Bab 13
POV Nia
Kulihat layar, Mama Desi sedang mengetik pesan. Semoga saja ia tahu kebusukan anaknya, terutama Salma.
[Sudahlah, tak usah diperpanjang lagi.]
Aku terkejut melihat balasan dari mertuaku. Seperti inikah mereka? Apa mama mertuaku sudah berubah pikiran?
Kemudian, dengan dada sesak, aku tak membalas lagi pesannya. Kuletakkan benda pipih itu di atas nakas, lalu bergegas pergi ke dapur membantu mama.
Aku mengiris wortel untuk dibuatkan sop. Kepikiran akan balasan pesan mama tadi, membuatku mengiris jari sendiri.
"Au ...." celetukku.
"Nia, nggak usah ngelamun. Sudahlah yang telah terjadi tak usah dipikirkan," suruh mama sambil memberikan aku sebuah tissue.
"Iya, Mah. Cuma nggak habis pikir, ke
Bab 14POV Salma"I-iya, Mah." Aku gugup ketika mama memanggilku dengan suara lantang."Sini, kamu!" panggilnya dengan melambaikan tangan. Aku segera menghampiri mama."Iya, Mah. Maafkan aku ya," lirihku. Tak ada pilihan lain selain mengakui kesalahan."Kamu tahu tentang pernikahan kakakmu?" tanya mama. Ada sedikit lega ketika mendengar pertanyaan darinya. Sebab, ia tak mencurigai bahwa akulah dalang dari semua ini.Aku mengangguk saja, mengambil jalan pintas untuk tak membuat mama semakin emosi."Lalu kenapa merahasiakan ini?" tanya mama dengan nada tinggi."Mah, kan tiap perbuatan ada konsekuensinya, Mas Leo takut kehilangan semuanya jika bicara pada Mama, lalu aku adiknya apa tega melihat Mas Leo menderita nantinya? Kan nggak tega," lirihku lagi."Lantas apa kamu tega melihat kehancuran Mama, mereka nikah atas perjodohan orang tua, beban untuk Mama atas kelanggengan ruma
Bab 15POV Nia"Memang Mama sudah buat surat kuasa tadi?" tanyaku."Atasnya masih kosong, Nia, hanya ada tanda tangan Mama dan Papa agar kamu mudah balik nama," tutur mama.Ia terdiam sejenak, kemudian menggigit jarinya sambil berpikir."Mama mikir sesuatu?""Sepertinya ini ulah Salma, ia yang menukar kertas ini, Mama yakin itu," tukas mama."Memang Salma menginginkan villa itu, Mah?" tanyaku. Mama pun mengangguk . "Ya sudah kalau memang gitu, ia anak Mama juga, kan?" tanyaku."Bukan, Salma bukan anak Mama, makanya Mama tidak memberikan ini padanya," jawabnya.Kemudian, mamaku memeluk erat tubuh mertua yang kukenal supel itu. Ia tampak mengeluarkan butiran air mata dari sudut netranya.Aku tidak pernah tahu masalah mama mertuaku sebelumnya. Meskipun aku adalah menantunya, tapi untuk masa lalu mereka, aku tak pernah tahu."Sudahlah, kalau diingat-ingat bisa men
Bab 16POV LeoAda rasa kesal pada Jenni, yang tiba-tiba bicara di hadapan semua orang bahwa anak yang ia bawa itu bukan anakku. Meskipun selingkuh ini menghancurkan semuanya, tapi aku juga tidak mau kalau sampai tak mengakui anakku itu. Ia buah cinta dari pernikahan kami setahun yang lalu.Setelah mengakui di hadapan mama, Nia, dan kedua orang tuanya, aku pun meninggalkan rumah sesuai perintahnya. Tak ada yang kubawa pergi dari rumah yang dibangun dari jerih payahku