๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถ
ใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ
Kaline menatap Pangeran Cliftone tajam. Ia tak peduli manik merah menyala milik lawannya itu membalas tak kalah tajam. Setelah pertemuan mereka, Pangeran Cliftone langsung membawa Kaline menuju gubuk kecil yang tampak tua.
โBeraninya kau membangun tempat persembunyian di wilayahku,โ ucap Kaline penuh penekanan. Bagaimana bisa gubuk ini lolos dari pengawasan para penjaga perbatasan? Jika terus dibiarkan, vampir ini bisa saja masuk ke istana tanpa ketahuan.
Pangeran Cliftone tersenyum sinis, tampak sama sekali tak merasa bersalah atas tindakannya. โAndai kau tahu hal kotor yang orang kalian lakukan di wilayahku, Putri. Kau harus berkunjung ke penjara Voalire lain kali.โ
Kaline terdiam. Ia telah mendengar isu ini sejak lama. Setiap kerajaan memata-matai kerajaan lainnya, membangun tempat persembunyian di wilayah mereka, mengirimkan mata-mata, hingga mencari kaki tangan. Politik gelap memang sudah berlangsung sejak lama dan tidak ada yang bisa menghentikannya, bahkan seorang raja sekali pun.
โApa yang kau lakukan di sini, Pangeran?โ tanya Kaline pada akhirnya, meninggalkan pembicaraan tak bersahabat mereka sebelumnya.
โBukankah kau yang mengajakku bertemu sebelumnya, Putri?โ tanya Pangeran Cliftone balik.
โTapi kau berkata kita akan bertemu di Danau Sane, bukan?โ
Pangeran Cliftone mengangguk. Ia memainkan pisau lipat yang tadinya tersembunyi di salah satu saku celananya. โAku hanya ingin mengetes seberapa seriusnya ucapanmu. Tak kusangka kau cukup berani, Putri. Asal kau tahu, kami mempunyai banyak hewan buas di perbatasan. Kau mungkin hanya tinggal tulang belulang jika kau benar-benar melewatinya,โ sindir Pangeran Cliftone. Pria itu tak menyangka penerus Eargard akan seceroboh ini.
โKarena aku sudah lolos dalam tes itu, bolehkah aku berbicara sekarang?โ tanya Kaline jengkel. Pria itu benar-benar menipunya. Narin benar, vampir adalah yang terburuk.
Pria yang duduk di atas kursi kayu yang goyah itu terkekeh pelan. Ia menyimpan pisau lipatnya dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Kaline hanya bisa menatapnya sinis. Kesombongan bangsa vampir memang tak bisa memudar bahkan jika mereka tengah memijak tanah lain. โSayangnya prinsipku tetap sama, Putri. Aku hanya berbicara jika kau memberiku keuntungan,โ ucapnya dengan angkuh.
Kaline menghela napasnya. Pria yang ada di hadapannya ini memang menyebalkan. โBaiklah, apa yang kau mau sebagai imbalannya?โ
Jemari Pangeran Cliftone mengetuk-ngetuk gagang kursi kayu yang ia duduki beberapa kali, bermaksud untuk memperlambat percakapan mereka. Pria itu sepertinya amat senang membuat putri di hadapannya kesal.
โAku akan mempertimbangkan harganya setelah kau mengatakan apa yang kau inginkan dariku,โ ucap pria itu pada akhirnya.
โBaiklah.โ Kaline menyetujui tanpa pikir panjang. Ia yang sedari tadi berdiri itu mengambil tempat di salah satu kursi kayu yang tak terlalu jauh dari tempatnya berdiri. โAku hanya ingin jawabanmu dengan jujur.โ
โAku tidak pernah bermasalah dengan kejujuran,โ sahut Pangeran Cliftone dengan ringan.
Kaline membenarkan posisi duduknya, ia menatap manik merah menyala milik Pangeran Cliftone dengan serius. โApa kau berasal dari dunia lain?โ tanyanya dengan suara berbisik.
Pangeran Cliftone mengerutkan dahinya. โApa kau sedang membuat lelucon sekarang?โ tanyanya balik dengan sinis.
โCk! Jawab saja pertanyaanku,โ seru Kaline kesal.
