AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (115)"Apa? Arya jatuh di kamar mandi? Kok bisa? Kamu dari mana tahu?" tanya Bu Hasnah dengan nada kaget dan tak percaya."Tadi Mira ke rumah Ibu, tapi Ibu nggak ada jadi Mira ke kontrakan Mas Arya, eh pas masuk lihat Mas Arya sudah terkapar di kamar mandi. Mira cepat cepat minta ambulans datang terus bawa Mas Arya ke rumah sakit.""Ibu cepat ke sini ya, di rumah sakit umum. Mira takut soalnya Mas Arya belum sadar juga dari tadi, Bu," sahut Mira lagi.Bu Hasnah pun mengiyakan lalu setelah itu buru buru menyetop taksi yang kebetulan lewat dan minta diantarkan menuju rumah sakit yang dikatakan oleh Mira, tanpa menyadari kalau di belakangnya, tanpa diketahui oleh Bu Hasnah, diam diam Sri mendengar pembicaraan antara dirinya dengan Mira di telepon dan mengernyit kaget mendengar berita buruk soal Arya tersebut. Arya pingsan dan tak sadarkan diri karena jatuh di kamar mandi lalu sekarang sulit untuk diajak bicara? Ah, apa jangan-jangan ... Arya terkena seran
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS? (116)Setelah turun dari taksi, Bu Hasnah buru buru masuk ke dalam gedung rumah sakit dan menuju ruangan yang dikatakan oleh Mira, yakni ruangan ICU tempat Arya sedang dirawat saat ini.Mendapati kenyataan tu, Bu Hasnah baru sadar kalau keadaan Arya sepertinya memang benar benar mengkhawatirkan.Begitu dia datang, putrinya langsung memeluknya erat-erat dan menangis."Mas Arya, Bu ... kata dokter Mas Arya terkena serangan jantung dan sekarang koma. Gimana ini, Bu? Mbak Sri mana? Apa sudah dihubungi? Mira nggak sempat tadi, Bu," ujar Mira yang tak tahu kalau di antara Sri dan Arya sedang terjadi masalah besar dan kemungkinan akan bercerai. Mendengar pertanyaan Mira tersebut, Bu Hasnah mengibaskan tangannya."Jangan sebut sebut nama perempuan itu lagi! Dia bukan kakak ipar kamu lagi! Dialah yang sudah membuat Arya jadi begini! Gara gara perempuan s*alan itu Arya jadi sedih dan akhirnya mengalami musibah ini! Dasar perempuan nggak punya perasaan! Awas saja
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (117)SESION 3Sri tersenyum saat akhirnya surat cerai dirinya dengan Arya tiba juga di tangan. Senyumnya terkembang. Akhirnya setelah drama mertua yang sempat marah dan mendatangi nya kemarin, perceraian dirinya dengan Arya berlangsung dengan lancar juga.Bukan hanya lancar tetapi akibat musibah yang dialami Arya sekarang ini, laki laki itu tak bisa lagi mendatangi dan merayunya seperti yang sebelumnya dilakukan oleh laki laki itu sehingga sidang gugatan perceraian yang ia mohonkan ke pengadilan agama pun bisa selesai juga tanpa hambatan yang berarti karena Arya tak bisa hadir ke persidangan."Hayo ... Mbak, ada apa dari tadi senyum senyum sendiri? Sudah selesai ya sidang perceraiannya? Udah terima akta cerai nya?" tanya Denny, adiknya yang baru saja masuk ke dalam kontrakan.Sri tersenyum lalu menganggukkan kepalanya."Alhamdulillah, sudah, Den. Ya, mungkin karena Mas Arya nggak bisa hadir di persidangan makanya pengadilan agama tak memerlukan waktu l
