KELUARGA SAPUTRA
Berita mengenai penangkapan Rangga langsung terdengar ke telinga kedua orang tua Rangga. Kedua orang tua Rangga langsung berangkat ke kantor polisi tempat Rangga ditahan. Yudistira Saputra, ayah Rangga tentu saja malu bukan kepalang. Dia adalah seorang dosen. Seorang pengajar, tapi gagal saat mengajari anak sendiri. Yudistira seperti dilempar kotoran ke wajahnya. Begitu pula dengan Aryatie, mama Rangga. Dia merasa sangat terpukul.
"Kenapa anak saya bisa ditahan, Pak?" tanya Yudistira. IPTU Basuki tersenyum, lalu menyerahkan beberapa lembar kertas.
"Ini adalah pengakuan anak bapak dan ini adalah hasil tesnya. Putra bapak positif menggunakan Metamfetamina atau yang lebih kita kenal dengan shabu- shabu. Menurut pengakuan putra bapak ini hanya pemakai, bukan pengedar. Dan hal tersebut juga diperkuat oleh kesaksian kawannya."
"Apakah anak saya akan tahan pak?"
"Pada
SI KEMBAR DICULIK Sore itu Ivan dan Kamania bertemu .Ivan bercerita bahwa Andrea sudah mulai membaik. Fahira yang sedang ada di rumah, merasa lega mendengar cerita Ivan. Namun Fahira juga merasa kesal mendengar cerita tentang Rangga. "Jadi dia mendatangi Andrea ke rumah? Tidak tahu malu, orang tuanya dosen ,tapi kok kelakuan anaknya seperti itu?!" omel Fahira."Ya, nggak semua dosen bisa sukses didik anak juga, Ma," ujar Kamania."Ya seenggaknya, kalo dosen kan biasa mendidik anak-anak. Masa didik anak sendiri nggak bisa." Kamania hanya menghela napas panjang, dia paling paham bagaimana sifat Fahira yang terkadang sering meledak-ledak. Layaknya ibu- ibu pada umumnya seringkali mengomel sendiri. Apalagi jika sudah menonton sinetron ikan terbang, Fahira akan betah menonton, itupun sambil mengoceh dan mengomel sendiri. Saking seringnya Fahira menonton sinetron- sinetron itu, Kamania samp
KEPANIKANPagi-pagi sekali Kamania dan Ivan sudah berangkat ke Bandung. Kamania merasa cemas dengan kondisi papanya.Saat Kamania tiba, Hesti dan Rivaldo juga baru saja tiba. Kamania langsung menghampiri Hesti dan memeluknya."Kamania, kamu datang ?"sapa Hesti"Papa semalam telepon mama, Bu. Jadi, Kamania langsung ke sini." Gilang yang berdiri dengan tegang di halaman langsung menyambut Kamania dan Ivan."Pa, gimana ceritanya sih?" tanya Kamania sambil mencium punggung tangan Gilang."Kita lapor polisi aja Mas," ujar Rivaldo."Laksmi mengancam akan mencelakai Davina dan si Kembar, Do. Kita tidak bisa bertindak gegabah. Kalau kita salah sedikit saja, anak- anak yang jadi taruhannya. Aku tau, anak- anak bukan anak kecil lagi. Tapi, aku yakin Laksmi pasti juga menyewa orang untuk membantunya. Dia tidak mungkin bekerja sendiri," kata Gilang."Tapi, yang dia minta itu nggak sedikit, dua milyar
KABURDavina dan si kembar menunggu dengan cemas. Betul dugaan Davina, tidak beberapa lama, Laksmi masuk sambil membawakan mereka nasi bungkus.Perlahan dia membuka plester dan ikatan tangan si kembar. Davina mengangguk memberikan kode kepada si kembar. Begitu tangan mereka terbuka ,secepat kilat mereka menelikung tangan Laksmi. Dan membawa Laksmi keluar kamar. Tentu anak buah Laksmi terkejut melihat Laksmi dalam kondisi tidak bisa melawan dengan tangan ditelikung."Kalian minggir, atau bos kalian kami cekik pake tali ini!!"ancam Erlangga. Begitu mereka sampai di pintu gerbang, dengan cepat mereka menghentakkan tubuh Laksmi dan mereka bertiga pun langsung lari sekencang-kencangnya."Kalian tunggu apa?! Ayo cepat kejar mereka bertiga!!" Seru Laksmi kesal.Keempat anak buah Laksmi langsung mengejar Davina dan si kembar. 