โYa ... aku sebelumnya dari dunia lain,โ jawab Pangeran Cliftone. Pandangannya menerawang jauh pada masa lalu yang sekarang sudah tampak samar di ingatannya.
Mata abu-abu Kaline membulat. โBenarkah? Apa kau berasal dari bumi?โ tanyanya penuh semangat.
โBumi? Aku tak pernah mendengar kerajaan dengan nama bumi.โ Ia memandang Kaline. โAku dulu adalah salah satu rakyat Netart sebelum mati dan menjadi vampir. Kau seharusnya tahu kalau kerajaan itu sudah runtuh 5 tahun yang lalu.โ
โTapi bukan itu yang kumaksud!โ raut penuh semangat yang tadi sempat terpatri di wajah Kaline kini runtuh, terganti dengan ekspresi kecewa sekaligus frustasi. โSeperti kau berada di dunia lain, dengan teknologi maju seperti ponsel, mobil, pesawat ....โ
โSayang sekali Eargard mempunyai penerus yang gila,โ gumam Pangeran Cliftone. Ia menatap Kaline yang sedang menyebutkan kata yang tak pernah ia dengar sebelumnya. Rumor yang mengatakan Putri Kaline adalah sosok yang anggun, cerdas, dan bijak ternyata hanya omong kosong. Gadis itu gila.
โDengar, Putri. Aku tidak pernah mendengar ponsel, pesawat atau apapun itu jadi aku tidak mungkin berasal dari dunia lain yang kau maksud.โ
Kaline membuang napasnya kasar. Bahunya yang tadi tampak tegak dan bersemangat kini terlihat sebaliknya. Pria ini tidak tahu apa-apa, yang berarti dia tidak punya sedikitpun petunjuk tentang dunia yang ia tempati sekarang. Kemungkinan untuk kembali ke bumi semakin mengecil.
โMohon maaf aku mengganggu kekecewaanmu, Putri. Namun bukankah ini saatnya aku menerima bayaran ku?โ ucap Pangeran Cliftone. Ia tak peduli melihat Kaline yang tampak amat kecewa sekarang. Ia hanya ingin waktu yang dihabiskannya terbayar.
โBaiklah.โ Kaline mengangkat kepalanya. โApa yang kau mau?โ
โAku tidak akan meminta sesuatu yang sulit. Akan aku antarkan kau kembali ke istana, Putri.โ Pria itu berdiri, kembali mengenakan jubahnya yang ia sampirkan pada kayu.
Sedangkan Kaline mematung. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali berusaha mencerna apa maksud ucapan Pangeran Cliftone. โApa kau yakin, Pangeran? Itu tidak terdengar seperti bayaran bagiku.โ
โCal.โ
โHuh?โ Kaline semakin bingung.
Pria yang kini sudah berada di ambang pintu itu berbalik. โPanggil saja aku Cal kecuali dalam pertemuan formal dan ya, bagiku ini bayaran yang cukup. Jadi tunggu apa lagi? Ayo kita pergi sebelum hujan kembali turun!โ
Pangeran Cliftone pergi bersama dengan bayangannya. Kaline menyusul tak berselang lama. Ia berjalan dengan tatapan kosong. Pikirannya sibuk menerka apa yang direncanakan vampir itu sekarang. Mereka amat licik, pasti ada sesuatu dibaliknya.
โHey, apa yang kau lakukan?โ gerakan Kaline yang hendak menaiki kudanya terhenti tatkala Pangeran Cliftone berteriak.
โAda apa?โ
โKemari, kita akan kembali dengan kudaku,โ jawabnya sambil melembaikan tangan.
Kaline menggeleng tidak setuju. โAku tidak akan meninggalkan kuda ini.โ
Pangeran Cliftone berdecak. โKuda itu jauh lebih pintar daripada dirimu, Putri. Ia bisa kembali dengan sendirinya.โ
Kaline membelalakkan mata tak percaya mendengar perkataan yang baru saja didengarnya. โApa kau mengataiku bodoh?โ
โTentu saja. Cepatlah ayo naik! Para penjaga akan tiba di sini tak lama lagi.โ
Gadis itu tentu tidak mempunyai pilihan lain. Dengan pasrah, ia menerima uluran tangan Pangeran Cliftone dan menaiki kuda gagah hitam miliknya.