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (118)"B-bu ... ma - ma - ka-n ... "Susah payah Arya berusaha membuka mulutnya supaya sang ibu yang tengah memasak di dapur mendengar ucapannya.Arya mengulangi kembali perkataannya hingga kemudian Bu Hasnah mendengar. Diletakkannya sayur bayam yang hendak dimasak lalu mendekati putranya yang sedang berusaha bicara dengan sekuat tenaga itu."Apa, Ya? Kamu mau minta apa?" tanya Bu Hasnah dengan sabar meski sejujurnya dia merasa capek juga menghadapi Arya yang sudah tiga bulan ini dilanda sakit."Ma - ma - ka -n ...." ujar Arya sekali lagi.Bu Hasnah menghembuskan nafasnya lalu setelah itu mengusap bahu Arya."Sabar ya, Ibu sedang memasak sayur bayam kesukaan kamu. Sebentar lagi matang. Kamu duduk dulu di sini biar Ibu bisa segera menghidangkannya buat kamu ya," ujar Bu Hasnah sambil merapikan pakaian yang dikenakan Arya.Arya menganggukkan kepalanya dengan gerakan susah payah. Laki laki itu merasa sedih sebab sudah membuat ibunya repot harus mengurus di
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (119)Usai makan, mandi dan merapikan pakaiannya, Arya dan Bu Hasnah bersiap siap menyambut kedatangan Suster Hamidah yang pagi ini jadwalnya akan kembali melakukan terapi pada Arya.Tak lama dari luar rumah terdengar sapaan gadis itu sembari mengetuk pintu."Assalamualaikum ... ." "Wa'alaikum salam ...," jawab Bu Hasnah dengan gembira sembari membukakan pintu untuk gadis cantik itu."Eh, ada suster Hamidah. Ayo silahkan masuk, Sus. Udah ditungguin lho dari tadi," ucap Bu Hasnah menyambut kedatangan terapis putranya itu."Selamat pagi, Bu Hasnah ... Mas Arya. Maaf terlambat ... barusan macet di jalan. Gimana kabarnya? Udah enakan hari ini? Hari ini kita mulai lagi terapinya ya, Mas ... ""Oh ya, Bu Hasnah, obat untuk Mas Arya udah diminum? Sarapan udah? Kalau sudah, saya mau mulai terapi bicara, biar Mas Arya bisa kembali bicara dengan baik seperti dulu lagi ya, Bu?" ujar Suster Hamidah dengan nada ramah pada Bu Hasnah.Bu Hasnah menganggukkan kepalany
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (120)"Nama ... saya .... Arya ...." ucap Suster Hamidah dengan sabar, mengajari Arya untuk belajar bicara."Na - ma ... sa - ya ... Ar - Ar - ya ...," ulang Arya mengikuti kata kata Suster Hamidah yang memintanya untuk mengeja namanya.Meski susah rasanya membuka mulutnya seperti dulu, tapi berkat dukungan dan dorongan dari Suster Hamidah serta dorongan semangat dalam hatinya sendiri untuk bisa sembuh kembali, Arya pun mampu mengikuti instruksi Suster Hamidah dengan baik."Bagus Mas Arya. Kamu sudah bisa bicara dengan lebih baik dari pada kemarin. Semangat terus ya, Mas ""Sekarang coba Mas Arya angkat tangannya sambil bilang gini ... aku ingin sembuh ... aku ingin sembuh. Gitu terus coba, Mas. Saya mau dengar semangat Mas Arya untuk sembuh lagi," sambung Suster Hamidah dengan telaten.Arya pun menganggukkan kepalanya lalu kembali mencoba mengangkat tangannya ke udara sambil meneriakkan kata 'saya ingin sembuh' berulang kali hingga akhirnya Arya pun m
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (121)"Sus - sus - ter - akan - menikah?" Arya bertanya dengan suara terbata bata. Rasa kecewa yang begitu dalam, dalam hatinya membuat ingin rasanya dia menangis. Ia pun mengusap sudut matanya yang meneteskan bening walau hanya setitik.Sementara itu, mendengar pertanyaan darinya, masih dengan bibir tersenyum, Suster Hamidah menganggukkan kepalanya."Iya, Mas ... Mas Arya bisa hadir kan? Hadir ya, Mas ... untuk penyemangat saya karena dari sekian banyak pasien, cuma Mas Arya pasien saya yang dalam jangka waktu tidak terlalu lama bisa sembuh kembali setelah saya bantu terapi untuk sembuh.""Kehadiran Mas Arya sangat berarti bagi saya. Hadir ya, Mas ... saya undang langsung Mas buat hadir ...," tutur Suster Hamidah lagi dengan gembira.Namun, hati Arya yang hancur dan remuk redam membuat dia tak bisa berkata apa apa lagi dan hanya bisa tertunduk sedih dengan air mata yang tak bisa ditahan lagi, meleleh turun membasahi pipi.Hal itu membuat sontak Bu Hasn
