Si ibu itu tidak bisa menjawab.Kinara mengalihkan tatapannya ke anak kecil yang menjadi korban, ia berjongkok dan tersenyum. "Siapa namanya?""Shella," jawab anak itu.Si ibu memegang erat pundak anaknya."Kenapa membawa gelas berisi air panas, itukan bahaya." Kinara memegang kedua tangan Shella, "Apakah tidak ada guru disamping Shella?"Kepala Shella menunduk. "Tidak.""Terus kenapa Shella bawa gelas berisi air panas?"Shella menunjuk anak di dalam pelukan Ana. "Dia yang menyuruhku."Kinara mengangkat kepala dan melihat Ana belingsatan berusaha menutupi putrinya."Ah!" Reiko yang tiba-tiba muncul di belakang Kinara menunjuk anak itu. "Dia yang melempar Bella dengan balok kayu sampai berdarah, guru-guru tidak langsung mengobati Bella tapi malah sibuk menjauhkan anak itu dari Bella."Kinara menatap tidak percaya suaminya. "Kamu dengar itu?"Adit mengusap wajah dengan kedua tangan. "Kinara, ini hanya masalah anak kecil."Kinara terpana begitu mendengar jawaban Adit. "Apa kamu tidak per
Seluruh keluarga Kinara dan Fumiko berkumpul di ruang tamu, bahkan ibu kandung Adelio sudah duduk santai bersama ibu-ibu lainnya. Begitu melihat Kinara dengan wajah berantakan dan make up hancur karena sering digosok untuk menghapus air mata, para ibu-ibu menjadi gempar."Nara, astaga. Kenapa kamu pulang-pulang matanya bengkak?" tanya mama Kinara bersama lainnya mengerumuni Kinara dengan khawatir.Ibu Adelio memukul dan mencubit putranya. "Apa yang kamu lakukan pada, Nara?"Adelio berusaha menghindar. "Bu, ini bukan salah Ade, ini gara-gara Adit."Emiko menatap khawatir Kinara. "Apa yang dilakukan Adit kepadamu, Nara?"Kinara menggeleng sedih. "Tidak apa tante, Nara masih bisa mengatasinya.""Nenek, apakah ini sudah selesai?" Edward bertanya ke ibu Adelio.Adelio belum siap beritahu ke ibunya. "Ibu, ini-""Tadinya ibu bingung, kenapa Emiko membawa ibu ke rumah Fumi. Ternyata memang ada konspirasi disini, bukankah kalian sudah berpisah? Bagaimana caranya bisa memiliki anak?" Ibu Adelio
Kinara berkaca di depan cermin, sudah beberapa hari ini berat badannya naik karena sering dicekoki makanan dari berbagai pihak, ibu Adelio bahkan hampir setiap hari memasak makanan favoritnya, mengalahkan mama Kinara yang mulai sibuk dengan aktifitasnya.Kinara mendecak begitu mencubit gumpalan lemak di perut. "Kalau begini, aku bisa jelek." Keluhnya."Itu karena mama banyak makan sama tidur." Kata Kenzi yang mendekati Kinara dengan berjalan sedikit oleng.Kinara memeluk Kenzi. "Bagaimana dengan treatmentnya?""Ini Kenzi mau kesana sama nenek, mau salim." Kenzi mencium tangan Kinara."Hati-hati ya."Kenzi mengangguk lalu keluar kamar Kinara dan bergandengan tangan dengan mama Kinara."Sudah salim?"Kenzi mengangguk antusias.Bella dan Edward yang duduk di ruang tamu bersama Daichi dan Yuka segera mendekati Kenzi.Bella memeluk pinggang Kenzi. "Kakak, semangat kak."Edward mengangguk ke Kenzi.Daichi menggeleng. "Kenzi hanya ke rumah sakit beberapa jam, malam sudah pulang. Kenapa kalia