DAVINATania langsung menelepon Gilang dan mengatakan bahwa si kembar kembali ke rumah dengan selamat. Gilang langsung memberikan telepon kepada BRIPKA Eko supaya si kembar bisa langsung memberitahukan letak rumah tempat mereka di sekap."Semoga kak Davina selamat ya,ma," kata Kinanti kepada Hesti. Gadis itu sedang memeluk erat sang ibu untuk meredakan ketegangan yang tadi dia rasakan saat mereka kabur. Sementara Erlangga yang kelaparan, langsung menyerbu meja makan. "Lapar, bunda..."ujar Erlangga yang hanya dibalas senyuman Tania."Kita semua panik di sini. Kakakmu sampai bela- belain datang dari Jakarta," kata Hesti. Mereka menonton Erlangga makan dengan nikmat."Kamu nggak dikasi makan sama mereka?"tanya Hesti."Dikasi Ma, tapi mana enak sih. Lagian, kita takut makanannya udah dikasi racun kaya di film-film,"jawab Erlangga."Dia emang makan terus, Ma. Kalau kemarin nggak n
TERTANGKAPAkhirnya, Laksmi dan anak buahnya berhasil diringkus. Laksmi di arikan terlebh dahulu ke rumah sakit, karena kakinya terkena timah panas. Karena kejadiannya di kota Sumedang, maka Davina ditemani Rivaldo dan Gilang ikut terlebih dahulu ke polsek kota Sumedang untuk memberikan laporan. Setelah itu, mereka pun pulang. Ivan yang mengemudikan mobil tersenyum senang , karena akhirnya Davina dan si kembar selamat. "Kalian berani sekali. Kinan dan Erlangga sudah di rumah sekarang. Papa sudah menelepon mamamu juga. Mamamu lega sekali,"kata Rivaldo pada Davina."Terima kasih udah datang tepat waktu ya, pa. Terima kasih juga sudah melapor ke polisi. Mereka itu sebenarnya hanya mengancam saja. Laksmi bukan penjahat profesional. Orang-orang
MASALAH BARUSesampainya di rumah Kamania, suasana sepi. Fahira sedang berada di butik, Arjuna sekolah dan Yoga tentu saja berada di rumah sakit. Namun, Kamania tetap bisa masuk karena membawa kunci cadangan."Sepi, aku pulang aja dulu ya. Nanti sore, aku akan kemari lagi. Nanti jadi fitnah berduaan di rumah," kata Ivan. Kamania tersenyum, Ivan memang pemuda yang baik hati."Iya, ini jangan lupa bawa buat tante Arini," kata Kamania sambil memberikan satu plastik besar oleh- oleh untuk Ivan bawa pulang. Ivan hanya mengangguk sambil meraih plastik berisi makanan untuk keluarganya. Kamania menunggu sampai Ivan berlalu pulang, baru ia masuk rumah. Gadis itu langsung ke kamarnya setelah menyimpan semua makanan di meja makan. Kamania masih merasa lelah untuk menyusun makanan ke dalam lemari dapur. Dan, saat ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia pun langsung terlelap. Sementara itu, Ivan langsun