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (122)"A - apa? Kamu semangat sembuh karena Suster?""Apa - kamu - kamu - suka - sama - Suster - Ya?" Bu Hasnah bertanya dengan suara terbata seolah tak percaya.Arya makin tergugu ditanya seperti itu. Bahunya turun naik menahan sedih yang melanda hatinya.Ekspresinya itu membuat Suster Hamidah yang sedari tadi diam saja melihat adegan di depannya, mendadak shock dan gemetaran mendapatkan situasi yang tidak dia sangka sangka terjadi di depan matanya itu.Ternyata Arya semangat untuk sembuh karena dirinya, kehadirannya, bukan karena keinginannya sendiri. Bila dia tak ada di sisi pasiennya itu, kemungkinan besar Arya akan kembali putus asa dan enggan untuk menyembuhkan dirinya kembali. Lalu apa yang harus dia lakukan karena tak mungkin juga dirinya akan membatalkan rencana pernikahan yang sudah disusun dan sudah di depan mata?Tapi kalau membiarkan Arya kembali terpuruk, dia juga tak tega. Suster Hamidah pun kebingungan sendiri."Suster, Suster Hamidah de
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (132)Menyadari dirinya telah keceplosan bicara, Bu Wati pun buru buru meralat ucapannya supaya Bu Hasnah tak sadar jika putrinya sebenarnya memang telah berbadan dua."Eh, maaf ... salah ngomong. Maksudnya bukan hamil tapi biar cepat hamil, Hasnah. Maklum pengantin baru. Makanya harus banyak makan, biar rahimnya subur. Soalnya aku udah nggak sabar lagi pengen gendong cucu. Kamu juga kan, Hasnah?" ujar Bu Wati buru buru meralat ucapannya.Mendengar perkataan besannya itu, Bu Hasnah pun tersenyum lega dan gembira. Syukurlah, ternyata Hamidah bukannya sedang hamil melainkan berharap supaya bisa cepat hamil. Kalau begitu, dia pun tak keberatan karena sudah lama memang dia menginginkan kehadiran seorang cucu lagi dari Arya, sebab sekarang Via, putri Ana, mantan istri pertama Arya sudah sulit ia temui karena kesibukan cucunya tersebut sekolah. Belum lagi dia pun sibuk mengurus Arya yang sedang sakit.Bu Hasnah pun menganggukkan kepalanya dengan rona gembira.
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (131)"Bagaimana anak saya, Dok? Apa masih bisa diselamatkan?" tanya Bu Hasnah dengan perasaan sedih luar biasa saat melihat pria berseragam putih keluar dari ruang operasi di mana Arya beberapa saat yang lalu dibawa masuk untuk ditangani.Sudah sejak malam tadi sejak mendapatkan kabar kalau anak laki lakinya itu masuk rumah sakit akibat tertabrak mobil entah karena sebab apa, Bu Hasnah terus menerus menangis hingga sembab air mukanya.Dia tak bisa menyalahkan Bu Wati dan Hamidah yang telah membiarkan Arya berkeliaran di luar rumah di malam pengantin mereka sebab alasan Bu Wati, Arya tak bisa dilarang dan dicegah meski hari sudah malam saat hendak membeli sesuatu barang keperluannya. Itulah yang telah membuat kecelakaan tersebut bisa sampai terjadi.Dan Bu Hasnah pun terpaksa percaya begitu saja sebab sejauh ini dia memang tak tahu apa yang sebenarnya betul betul terjadi di rumah besannya tersebut malam tadi hingga akhirnya putranya itu harus mengalami t