Adelio tidak berhenti bersin lalu berkomentar. "Siapa yang bergosip di belakangku?""Tunangan kamu?"Adelio menatap tajam Reza. "Tolong ya, mulut dijaga."Reza menaikan sudut bibir lalu menuang balok gula di kopi. "Bagaimana kabar mantan tunangan dan tunangan kamu?"Adelio memutar bola matanya. "Berisik."Alex tertawa. "Apakah kamu sudah membuang tunangan kamu?"Adelio mendecak. "Aku tidak mengerti konsep tunangan di keluargaku, harusnya kedua pasangan bertemu lalu bertukar cincin. Nah ini, yang datang hanya ayahku saja dan aku tidak memakai cincin sama sekali kecuali cincin saat bersama Nara."Bryan melihat jari-jari tangan Adelio yang dipamerkan dan berkomentar dengan nada sarkas. "Bagus, jari kamu sangat lentik."Adelio memutar kepalanya dan bertanya ke Bryan. "Bagaimana dengan calon istri kamu yang berusia tiga puluhan itu? Apa dia masih perawan?"Bryan melempar buku ke Adelio. Adelio berhasil berkelit sambil memeluk Reza. "Tolong aku, bapak pedofil."Reza mendorong kepala Adelio
"Kenzi, boleh nenek tanya?"Kenzi yang kakinya sedang diperiksa dokter, mengangkat kepalanya. "Ya, nenek.""Salah satu kaki Kenzi bengkok sejak lahirkan?""Iya.""Kenzi pernah dengar cerita dari mama atau siapapun soal sakit Kenzi?"Kepala Kenzi menggeleng. Mama Kinara jongkok di samping kursi roda Kenzi. "Kenzi pernah lihat mama merokok atau konsumsi obat?"Kenzi menggeleng.Donny yang berdiri di belakang istrinya membaca rekam medis sang cucu. "Perawatannya sudah bagus, Kenzi juga sudah operasi untuk koreksi kaki belakang, metode ponseti dan prancis juga sudah dilakukan. Usia Kenzi delapan tahun jadi harusnya sudah sembuh karena Kinara sudah mengobati dari bayi.""Memang secara fisik, kakinya terlihat sembuh tapi mungkin ini berhubungan dengan syaraf kakinya. Kenzi, ini sakit?" Hendra menekan jempol kaki kanan dan kiri bergantian. Kenzi menahan sakit dan mengangguk.Hendra memperhatikan ekspresi wajah Kenzi lalu mencubit keras kakinya. "Tidak menangis?"Kenzi menggeleng.Donny dan
Adelio pulang ke rumah dengan langkah gontai dan pikiran bimbang, ibu Adelio yang menangkap keanehan anaknya mengikuti dari belakang.Adelio membuka kamar dan menjatuhkan diri di tempat tidur, wajahnya dibenamkan ke bantal. Ibu Adelio yang sakit hati, duduk di samping tempat tidur dan membelai kepala putranya. "Ada apa? Kamu bisa bicara ke ibu."Adelio menggeleng pelan."Adelio, apa ini soal Nara dan anak-anaknya?"Tubuh Adelio membeku.Ibu Adelio menghela napas. "Ada apa nak, coba cerita ke ibu. Siapa tahu ibu bisa membantu."Kepala Adelio bersandar di paha ibunya lalu mulai cerita permasalahan Kinara, sang ibu hanya diam mendengarkan, hatinya serasa tercabik-cabik. Masalah Kinara jauh lebih berat dari dirinya."Ade ingin menikahi Nara.""Bukan hanya karena kasihan?" tanya ibu Adelio."Ade cinta Nara, Ade tidak bisa melepasnya."Ibu Adelio memahami obsesi anaknya. "Ade, sebelum kamu melakukan itu... sembuhkan dirimu dulu."Adelio memutar kepalanya dan mendongak, menatap langsung mat
Adelio tersenyum sedih. "Aku tidak akan mengatakannya sekarang, silahkan istirahat, ayah."Ayah Adelio berontak, berusaha lepas dari cengkraman kedua satpam sementara Adit dilumpuhkan kedua body guard hingga duduk bersimpuh. Ketiga wanita menjerit ketakutan.Adelio menendang perut Adit dengan keras. "Argh!" jerit Adit.Ayah Adelio yang melihat itu menjadi marah. "ADELIO!"Cynthia meraba pisau buah di atas meja, belakang punggungnya.Adelio tertawa. "Ayah marah saat aku menendang Adit, apa ayah tidak marah saat aku di perlakukan kasar oleh mereka?""Jangan mengada-ada, Adelio. Hidup Adit tidak seberuntung kamu, sejak lahir dia harus bertahan hidup sementara kamu terlahir normal dan kaya bahkan ayahku memberikan warisannya kepadamu.""Apakah itu yang membuat ayah benci padaku? Masalah warisan?" tanya Adelio."Adelio, jangan berani menghina ayahku!" teriak Adit."Dia memang pantas menjadi ayahmu," sinis Adelio."JANGAN SENTUH SUAMIKU!"Arka dan Reza dengan sigap lari mendekati Adelio,