โAku bertanya-tanya mengapa kau sangat hafal jalan melewati hutan ini, Pangeran. Kau bahkan tidak membutuhkan peta,โ ucapan Kaline terdengar amat tajam. Bagaimana bisa Pangeran dari kerajaan lain mengetahui seluk-beluk negerinya dengan amat detail?
โSudah kukatakan untuk memanggilku Cal sebelumnya, Putri.โ Pangeran Cliftone terus memacu kudanya dengan kecepatan sedang. Tangan kirinya memegang pinggang Kaline yang duduk di depannya agar tidak terjatuh.
โApa kau memata-matai kerjaanku?โ tanyanya.
โApa seorang pencuri akan mengakui kalau ia adalah pencuri, Putri?โ
Kaline memutarkan matanya jengah. Bagaimana bisa ada orang yang sangat menyebalkan seperti ini? Jika sifat Cal yang ia kenal di kehidupan sebelumnya persis seperti ini, pantas saja ia tidak mempunyai teman.
โKau tahu Eargard adalah kerajaan terkuat saat ini, bukan? Jika kau mencari masalah, aku bersumpah akan meruntuhkan kerajaanmu, Cal,โ ancam Kaline yang sama sekali tidak dipedulikan pria itu. Ia hanya menganggap ucapkan Kaline sebagai angin yang berlalu begitu saja.
Setelah beberapa menit, Kaline tersadar jika jalan yang mereka lalui berbeda. Di ujung sana, Kaline bisa melihat lampu-lampu lampion yang menggantung pada pondok-pondok kecil serta beberapa perapian. Kaline juga sayup-sayup mendengar hiruk-pikuk keramaian di depan sana.
Jangan bilang .... โApa ini rencanamu?โ
Pangeran Cliftone mendengus. โTidak kusangka kau sangat mudah dibodohi, Putri.โ
Tepat saat itu, kuda yang mereka naiki keluar dari area hutan. Beberapa penduduk yang sedang berbincang memutari perapian menatap mereka kebingungan. Para pedagang yang sedang merapikan keretanya berhenti. Pun dengan alunan musik yang meramaikan itu hilang seketika.
โBu-bukankah itu Putri Kaline?โ bisik-bisik terus terdengar, menciptakan suasana canggung yang teramat.
Rumor. Pangeran Cliftone memanfaatkannya untuk menciptakan rumor. Orang-orang pasti mengira mereka ada hubungan spesial tatkala melihat keduanya keluar dari hutan di malam hari dengan satu kuda. Dengan begitu, ia akan mendapatkan poin plus bahkan sebelum sayembaranya dimulai.
Vampir itu benar-benar licik.
ยปโโโโโโโโโโโ ๐ ๐ช๐ฃ๐๐ช๐ฃ๐๐ ๐๐ฃ๐จ๐ฉ๐๐๐ง๐๐ข @๐๐ช๐จ๐ ๐ค๐๐๐ฎ๐ ๐ช๐ฃ๐ฉ๐ช๐ ๐ข๐๐ก๐๐๐๐ฉ ๐๐๐ฉ๐๐๐ก ๐๐๐ง๐๐ฉ๐
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถ ใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ Rumor hubungan spesial antara Putri Kaline dan Pangeran Cliftone menyebar dengan cepat. Seluruh penjuru negeri sudah mengetahui rumor tersebut hanya dalam satu malam. Banyak rakyat yang tidak setuju dan meminta penjelasan dari pihak kerajaan. Beberapa bahkan setia menunggu di depan istana sedari malam. โJawab aku, Putri. Apa kau benar berhubungan dengan Pangeran Cliftone?โ tanya Raja El sekali lagi dengan suara datar yang terdengar amat dalam. Kaline menundukkan kepalanya gelisah. Ruangan raja yang dikelilingi dengan rak buku itu tak ia sangka dapat menjadi amat menakutkan. Ratu Faline yang berdiri di samping kursi raja itu mengelus pundak suaminya perlahan, berusaha membuatnya tenang. โKau tahu ap
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถ ใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ Udara dingin yang menusuk kulit tak mengurangi antusiasme rakyat dari empat kerajaan besar terutama Eargard. Lampion serta obor di jalan dinyalakan dengan terang, menghiasi jalanan Eargard yang sudah mulai gelap. Gerbang istana yang biasanya ditutup dengan rapat kini terbuka dengan lebar, mempersilakan semua kalangan masuk tanpa memandang kasta. Para bangsawan dengan kereta kuda serta setelan yang tampak anggun membentuk kelompok-kelompok kecil berdasarkan kasta sosial. Berbincang-bincang sekaligus mencari celah untuk merendahkan satu sama lain. Beberapa dari mereka turut memperhatikan rakyat biasa yang tampak histeris melihat keindahan bangunan istana dengan tatapan risih. โAku tak percaya pihak istana turut mengundang rakyat bawahan itu,โ bisik salah satuny