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (130)Berpikir begitu, Bu Wati pun buru buru masuk kamar mandi dan berbisik di telinga putrinya."Midah, apa ... apa kamu hamil? Apa ... apa kamu dan Afandi sudah melakukan hal terlarang sebelum dia meninggal dunia dan kamu menikah dengan Arya? Kalau iya, kamu harus berdamai dengan Arya, Midah. Kamu nggak boleh menolak kehadirannya karena itu konyol namanya. Kamu butuh suami dan bapak untuk anak kamu, Midah! Ayok ikut Ibu ke kamar sekarang juga. Kita harus membicarakan ini sebelum kamu membuat keputusan yang salah dan membuat Arya pergi meninggalkan kamu!""Sebab kalau itu terjadi maka kemungkinan besar, anak kamu akan lahir tanpa bapak. Apa kamu mau hal Itu terjadi, Midah?" ucap Bu Wati yang tiba tiba merasa takut kalau Arya yang justru tak mau lagi dengan putrinya itu bila tahu putrinya itu ternyata sudah hamil sebelum menikah dengannya.Dia tak mau Hamidah hamil dan melahirkan tanpa suami. Dia tidak mau nama baiknya tercoreng. Itu sebabnya dia harus b
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (129)"Tok! Tok!Tok!"Sedang keduanya bertengkar, dari arah luar kamar terdengar ketukan pintu lumayan keras diiringi suara Bu Wati yang memanggil keras keduanya."Midah ... Arya, ada apa? Buka pintunya!" seru Bu Wati dari luar kamar.Hamidah memandang Arya sejenak seolah meminta pertimbangan, tapi tak lama kemudian karena Arya hanya diam saja tanpa reaksi, Hamidah pun buru buru membuka pintu dengan segera.Segera setelah dia membuka pintu, Bu Wati pun masuk dan menyerbu dengan tanya."Kamu kenapa Midah? Kok teriak teriak tadi? Apa Arya ganggu kamu?""Heh, Arya! Ibu kan sudah bilang, perkawinan kalian hanya sandiwara di atas kertas saja karena Ibu sudah minta tolong sama Ibu kamu untuk bisa menyelamatkan pernikahan putri Ibu yang terancam gagal karena Afandi meninggal dunia dan Ibu kamu sudah setuju!""Lantas sekarang kenapa Hamidah teriak teriak seperti tadi? Apa jangan jangan kamu ganggu dia ya? Kamu kan sudah janji kemarin nggak akan ganggu Hamidah!
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (128)"Lepaskan, Mas! Jangan sentuh aku! Apa kamu lupa perjanjian kita kemarin yang menyatakan kalau pernikahan kita hanya pernikahan pura pura di atas kertas saja dan di antara kita tak akan pernah ada malam pertama karena pernikahan kita bukan pernikahan sungguhan!" ujar Suster Hamidah sembari menepis keras tangan Arya yang berusaha menarik tubuhnya dan membuka pakaiannya.Namun, Arya hanya menyeringai lebar."Pernikahan kita bukan sungguhan? Midah, pernikahan kita tercatat sah di kantor urusan agama! Ijab qobul yang kita lakukan juga sah di mata agama. Kamu sekarang istriku! Sah di mata negara dan agama! Lalu kenapa kamu bilang pernikahan kita tidak sungguhan dan kamu menolak aku sentuh? Kamu mau masuk penjara karena sudah mempermainkan pernikahan? Kamu juga mau masuk neraka dan dilaknat malaikat karena menolak ajakan suami untuk memenuhi kewajiban kamu sebagai seorang istri? Iya?" Arya terlihat tak terima dengan penolakan Hamidah.Hamidah menggeleng
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (127)"Saya terima nikah dan kawinnya Hamidah binti Kusnadi dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai.""Sah.""Sah.""Sah "Semua hadirin yang hadir mengucapkan syukur setelah Arya selesai mengucapkan ijab qobul atas istri barunya, Suster Hamidah.Usai Arya mengucapkan penerimaan nikahnya, Suster Hamidah mengangkat wajahnya lalu dengan gerakan kaku karena tak menyangka bila dirinya akan dinikahkan paksa dengan Arya yang baru saja sembuh dari stroke yang diderita, mengangkat telapak tangan lalu mencium punggung tangan Arya yang sekarang telah menjadi suami sah nya itu dengan gerakan lunglai.Sungguh, meski dia tak membenci Arya, tapi dia sama sekali tak mencintai laki laki yang sekarang menjadi suaminya itu. Dia menganggap Arya hanyalah salah satu pasien yang harus dia terapi supaya segera sembuh dari sakitnya.Tapi ternyata, hari ini laki laki itu telah menghalalkan dirinya sebagai seorang istri. Arya akan mendampingi hidupnya hingga maut m