Apa yang menyakitkan dari cinta adalah pengorbanan, satu paket yang tidak bisa diutak atik oleh pemilik. Jika pengorbanan tidak berharga maka cinta tidak ada apa-apanya.Pasangan yang saling menyakiti tanpa sadar dari perasaan berkorban, menghasilkan korban yaitu anak-anak. Tanpa sadar orang-orang dewasa bertindak menjadi korban tanpa memahami perasaan anak.Padahal anak-anak tidak ingin melihat wajah sedih salah satu orang tuanya, buat apa bertahan jika kita hidup bersama orang gila?Begitulah yang dirasakan Edward sekarang ketika berdiri di depan pintu kamar kelas 1. Body guard berjaga tidak jauh dari kamar supaya tidak menarik perhatian orang-orang, cctv pun dipasang di dalam kamar.Edward yang mendengar ayah kandungnya terluka dari Daichi, segera keluar dari sekolah dan pergi bersama Daichi. Tapi yang terjadi malah tanpa sengaja melihat pemandangan menyebalkan.Adit memeluk pinggang Cynthia sementara Cynthia berusaha menghibur Adit. Rentetan sumpah serapah menghina mamanya keluar
Jantung Adelio berdebar kencang, hari ini dia resmi menikah dengan Kinara. Setelah bertahun-tahun mereka berjuang bersama, akhirnya mereka bisa meresmikan pernikahan secara agama. Rumah besar mertua Adelio penuh sesak dengan kedatangan keluarga dan teman dekat.Edward dan Daichi main mengelilingi taman bersama anjing yang baru-baru ini diadopsi Adelio untuk Kenzi. Ya, anjing ini dulu yang mereka tolong.Kinara sibuk di dalam kamar bersama mama, Fumiko dan ibu Fumiko.Reiko celingukan mencuri makanan.Dimas berkenalan dengan Bryan, Alex dan lainnya.Sementara Kenzi ke penjara sebentar untuk menyerahkan makanan ke sipir dan papanya."Daddy bilang, bawa makanan yang banyak buat papa. Terus Kenzi bawa kulkas juga buat dipakai bersama, jadi papa bisa menyimpan makanannya juga." Kenzi tersenyum polos.Adit tidak tahu harus tertawa atau menangis melihat setumpuk makanan dan camilan, tidak bisa dihabiskan satu hari jika hanya dimakan sendirian. "Apakah hari ini adalah perayaan khusus?"Kenzi m
Adit menangis seharian ketika mendengar kakak kandungnya tiba-tiba meninggal, begitu juga dengan keponakan serta si kembar.Bohong jika dirinya tidak sayang si kembar, polisi mengizinkannya menghadiri pemakaman mereka yang dibuat keluarga Anton.Sekarang dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi, semua pergi. Yang tersisa hanya Kenzi tapi Kenzi juga pasti memilih pergi dan tidak mau menemuinya.Apa yang harus aku lakukan sekarang? Hartaku sudah disita, aku dituntut penjara dan aku keluar tidak akan punya apa-apa!Pihak Tsoejipto dan Sanjaya menuntut hukuman maksimal karena sudah menggelapkan dana tidak sedikit, tidak hanya itu- pihak BPK juga menuntut banyak poin mengenai korupsi yang dilakukan banyak pihak yang melibatkan dirinya.Pihak-pihak yang terlibat sudah dilepas jabatan serta dihukum, Adit juga langsung paham ketika nama Kinara tiba-tiba hilang dari daftar tersangka padahal banyak bukti yang memberatkannya.Adit juga sudah berusaha keras supaya semua tanda tangan dan nama atas K