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถ ใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ Beberapa jam sebelumnya .... Aula utama istana terasa amat sesak. Ratusan bangasawan dengan gaun-gaun mengembang menari bersama mengikuti irama lagu yang dibawakan sekelompok musikan ternama di atas panggung kecil. Para pelayan sibuk mondar-mandir membawa gelas-gelas anggur yang sudah habis. Sebagian lain yang sudah terlalu mabuk untuk menari memilih berbincang ringan membentuk kelompok-kelompok kecil. Kaline yang masih terjebak di atas balkon itu terus menatap balkon yang ada di seberangnya. Wajah familiar yang fokus memperhatikan tamu undangan yang menari itu tak sekalipun menoleh pada gadis itu. Membuat manik abu-abunya terlihat suram. โKau menyukai vampir itu, bukan?โ Ratu Faline yang duduk di sampingnya tiba-tiba b
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถ ใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ โPutri ....โ Sudah satu jam terakhir Kaline terus menangis sembari menatap ke luar jendela yang gelap tanpa cahaya selain bintang dan bulan yang bersinar tak terlalu terang. Narin hanya bisa memandangi Kaline yang sudah ia dampingi saat ia menginjak usia 18 tahun itu dengan nanar. Seingatnya, Kaline hanya pernah menangis dua kali. Pertama saat ia terjatuh dari kuda lima tahun yang lalu, dan sekarang yang entah disebabkan karena apa. โApa Pangeran dari Elavrine menyampaikan sesuatu yang buruk pada Anda, Putri?โ Narin kembali menebak dengan suara rendah. Ia sempat mendengar desas-desus dari pelayan yang mengurus pesta dari malam jika Putri Kaline dan Pangeran dari Elavrine terlihat sangat akrab. Bahkan mereka sempat berdansa bersama.
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถ ใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ Hari pertama sayembara telah dimulai. 4 buah kereta kuda dengan corak emas dengan bendera yang berbeda warna di depannya sebagai penanda setiap kerajaan telah tersusun rapi di depan pintu utama istana. Para prajurit dari setiap kerajaan telah bersiap mengelilingi setiap kereta dengan kuda gagah mereka. Burung-burung yang berkicau setiap pagi hari masih terdengar, namun ketiga pangeran dan seorang putri telah duduk dengan manis di dalam kereta masing-masing. Kaline memperhatikan kereta dari Kerajaan Lyvora yang berada tepat di samping miliknya. Kereta itu paling unik karena tidak ada kuda yang mendorongnya, melainkan kilauan emas yang terlihat seperti percikan api yang membuatnya dapat melayang meski tanpa roda dan berjalan tanpa bantuan k
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถ ใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ Hutan Hidni tampak lebih terawat dari dugaannya. Kuda dengan salah satu kaki terikat kain coklat yang menandakan milik Kerajaan Elavrine itu terus memacu dengan kecepatan sedang, menyusuri semak belukar yang tak terlalu banyak. Cahaya matahari yang tak berhasil menembus ranting serta dedaunan pohon-pohon yang berdiri dengan tegak, membuat penerangan hutan terlihat remang-remang. Aknan, tanaman langka yang hanya ditemukan di hutan terdalam Hidni. Tanaman itu amat terkenal bahkan sangat sering disebut oleh salah satu profesor di akademi kesehatan. Menurut rumor yang beredar, Aknan adalah rahasia stamina prajurit Eargard yang amat baik meski notabenya mereka hanya manusia biasa. Bentuknya seperti ilalang liar. Sangat sulit menemukan tanaman itu karena Aknan sering berkamuflase bersama tumpukan