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (126)"Baiklah, Hasnah ... kalau begitu sesuai dengan rencana kami semula yakni hendak menikahkan Hamidah dengan almarhum Afandi pada tiga hari lagi, itu menjadi tanggal pernikahan Hamidah dengan Arya.""Benar kata kamu, aku harus menyelamatkan keluargaku dengan menikahkan putramu dengan putriku. Selain demi meminimalisir kerugian akibat gagal pesta setelah Afandi meninggal dunia, aku juga ingin menunaikan cita cita kita dulu yang hendak menjodohkan Hamidah dengan putramu.""Jadi tiga hari lagi kita nikahkan mereka ya, Hasnah! Kamu mau ngasih mahar apa untuk putriku? Kemarin rencananya Afandi mau memberi mahar sebuah mobil mewah dan perhiasan sebanyak seratus gram. Kalau kamu apa?" lanjut Bu Wati sembari menatap penuh harap wajah sahabat masa SMA nya itu.Namun, mendengar perkataan Bu Wati, Bu Hasnah melotot lebar. Merasa kaget dan shock ditanya soal mahar, apalagi dibandingkan dengan mahar yang seyogyanya akan diberikan oleh almarhum dokter Afandi pada
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (125)"Wati, apa kamu nggak malu kalau pesta pernikahan putri kamu terpaksa dibatalkan? Kamu bisa rugi besar lho kalau pesta putri kamu benar benar dibatalkan.""Saya aja nggak nyangka kalau Suster Hamidah itu ternyata adalah putri kamu. Aku pikir siapa. Kamu ingat nggak, dulu waktu kita masih SMA, kita pernah bercita cita ingin menjodohkan putra dan putri kita supaya mereka meneruskan persahabatan kita? Tapi apa daya aku kehilangan jejak kamu dan Arya pun kemudian menikah dengan gadis pilihannya, Ana.""Tapi sekarang pernikahan mereka sudah berakhir. Dan status Arya sekarang ini adalah duda. Jadi, tunggu apalagi, Wati? Sekarang lah saatnya kita jodohkan mereka kembali demi memenuhi niat baik kita dulu?""Arya dulu bekerja sebagai seorang ASN, Wati Tapi apa daya sekarang sudah diberhentikan.""Sekarang ini Arya sedang sakit. Tapi dia jadi semangat sembuh kembali setelah bertemu dengan anak kamu, Hamidah. Sayang, Hamidah ternyata hendak menikah hingga me
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (124) "Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un ... ." "Kamu yang sabar ya, Midah. Kami sudah berusaha, tapi Tuhan berkehendak lain. Nyawa calon suami kamu nggak bisa diselamatkan lagi. Kami turut prihatin, Midah ...," ucap rekan rekan sejawatnya yang begitu mendengar kabar kecelakaan calon suaminya, langsung gegas berkumpul di ruang ICU rumah sakit untuk memantau kondisi kesehatannya dan melakukan tindakan penyelamatan terhadap dokter muda yang merupakan calon suami Suster Hamidah tersebut, salah seorang suster di rumah sakit swasta ini. Hamidah mengusap air matanya lalu menatap nanar wajah calon suaminya yang telah terbujur kaku di atas brankar dengan ditutupi kain panjang. "Midah, kamu yang tabah ya, Nak. Semua ini sudah takdir Yang Maha Kuasa ...," tutur Ibunya pula sembari mengelus pelan pundak Hamidah. Sementara di sampingnya, calon mertua tampak meratap pilu menangisi kepergian putra mereka. Hamidah berkali-kali menghembuskan nafasnya demi mengurai s