Anton menggertakan gigi begitu mendengar kabar dari kakaknya kalau mereka dipastikan akan kalah, sudah lama mereka menjadi pengikut keluarga Sanjaya dan mendapat banyak proyek tapi sekarang mereka harus jatuh begitu saja.Hal yang paling diharapkan setelah pengakuan itu.Mana mereka juga terlibat kejahatan ayah Adelio, hancur sudah keluarganya.Terbesit ide gila yang tiba-tiba muncul. "Bagaimana kalau kita memakai jasa dukun terbaik di Indonesia? Kalau perlu kita ke luar negeri supaya bisa lepas begitu saja."Kakak Anton tersenyum. "Kamu kira kami tidak menggunakan itu dari dulu?""A- apa?" tanya Anton tidak mengerti."Kami tidak hanya mengandalkan itu, tapi juga orang pintar."Anton merinding begitu melihat seringai kakaknya. "Kak, kenapa aku tidak tahu?""Kami sepakat untuk tidak melibatkan kamu."Perasaan Anton menjadi tidak enak lalu melotot ngeri. "Kalian pasti membutuhkan tumbal.""Benar, begitu ada yang tidak berguna. Kami akan menumbalkannya.""Kenapa? AKU ADIK KAMU DAN BERJUA
Dua hari kemudian, istri Donny puas melihat laporan yang dibuat kedua menantunya."Sebenarnya mama sudah pernah menerapkan ini, tapi kalian tahu bagaimana sifat papa dan Dimas soal laporan keuangan. Mereka tidak mau membaca hal-hal yang ribet selain itu ingin menghemat kertas laporan." Tawa istri Donny.Sudah kami duga. Batin Adelio dan Fumiko yang tersenyum.Adelio mengusap bawah hidungnya dan menurunkan suaranya ketika istri Donny sibuk membaca. "Benar-benar ajaib rumah sakit ini bisa besar, untung saja masih belum ada yang berinisiatif untuk menggelapkan uang."Fumiko mengangguk setuju, asal-asalan membuat laporan keuangan sama saja memberikan celah untuk pencuri. "Wah, benar-benar kebetulan aku punya dua menantu yang bekerja di dua bidang berbeda. Satunya bank, satunya lagi hotel sehingga kalian bisa lebih teliti lagi." Kagum istri Donny. "Tapi ada salah satu kelemahan di sini."Fumiko dan Adelio menegang. "Obat-obatan, kalian tidak melupakannya bukan?""Tidak, kami sudah memikir
Cynthia ingin menampar wajah Kinara tapi terlalu takut dengan bodyguard yang berdiri di belakang kursi lawan bicaranya."Apakah tidak pernah terbesit di benak kamu kenapa bisa Adit dan keluarganya mudah dibodohi, padahal wajah si kembar tidak mirip dengan kamu? Yah, meskipun kamu selalu bilang mereka mirip dengan kamu atau orang-orang bilang mereka mirip Adit."Cynthia menyipitkan mata dengan curiga. "Apa yang ingin kamu katakan?"Kinara menatap lurus Cynthia dengan tatapan mengejek dan senyum miring. "Karena Adit dan Anton satu ayah."Cynthia sontak berdiri dan menjerit histeris. "BOHONG!""Dari awal sampai akhir semua orang tidak akan tahu, tapi hanya Maya yang tahu dan dia membawanya sampai mati. Lalu kenapa aku bisa mengetahuinya? Itu mudah, karena aku sudah menyimpan ini dari awal aku selingkuh.""Kenapa aku tidak tahu? Aku sudah mengenal Anton lebih dulu dari Adit.""Karena Anton tidak tahu."Kaki Cynthia melemas lalu berlutut di lantai yang dingin. "Adit dan Anton tidak tahu p
Sekolah sudah diambil alih keluarga Tsoejipto, Bella sudah mulai kembali ke TK dengan ditemani nenek.Para orang tua yang sudah mendengar dan melihat baik secara langsung maupun lewat berita, pilih menjauh daripada dikatakan penjilat. Meskipun ada satu atau dua orang bodoh yang tetap mendekat, keluarga Salim tetap tidak peduli pada penjilat.Bella pun blak-blakan bicara ke nenek sambil menunjuk orang tua atau anak-anak yang menyakitinya, ingatan anak kecil memang tajam.Edward dan Daichi pun juga kembali dengan damai, para guru yang terlibat dengan kekerasan sudah dipecat termasuk kepala sekolah. Para murid yang terbukti melakukan kekerasan pada Edward dan Kenzi juga dikeluarkan, gosip yang beredar bisnis keluarga mereka juga goyah sehingga tidak mampu bayar sekolah swasta mahal.Para murid yang tidak terlibat atau hanya menjadi saksi, tidak berani berurusan dengan Edward dan Daichi bahkan untuk mendekat, dilarang keras orang tua mereka.Edward dan Daichi pun tidak terganggu, mereka b