sendiri. Ya, selain gengsi memohon pada mama di hadapan mertuaku, ini juga bagian dari konsekuensi perbuatan yang telah kulakukan.Aku membawa mobil yang dibawa oleh Jenni. Ia duduk di sampingku menggendong Hans Permana, bayiku. Wajahnya tak semanis biasanya, bibir ia lipat dan matanya pun tak pernah melirikku."Aku tahu, tujuan kamu tadi adalah supaya mama tetap memberikan villa itu untukku," ucapku memulai pembicaraan sambil mengendarai mobil."Ya
Bab 17POV NiaMas Leo bekerja di sini sebagai office boy? Nasibnya kini jadi tragis setelah semua terungkap.Aku disejajarkan olehnya di kursi, tepatnya di hadapan bos kami berdua, yaitu Pak Iqbal. Kami dipertanyakan hubungannya. Sebab, ada yang aneh ketika bertemu dan saling menatap tajam."Kalian saling kenal?" tanya Iqbal. Kami seumuran, tapi kariernya sekarang sangat baik, Iqbal memiliki perusahaan sebesar ini, dan aku yang menjadi karyawannya."Kami kenal, Pak," jawab Mas Leo. Aku tahu beban hidupnya saat ini sangatlah berat, terlebih tuntutan wanita yang maunya cantik terus, pasti biayanya mahal."Ya, kami kenal hanya sebatas kenal saja, Pak. Tidak lebih, Mas Leo sudah memilki istri cantik, namanya Jenni, iya kan, Mas?" sindirku pedas."Oh, kirain kalian ini suami istri, sebab saya pernah melihat foto nikah kamu di sosial media, Nia," ungkap Iqbal. Ternyata diam-diam ia pernah melihat foto ni
Bab 18POV SalmaSepulang dari rumah Kak Nia. Mama tiba-tiba marah padaku. Ia mengeluarkan semua emosinya. Aku tak pernah melihatnya garang seraya ibu tiri di cerita yang pernah kubaca."Salma! Ini pasti ulah kamu, Salma!" teriak mama membuatku sontak terperanjat dari tempat tidur. Lagi asik mendengarkan lagu favorit malah dikejutkan suara melengking mama.Aku segera bergegas menghampiri, ini bukan kali pertamanya ia marah teriak-teriak, hal ini sudah biasa kudengar sejak kecil. Seiringnya waktu karena aku tumbuh dewasa, mama sudah jarang sekali memarahiku seperti tadi."Mah, aku belum budek, masih dengar, jangan teriak seperti itu," ucapku sambil mendekatinya."Kamu yang ambil berkas itu?" tanya mama menyelidik. "Ditanya kenapa malah pergi?"Aku tak menghiraukan pertanyaan darinya, lebih baik aku ambil saja berkas itu dan menyerahkan pada mama lagi. Rasanya hati ini sudah enggan ribut dengannya. Ak
Bab 19POV SalmaMama Desi melangkah dengan semangatnya. Mungkin ia bahagia menunjukkan jati diriku sebenarnya. Lalu setelah ini dengan puas ia membuangku. Pasti itu yang akan ia lakukan."Ini fotonya waktu ibumu masih muda, masih seusia kamu, kisaran segitulah," sahutnya ketus. Aku menatap lirih wajah teduh dalam foto, kenapa seperti tidak asing. Wanita yang berada di dalam foto mirip dengan Tante Maya tadi. Namun, ini waktu masih mudah sekitar sembilan belas tahun lalu."Mah, apa namanya Maya?" tanyaku.Mama menggelengkan kepalanya. Itu artinya mamaku bukan Tante Maya."Namanya Astrid Astuti, dia pembantu rumahku, mereka punya hubungan khusus, itulah kenapa Mama tak memberi warisan padamu, perjanjian kala itu, saat Astrid menitipkan kamu, ada perjanjiannya, mau baca?" Mama menantangku. Rasanya memang sakit jika dikhianati oleh suami sendiri, mungkin ini yang dirasakan oleh Kak Nia terhadap Mas Leo."Mah