BUKAN UNTUK MENGEMIS Arini memberikan obat dan vitamin untuk Andrea. Setelah makan dan meminum obatnya, Andrea pun bisa tertidur dengan pulas. Sementara Ivan dan Arini memilih untuk menunggu Barata pulang sambil menonton televisi dan menikmati cemilan- cemilan yang dibawa Ivan."Kamania itu tau aja, kalau ini makanan kesukaan mama,"kata Arini sambil menikmati sebungkus keripik pedas. Ivan hanya tertawa kecil."Kalau nggak dilarang dia borong lebih banyak lagi, Ma,"kata Ivan. Arini hanya tertawa."Ngomong-ngomong, menurut Mama gimana sama Rea?" Arini menghela napas, ia terlebih dahulu meminum segelas air untuk mengurangi rasa pedas di mulutnya."Kita tunggu papa saja. Kalau mama sih, nggak masalah kalau Rea hamil tanpa suami. Lebih baik begitu daripada punya suami bejad kaya Rangga. Oiya, kamu kayanya dari tadi gelisah, trus megangin ponsel terus ada apa?""Nggak Ma, tad
BIKIN MALUSepeninggal Barata dan Ivan, Yudistira menatap Kanaya tajam."Benar itu, Nay?" tanya Yudistira meyakinkan."Betul, Om. Rangga sudah mengakuinya. Bahkan dia pernah bilang, kalau dia memang meniduri Andrea saat Andrea dalam kondisi tidak sadarkan diri. Dan saat itu Rangga tidak memakai pengaman," kata Kanaya. Yudistira keliatan begitu geram, ia mengepalkan tangannya dan menghela napas berulang-ulang. Berusaha untuk menenangkan diri sendiri."Anak itu, benar- benar bikin malu!"seru Yudistira geram."Om akan melakukan apa?""Untuk menikahkan Rangga, keluarga Andrea pasti tidak setuju. Kalau itu tujuan mereka, pasti sudah mereka katakan sejak tadi. Tapi, ini tidak kan. Mereka hanya kemari supaya om tau bagaimana kelakuan anak om. Jika mereka mau, bisa saja mereka melaporkan Rangga pada yang berwajib. Tapi, ini tidak. Baru kali ini om lihat ada keluarga se
EKSTRA PART : AKHIR YANG BAHAGIA Siang itu rumah Kamania di penuhi banyak orang. Semua keluarganya berkumpul, tak ketinggalan juga Arini dan Barata. Tentu saja, mereka berkumpul untuk menghadiri acara akikah putra dan putri Kamania dan Ivan. Ya, mereka mendapatkan anak kembar. Tidak lama setelah menikah. Kamania langsung hamil karena memang mereka tidak menunda untuk memiliki keturunan. Ivan memberi nama Vania Larasati dan Kendra Sadewa. Semua menyambut gembira lahirnya bayi kembar itu. Fahira berulangkali meneteskan air matanya bahagia."Jadinya nggak berebut ya kalau langsung dua begini,"kata Arini sambil menggendong Vania. Fahira yang sedang menggendong Kendra hanya tertawa kecil. "Kita sudah tua ya, Mbak. Sudah punya cucu," sahut Fahira yang disambut dengan tawa semuanya. "Oya, aku ada kabar gembira, Fahira," kata Hesti."Apa? Kabar apa ni? Si kembar?"tanya Fah
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya Kamania Khairani Wijaya binti Gilang Wijaya dengan mas kawin seperangkat alat salat dan emas senilai 25 gram dan uang tunai sebesar delapan puluh juta delapan ratus delapan puluh delapan ribu rupiah di bayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya ananda Kamania Khairani Wijaya dengan mas kawin tersebut di atas tunai.""Bagaimana para saksi, sah?""Saah.....!!!" Kamania tersenyum dan mencium punggung tangan Ivan sebagai tanda baktinya. Lalu Ivan memasangkan cincin di jari manis Kamania. Setelah itu mereka pun sungkem kepada kedua orang tua masing-masing. Gilang sendiri yang menikahkan Kamania sebagai ayah kandung. Tidak butuh waktu yang lama untuk mereka menikah. Sebulan setelah Kamania kembali ke Indonesia, Ivan melamarnya dengan penuh kebanggaan. Dan, Kamania pun menerima dengan restu kedua orang