Tidak, ini bukan salahku.Benar, ini bukan salahku.Ini salah ayah yang terlalu berambisi supaya aku bisa mengalahkan putra kandungnya sendiri karena harta.Ini salah ibu yang terlalu berambisi supaya bisa mengalahkan ibu Adelio.Aku terseret arus pikiran mereka, makanya aku tidak salah.Kakak juga, kakak menyuruh aku mengambil Cynthia meskipun memilih Kinara supaya kakak bisa bersama Anton.Ini salah mereka, bukan salahku. Aku hanya korban di sini.Mereka juga membenci Kenzi yang cacat, aku ikut membencinya. Ini gara-gara mereka!Adit didorong masuk ke dalam sel dengan pikiran kacau. Setelah sadar, dia memegang jeruji sel dan berkata, "Aku ayah kandung Kenzi, aku belum sempat melihatnya- lagipula aku menantu pemilik rumah sakit."Kedua petugas menertawakan Adit. "Kamu sudah mulai halusinasi ya?""Kenapa? Menyesal sudah menyakiti anak dan istri?""Lagian, sok selingkuh sih. Giliran sudah jatuh malah belingsatan begini."Ejek kedua petugas lalu berjalan meninggalkan Adit.Adit mengge
Apakah kalian percaya dengan cinta akan mengalahkan segalanya? Ini bukan masalah cinta kita bisa menjadi super hero tapi- dengan cinta kita bisa melalui semua masalah di depan. Jika salah satu patah maka yang lain menjadi penyangga. Begitulah Adelio sekarang ketika sudah kembali di Indonesia bersama lainnya, melihat proses ibu kandung dikubur tidak jauh dari tempat ayah kandungnya, dua hari setelah sidang Adit. Awan mendung seolah menyamakan hati mereka. Perjuangan yang mereka perjuangkan selama ini sia-sia belaka, Sarah lebih memilih pergi dari dunia, mengingat masa lalu menyakitkan meskipun sebelumnya sudah berani melawan."Aku kira saat di rumah Adi dan selingkuhannya, Sarah bisa melangkah ke lebih baik. Dia bahkan berani memukul Maya, tapi sekarang-" istri Donny tidak berani berkomentar lebih jauh.Adelio melihat nisan ibunya dengan sedih. "Seandainya, aku tahu ibu memendam semua itu-" sesalnya."Tidak, sampai kapanpun kamu tidak akan pernah tahu, Adelio. Sarah selalu menganggap
Di zaman modern, semua orang selalu ingin berpikiran maju, logika dikedepankan tapi keajaiban? Hanyalah sebuah mitos jika mereka tidak mengalaminya sendiri.Termasuk Adelio yang dulu tidak percaya dengan keajaiban, bukan- bukannya tidak percaya, takut lebih tepat.Karena setelah dokter memutus alat bertahan hidup Sarah, Edward membuka mata. Seolah Sarah memberikan nyawa kepada cucunya."Cucuku, kamu sudah sadar- ah," tangis istri Donny sambil memegang tangan Edward untuk memastikan masih hidup. "Cucuku-"Edward mengedipkan mata dan melihat ayah kandungnya duduk di kursi roda dengan wajah pucat. "A-"Adelio mengulurkan tangan. "Kenzi dan Bella memanggilku daddy, kamu juga bisa."Edward terbelalak lalu tersenyum. "Daddy," panggilnya."Ya." Adelio tersenyum sedih. "Terima kasih sudah bertahan hidup, putraku."Edward mengangguk pelan lalu mengedarkan pandangan. "Mama, Kenzi dan Bella?""Mereka di Indonesia, saat ini kita di Inggris," kata Donny. "Nenek?" tanya Edward."Nenek di sini," ja