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถ ใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ โApa kau menyukai teh?โ Alis Pangeran Antheo menyatu. Matanya yang berwarna hijau terang menangkap setangkai tanaman dengan daun yang berubah menjadi warna merah setiap kali terkena cahaya di tangan kiri Pangeran Cliftone. Bukankah itu Aknan? โBukankah semua orang menyukai teh, Pangeran?โ jawab Pangeran Antheo dengan tenang. Di dalam hatinya, ia bertanya keras bagaimana bisa rivalnya itu menemukan Aknan meski yang ia lakukan hanyalah duduk santai di bawah pohon. Pangeran Cliftone menggelengkan kepalanya ringan. โVampir tidak memakan atau meminum apapun selain darah. Jadi mustahil jika aku menyukai teh.โ
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถ ใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ Hujan lebat di hari-hari memasuki musim dingin adalah hal yang biasa. Malam ini, lagi-lagi puluhan juta rintik air dari langit menjatuhi daratan Hidni tanpa ampun, membuat kastil besar tempat Putri Mahkota, serta Pangeran-Pangeran yang mengikuti sayembara berpesta dengan megah terpaksa batal. Duke Lutherfork yang memegang tongkat kayunya hanya bisa menghela napas berkali-kali, tak ada harapan lagi baginya untuk mengadakan pesta di tengah guyuran hujan. Kue-kue yang sudah dimasak semenjak fajar muncul itu terpaksa dibiarkan mendingin, lilin-lilin indah yang sudah disiapkan tak jadi dinyalakan, rencananya yang sudah tersusun dengan rapi gagal. โJika kau ingin menetap semalam lagi, aku berjanji akan memberikan pesta malam hari di dalam ruangan yan
Setahun setelah musim dingin yang menegangkan. Saat malam gelap lagi-lagi menurunkan hujan gumpalan es pertama yang kali ini disambut dengan penuh kegembiraan.Setahun setelah musim dingin yang menegangkan. Sebuah penikahan akan dilaksanakan.“Cal, apa kau baik-baik saja?” tanya Kaline khawatir, menatap Pangeran Cliftone yang berdiri di sebelahnya sebagai seseorang yang beberapa detik lagi akan dinikahi.“Kau tahu aku telah-”“Aku telah memaafkanmu,” potong Kaline, kembali mengeratkan genggaman tangannya pada jemari Pangeran Cliftone yang sempat melonggar.“Kau bisa membatalkannya sebelum acaranya dimulai,” ucap Pangeran Cliftone untuk yang kesekian kalinya.Lagi-lagi, Kaline menggeleng dengan tegas. “Tidak akan ada yang dibatalkan, Cal. Aku akan menikahimu.”Pangeran Cliftone membuang napasnya dengan kasar. Ada perasaan campur aduk yang sedari tadi hinggap di dalam dir
Kaline membelalak. Tepat sebelum panah yang dilepaskan Zed mengenai tubuh Pangeran Antheo, peri-peri bersayap merah beterbangan secara acak, membakar panah itu hingga tak bersisa.“Sial!” Pangean Rex menggerutu kesal. Maniknya yang kecoklatan seperti madu berubah menjadi kuning terang. Gigi-giginya yang tajam tiba-tiba saja muncul.Gawat. Pangeran Rex akan berubah menjadi serigala.“Pangeran, awas!” seru Kaline, berusaha mengalihkan perhatian Pangeran Antheo yang fokus memerintah para peri itu sehingga tak menyadari Pangeran Rex dengan tubuh serigala yang beringas berdiri tepat di belakangnya.Satu ayunan penuh amarah keluar, seakan mengajak Pangeran Antheo berduet dengannya yang langsung diterima Pangeran Antheo tanpa keberatan.Sementara Kaline yang masih terikat di pohon berseru panik. Ingin sekali ia curi pisau kecil yang terselip di antara celana Zed, namun mustahil karena kini, kuku-kukunya sudah berubah menjadi panjan