Bab 20POV NiaSetelah mendengarkan pengakuan Mama Desi, aku merasa sungkan pada Salma, sebab ini sudah persoalan intens. Jadi, aku putuskan untuk pergi dari rumah ini.Aku pamit padanya dan bergegas keluar dari rumah Mama Desi. Dengan tergesa-gesa aku pun menutup pintu mobil, kemudian segera memakai seat belt."Ayo, Pah, jalan," seruku sambil meletakkan map yang diberikan mertuaku."Bicara apa tadi Salma? Kok sekarang kusut?"Papa melajukan mobilnya, lalu sambil bertanya-tanya apa yang dilakukan Salma setelah dia masuk. Aku pun hanya menggelengkan kepala ketika papa bertanya."Nanti di rumah aku ceritakan ya, Pah. Eh sepertinya tidak perlu, Papa tahu kan yang sebenarnya terjadi? Masa lalunya," ujarku."Ya, bedanya papanya Leo sama selingkuhannya kan sama-sama mencintai, beda dengan Dirga," jawab papa. Aku menghela napas, sambil mengecap bibirku. Tak heran anaknya selingkuh,
Bab 21POV NiaTante Maya menangkap foto yang berada di pencariannya Salma. Matanya tak berkedip ketika melihat ke arah foto tersebut. Namun, aku tak mengerti apa yang ia pikirkan saat melihat pencarian itu."Ini kontak yang berada di sini Salma namanya? Itu adik iparmu, Nia?" tanyanya.Aku mengangguk heran, kenapa ia jadi berkaca-kaca? Kemudian aku mengambilkan tisu untuknya."Maaf, Tante ini tisu, sepertinya mata Tante basah," ucapku pelan, khawatir menyinggungnya."Terima kasih, Nia. Sekali lagi terima kasih," ucapnya semringah, ia seperti kegirangan melihat foto tersebut."Emm, Tante jadi mau bicara denganku?" tanyaku pelan tapi ia menggelengkan kepalanya.Aku pun terheran-heran dengan maksud dan tujuannya ke sini."Nia, maaf, kalau boleh minta tolong, bisakah kamu mengantarkan saya ke rumah Salma, adik iparmu?"Aku mengernyitkan dahi, seraya heran dengan p
Bab 32 POV Author "Salma, Mah, Salma masuk rumah sakit," ucap Nia. "Ah biar saja kalau dia," jawab Mama Desi tak peduli. "Mah, Salma hampir saja jadi korban pemerkosaan," ucap Nia kembali memberikan kabar.Mendengar ucapan Nia, Mama Desi terperangah. Namun, lagi-lagi egonya lebih tinggi. "Biar saja, Mama tak peduli!" ujarnya mencoba tak acuh. "Mah, kalian itu tetap ada ikatan, buktinya perasaan Mama dari tadi cemas, ya kan?" Nia berusaha meyakinkan mantan mertuanya itu. Meskipun belum resmi bercerai, bagi Nia, Leo adalah mantan suaminya yang dalam proses perceraian. "Rumah sakit mana?" tanya Mama Desi akhirnya luluh. Ia terdengar sesegukan di telepon, mungkin naluri seorang ibu luluh saat mendengar anaknya dilecehkan. "Rumah Sakit Pelita, Mah, aku pagi ini juga ke sana, ketemu di RS ya, Mah," ucap Nia. "Ya, saya akan beritahukan ini pada papanya dan Leo, terima kasih banyak informasinya," jawab Mama Desi.