_5 Tahun kemudian_ Seperti hari yang telah berlalu dan terlewatkan. Pagi ini Fahira terbangun dengan segar. Dan, seperti biasa dia menyiapkan sarapan untuk Yoga dan Arjuna. Arjuna sekarang sudah kuliah. Ia tidak mau jauh-jauh dari kedua orang tuanya. Sementara, Kamania selepas S2 nya selesai ia bekerja di St Mary's Hospital. Dan, hari ini dia akan pulang ke Indonesia. Sesuai janjinya dulu dengan membawa kebanggaan. Beberapa kali Fahira,Yoga dan Arjuna mengunjungi Kamania di London. Bahkan Gilang dan Tania serta anak-anak mereka pun sempat sekali mengunjungi Kamania di sana. Fahira bangga pada putri pertamanya itu. Dia berhasil mendidik Kamania dengan baik. Sehingga bisa seperti sekarang ini."Pesawatnya jam satu siang kan, Ma?"tanya Arjuna sambil memakan roti bakarnya."Iya, kamu mau ikut?""Iya Ma, aku nggak ada kuliah kok hari ini. Biar nanti aku yang bawa mobil. Kita berangkat jam sebelas aja,
Ivan terkejut Kamania mengajaknya bertemu dan makan malam. Padahal seminggu ini dia selalu menghindar. Ivan sendiri merasa serba salah. Ia tidak tau di mana letak kesalahannya sehingga Kamania menghindarinya selama beberapa hari terakhir. Mereka memilih untuk makan di restoran seafood favorit mereka untuk makan malam kali ini. Kamania sudah menelepon sebelumnya untuk reservasi temoat dan memesan beberapa menu makanan. Sehingga, saat mereka datang tidak akan terlalu lama menunggu. "Ada apa sih, Na? Tumben , kamu ajak dinner berdua kayak gini. Trus udah pesen makanan kesukaan aku juga loh,"kata Ivan sambil menikmati makanan yang sudah tersaji di hadapan mereka. Kamania memesan sate kerang, udang goreng tepung, khailan dan tim ikan bawal favorit Ivan. Kamania memang sengaja mengajak Ivan keluar supaya mereka bisa santai bicara berdua. Dalam suasana yang menyenangkan juga.
Sudah beberapa hari ini Fahira melihat Kamania tidak bersemangat. Ia sering kedapatan sering melamun, entah sedang memikirkan apa. Setiap kali jika ia ditanya hanya geleng kepala dan mengatakan bahwa dia tidak apa-apa. Fahira memutuskan untuk mempercayakan Butik sementara kepada Nela, asisten kepercayaannya. Ia merasa harus meluangkan waktu menemani Kamania. Fahira, tau Kamania saat ini pasti sedang memikirkan sesuatu. Dan, Fahira harus mencari tau. Fahira juga sudah membicarakan perihal Kamania kepada Yoga. Termasuk permintaan Kamania untuk meneruskan S2 nya di London."Aku tidak masalah, kalau memang Kamania mau meneruskan kuliahnya di London. Kan ada mas Surya di sana. Lagi pula, universitas di sana bagus. Kau sendiri kan pernah kuliah di sana. Kamania sendiri menghabiskan beberapa tahun dengan tinggal di sana, kan. Tidak akan perlu waktu yang lama untuk dia menyesuaikan diri. Lagi pula, Kamania anak yang pintar."
