atas."Astaga! Dokter jeni
Awan dan tetua Dion sampai di area pinggir hutan yang relatif sangat sepi dan bagian belakang mereka adalah tebing yang cukup tinggi. Sebuah tempat yang cukup ideal untuk meramu pil."Dokter jenius Awan, katakan saja, apa yang anda ingin saya lakukan?" Tanya tetua Dion begitu hanya ada mereka berdua di tempat tersebut.Awan tersenyum kecil dan berkata, "Hmn, tetua Dion sangat bijak. Saya kagum, tetua dapat membaca maksud saya mengajak anda ke sini.""Jangan mengejek saya, dokter jenius Awan! Di depan anda, saya justru tidak ada apa-apanya.""Saat anda mengajak saya untuk menjaga anda membuat pil, saya menyadari kalau ada sesuatu yang anda inginkan dari saya tapi tidak ingin diketahui oleh yang lainnya. Saya melihat anda dapat mengalahkan hewan spritual tingkat tiga dengan mudah. Bagi orang lain, mungkin itu suatu keberuntungan karena mengira tetua Armen sudah tenaga dan melukai monster itu sebelumnya. Tapi, saya tidak melihatnya demikian. Ular itu bahkan tidak terluka sama sekali oleh
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Dian meminta saran Awan dan para tetua.Meski dalam hati Dian sangat ingin menyelamatkan dua orang tetuanya yang ditangkap oleh monster ular tersebut. Namun, Dian masih dapat mengendalikan ketenangannya dan mempertimbangkan jalan terbaik yang harus mereka ambil.Misi menyelamatkan dua tetuanya jelas adalah misi yang hampir mustahil. Pertama, mereka tidak tahu bagaimana nasib kedua tetua tersebut saat ini. Entah mereka masih hidup atau sudah mati. Kedua, kalaupun mereka nekad pergi menyelamatkan keduanya, peluang keberhasilan mereka sangatlah kecil.Bagaimanapun lawan yang menanti mereka adalah binatang spritual tingkat empat. Sementara mereka hanya memiliki empat ahli pembentukan inti tahap menengah. Itupun jika Edi Purnama bersedia membantu mereka serta ditambah oleh lima orang pembentukan inti tahap awal.Untuk Awan sendiri, Dian tidak mungkin melibatkannya dalam misi berbahaya ini. Bagaimanapun, Awan adalah harapan kesembuhan kakeknya.