Bab 31(POV Author)Malam yang kian larut dan lampu jalanan yang tak terlalu terang menjadi saksi peristiwa yang menimpa Salma. Suaranya hampir habis, tetapi usahanya percuma. Tak ada satu pun yang mendengar teriakannya apalagi melihat dan datang membantu.Ia masih mencoba berlari menghindari kejaran dua lelaki yang telah menyiram bensin ke wajahnya. Kakinya terasa sakit sehinga ia terseok-seok. Kondisi mabuknya pun membuat ia semakin kesulitan untuk berlari, sesekali tubuhnya hampir limbung tetapi ia masih berusaha menjaga keseimbangan meski tetap sempoyongan.Tawa kedua lelaki berbadan kekar masih terdengar, seolah mereka sengaja menjadikan Salma sebagai bahan permainan seperti seekor tikus kecil. “Hai, Nona cantik! Kamu mau coba lari ke mana? Coba lihat dirimu, berdiri tegak saja sudah tak mampu. Sudahlah, lebih baik nikmati malam ini dengan kami!” teriak salah satu dari mereka.Salma masih tak menggubris ucap
Bab 30POV Salma"Tenang semua, tenang!" Tiba-tiba orang tua Gani muncul dari balik pintu."Tante, Om," sergahku. Namun, mereka tak mempedulikan pelukan aduan dariku. Kenapa mereka seperti ini?"Kalian bubar, ini menantu saya, mereka sudah menikah lama di luar kota, kalau nggak percaya, tunjukkan buku nikah kalian, Ratna," ucap mamanya Gani. Benarkah itu? Ucapannya membuatku dan semua orang terbelalak, sebab sudah setahun lebih aku bersama Gani, tapi tak pernah tahu bahwa sebenarnya ia telah menikah.Kemudian mereka mengeluarkan buku kecil dari tas, lalu memberikan buku itu ke salah satu warga. Mereka memperhatikan antara foto yang berada di buku dan asli. Kemudian, setelah itu, mereka bermunduran keluar rumah."Kalian mau ke mana? Bukankah tadi mau bakar mereka?" tanyaku ketika semua warga pergi keluar rumah."Kamu yang seharusnya pergi, Salma," ucap mamanya Gani. Pantas saja, setiap kali aku ke ru
Bab 29POV Leo"Kamu saya pindah ke perusahaan Papa saya, dan tidak lagi menjadi office boy di kantor ini, tapi dengan syarat, please jangan ganggu lagi Nia," ucap pimpinan perusahaan yang bernama Iqbal. Rupanya ia menaruh hati pada mantan istriku, Nia.Aku tertunduk sambil menatapnya datar, lalu bicara pelan padanya."Maaf, bukankah urusan kantor dan pribadi tidak bisa dicampur aduk?""Saya tidak campur aduk, sebenarnya saya tahu siapa kamu, dan setelah ini pastinya Salma akan berbuat yang merugikan Nia, saya yakin itu. Makanya, kamu dipanggil pagi-pagi, untuk saya pindah ke perusahaan Papa saya. Terserah kamu, mau atau tidak," ancamnya.Hubunganku dengan Nia telah berakhir, memang tak ada yang bisa dipertahankan, aku dengan Nia sudah tak ada lagi rasa yang tertinggal. Cintaku saat ini hanya untuk Jenni dan anak-anak. Jadi, tidak ada alasan untuk menolak tawaran Pak Iqbal."Baiklah, Pak
Bab 28POV NiaSebenarnya aku tak paham betul apa maksud dan tujuan Salma. Ia begitu arogan, seperti orang kehausan kasih sayang, jadi di jiwa dan hatinya hanya ada antusias keinginan.Tante Maya mengajak anaknya, Salma, ke toilet, dan momen inilah saatnya kami berembuk mengenai sikap Salma. Terutama Iqbal yang sebenarnya keberatan dengan sikap dan perilaku Salma."Sudahlah, kamu jangan diambil hati, ya, Nia. Om Jaya memaklumi sikap Salma, wajar dia seperti itu," ucap Pak Jaya."Iya, Pak," tundukku."Tenang saja, pokoknya kami percaya kamu, Nia," susul Iqbal. Aku beruntung, memang sangat beruntung, wajarlah Salma iri, karena memang rasanya mustahil sekali ada lulusan D3 yang dipertahankan oleh keluarga bosnya.Setelah Tante Maya berhasil menenangkan Salma, mereka kembali ke meja makan. Kemudian, ia pun menyetujui apa yang telah menjadi keputusan Pak Jaya.***Pagi itu, kulihat Mas Leo dipang
Bab 27POV SalmaKenapa nasib Nia selalu mujur? Sudah berhasil kupisahkan dengan Mas Leo, masih saja ia mendapatkan keberuntungan. Rasanya ini tidak adil bagiku yang sedari kecil tak pernah mendapatkan keadilan.Aku harus berhasil membuat kedua orang tuaku lebih memilih anaknya ketimbang Nia, yang hanya orang lain. Kecemasanku hanya satu, khawatir Mas Iqbal jatuh cinta pada Nia, wanita buluk beranak dua. Kalau mereka sering ketemu, pastinya akan timbul benih cinta.Setelah berhasil membujuk papa baruku untuk menjadikan aku sekretaris, aku terperanjat ketika mendengar kalimat susulan yang ia lontarkan."Tapi Nia akan menjadi asisten pribadi Iqbal," celetuknya membuatku yang tadinya tersenyum tipis kini menunjukkan keseriusan kembali.Kulihat wajah Nia pun terkejut ketika mendengar penuturan Papa Jaya, entahlah ia memancingku untuk emosi atau memang sudah rencananya seperti ini agar aku tak bisa lagi berkutik.