Akhirnya setelah melewati perjalanan panjang selama beberapa bulan, Andrea pun melahirkan seorang bayi perempuan yang lucu. Andrea menjalani proses melahirkan secara Cesar. Dan bayi yang lahir itu sangat menggemaskan. Wajahnya merupakan perpaduan dari wajah Rangga dan Andrea. Mereka sepakat memberinya nama Aulia Putri Rinjani. Entah mengapa, Andrea menyukai nama itu. Yudistira dan Aryatie yang mendengar berita kelahiran Aulia tentu saja language menyambangi ke rumah sakit. Tangis haru mereka pun pecah. Tidak perlu pembuktian melalui tes DNA melihat wajah bayi lucu itupun mereka percaya bahwa memang itu adalah darah daging Rangga. Rangga yang sedang berada di Kanada pun langsung diberi kabar, dan dia langsung menghubungi melalui panggilan video untuk melihat buah hatinya. Tangisnya pun tak terbendung saat melihat bayi lucu dalam gendongan Aryatie."Titip cium dariku,
Air mata sudah membasahi kedua netra Andrea. Ia merasa terharu dengan pernyataan Rangga. Ruangan tamu itu hening sejenak. Rangga mengeluarkan sesuatu dari sakunya. "Rea,aku membeli ini sudah lama. Sejak kejadian itu, aku tidak berhenti memikirkamu. Jika kamu mau menunggu, tolong pakai cincin ini. Tapi, jika kau tidak mau, buang saja di hadapanku sekarang." Andrea menatap Rangga, mencari kesungguhan di wajah pemuda itu. Perlahan, ia menghela napas, dan meraih cincin yang diberikan oleh Rangga."Aku akan memakai cincin ini. Aku bersedia menunggumu. Tapi, tidak lebih dari tiga tahun. Dalam tiga tahun, kau harus kembali dan membuktikan bahwa kau benar-benar mencintaiku dengan tulus dan sepenuh hatimu. Selama tiga taun, kita tidak perlu bertemu untuk menguji perasaan kita masing- masing. Jika dalam tiga tahun kau tidak kembali. Artinya kau bukan jodohku. Dan aku akan mengembalikan cincin ini kepada kedua orangtuamu sebagai tanda bahwa aku ti
Sejak kejadian mulut - mulut nyinyir ibu- ibu sosialita kompleks yang dibungkam dengan manis oleh Arini, tidak ada lagi yang berani kepo. Terlebih-lebih ibu Sinta dan bu Erpani. Mereka akan menghindar dan merasa malu sendiri jika kebetulan berpapasan dengan Arini. Dan, tak lama setelah itu bu Erpani diam- diam menikahkan anak gadisnya. Dan ternyata, gosipnya sang anak sudah berbadan dua akibat pergaulan bebas. Memang, terkadang banyak orang yang pandai sekali membicarakan keburukan orang lain. Sementara itu, mereka sendiri tidak sadar kalau mereka sama saja buruknya. Gajah di seberang sungai tampak, semut di mata sendiri tidak kelihatan. Pagi itu Kamania sudah berada di rumah Ivan. Rencananya ia akan menemani Andrea ke tempat senam. Saat ia datang, kebetulan Mae sedang menyapu halaman, Kamania pun langsung masuk dan menyapa semuanya."Pagi Om, Tante," sapanya riang."Eh, calon mantu. Selamat p
Lama kelamaan berkat dukungan dan support keluarganya. Andrea berhasil melewati masa sedihnya. Ia mulai bisa menerima kenyataan yang ada. Bahkan ia mulai membuka diri terhadap janin yang saat ini ia kandung. Ia mulai bisa kembali menata hatinya. Tentu saja melihat hal ini Arini dan Barata merasa senang. Mereka merasa lebih tenang saat meninggalkan rumah. Sesekali Kamania datang berkunjung. Ia dan Ivan yang selalu mengantarkan Andrea untuk cek up rutin ke Obgyn. Andrea pun mulai senang saat melihat pergerakan bayinya melalui layar USG. Andrea juga mulai mengikuti senam hamil. Kamanialah yang selalu menemaninya. Sementara Yudistira dan Aryatie terkadang datang menjenguk Andrea. Hanya Rangga saja yang belum bisa bertemu langsung dengan Andrea. Namun, terakhir kali Yudistira datang membawa titipan surat permohonan maaf dari Rangga. Dan, Andrea hanya tersenyum, ia memang tidak berharap terlalu ba