Bab 26POV NiaAku jadi penasaran kenapa Salma memberikan caption seperti itu pada Jenni, atau jangan-jangan mereka ini memang sengaja menghancurkan rumah tanggaku dan Mas Leo? Lalu kenapa aku sudah pisah dengan Mas Leo, dan Jenni berhasil mendapatkannya utuh, tapi ia sekarang menawarkan lelaki lain? Ini sangat meragukan sekali, banyak sekali pertanyaan muncul di kepala.Setelah mengantarkan Tante Maya dan Salma ke rumah yang mewah, kami melanjutkan perjalanan ke kantor. Ya, kami tetap kembali ke kantor untuk mengerjakan pekerjaan yang masih terbengkalai."Malam ini kita makan malam, ya, bersama keluargaku yang baru," ajak Iqbal. Aku sedikit mengerutkan dahi karena terkejut mendengar ajakannya. Kenapa aku? Sudah tahu bahwa aku dan Salma adalah mantan kakak ipar, kenapa disandingkan dalam meja makan?"Maaf, Pak. Saya tidak bisa, statusku masih istri orang, meskipun sudah dalam proses dan saya pastikan cerai, tapi tidak
Bab 25POV SalmaSetelah membuat selebaran untuk menemukan mamaku. Akhirnya, hari yang kutunggu datang tepat waktu, dan yang paling membuatku bahagia adalah Tante Maya, ternyata ia adalah wanita yang kucari. Wanita yang telah melahirkanku, dan tentunya kasih sayangnya pasti sangat berbeda dengan Mama Desi.Ada perasaan bahagia berlebur syukur setelah mendapatkan informasi bahwa aku adalah anak orang kaya raya. Akan kubuat menyesal, mereka yang pilih kasih terhadapku, orang tuaku lebih kaya darinya.Kemudian, aku meminta mama kandungku untuk membawa anak yang telah ia tinggalkan selama ini. Namun, ada kekesalan yang kurasakan, kenapa sih mereka harus memberikan imbalan pada Mama Desi? Bukankah Papa Dirga memang wajib membesarkan aku hingga menikah?Kehadiran Nia juga membuatku muak, kenapa sih Nia selalu hadir di dalam hidupku? Wanita buluk yang selalu cari perhatian pada Mama Desi dulu.Selepas mem
Bab 24POV Nia"Kamu jangan bicara seperti itu, Salma, Bu Desi telah membesarkan dan mendidik kamu hingga dewasa, Mama tidak suka kamu seperti itu terhadapnya!" sentak Tante Maya mengungkap semuanya. Tiba-tiba bibir Salma kaku, tak mengeluarkan sepatah katapun di hadapan kami semua."Jadi kamu itu Astrid?" ucap Mama Desi yang baru saja muncul. Kulihat wajah Salma masih membeku, ada perasaan antara terharu bahkan tak percaya terpancar di mata Salma. Lalu ia menggelengkan kepalanya."Bu Desi, apa kabarnya, Bu?" Mama Desi melanjutkan langkahnya ke arah Tante Maya. Namun, tubuh Tante Maya malah disergap oleh Salma."Mama ...." ucapnya pelan dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya. Salma tampak bahagia sekali memeluk ibunya.Kemudian, Tante Maya melepaskan pelukannya, dan menghampiri Mama Desi."Bu, saya ke sini bukan untuk mengganggu rumah tangga kalian, saya hanya ingin mengucapk