Kedua tangan itu menggenggam setir mobil dengan kuat. Nyeri di ulu hatinya sama sekali tak mereda. Meski begitu, tidak akan ada satupun air mata yang membasahi pipinya. Waktunya sudah habis. Gadis yang dicintainya akan bertunangan dengan seseorang. Seseorang yang jauh lebih baik darinya. Seseorang yang bisa menyampaikan perasaannya. Bukan dengan seorang pengecut seperti dirinya yang seumur hidup hanya berani melihatnya dari jauh. Kaline, seorang perempuan yang tinggal di depan rumahnya. Mereka tumbuh bersama. Cal melihat semuanya. Bagaimana lucunya gadis itu saat balita hingga kini tumbuh menjadi seorang perempuan jelita. Selama itu, ia tak melakukan apapun. Bahkan tidak sekalipun ia pernah menyapanya. Cal adalah seorang pengecut. Dulu maupun sekarang. Dalam kecepatan mobil yang tinggi dan terus berjalan, pandangannya terkunci pada sebuah restoran tiga lantai. Disanalah, harapannya akan benar-benar berakhir, kala seorang pria menyematkan cincin indah
Napas Kaline teramat sesak. Dalam kondisi terikat pada pohon besar seperti sekarang, Kaline nyaris tidak dapat melakukan apapun jika saja mulutnya ikut tertutup.“Apa yang kau lakukan?” tanya Kaline penuh amarah saat Pangeran Rex mendekat dengan senyuman memuakkan.Bagaimana bisa pria itu tersenyum setelah hal gila yang ia lakukan?“Ssstt … tidak perlu marah, Putri. Aku hanya ingin membuat namamu abadi. Setelah ini, aku yakin tidak akan ada yang berani melupakanmu,” ucapnya dengan penuh kebanggaan sambil menumpahkan sebotol minyak berbau menyengat tepat di bawah kaki Kaline.Dari ujung mata gadis itu, dapat ditangkap pergerakan Pangeran Antheo dan Cliftone yang mengendap-endap menuju tempat yang saling berlawanan. Langkah Pangeran Antheo perlahan mendekati seorang penyihir tua yang sedang fokus bertapa, sedangkan langkah Pangeran Cliftone menjauhinya.Rencana mereka harus berhasil.“Kau akan menyesali per
“Aku bersumpah aku tidak tahu apapun tentang ini!” seru Pangeran Antheo dengan frustasi.Ini sudah lebih dari dua puluh kali Kaline dan Pangeran Cliftone menanyakan hal yang sama, terus membuat posisinya semakin terpojok.Pangeran Antheo mengatakan hal yang sebenarnya. Dia tidak tahu apapun soal ini. Bahkan hingga saat ini, dirinya masih bertanya-tanya bagaimana bisa peri-peri itu berada di luar kendalinya.“Kau sendiri yang mengatakan bahwa hanya dirimu yang bisa mengendalikan peri-peri itu, Pangeran. Jangan berbohong.” Kaline terus mendesaknya. Meski Pangeran Antheo tidak bisa melihat apapun sekarang, ia yakin kini Kaline sedang memandangnya dengan tajam.“Demi negeriku, Putri. Aku tidak tahu apapun soal ini. Peri-peri itu, aku tidak tahu apapun!” seru Pangeran Antheo sambil menjambak rambutnya untuk mengalihkan rasa nyeri yang menjalar ke seluruh tubuhnya.“Sudahlah, Putri. Kau tahu dia bukan pelak
Lenguhan ringan beberapa kali keluar dari mulut Kaline. Kepalanya terasa seperti baru saja ditimpa oleh sesuatu yang berat dan memang benar adanya, di dahi gadis itu sekarang, sudah ada benjolan sebesar setengah bola pingpong. Bau busuk asap pertama kali masuk ke dalam indera penciumannya saat gadis itu terbangun. Kedua tangan dan kakinya terikat dengan kencang, membuat gadis itu harus bersusah payah untuk menyandarkan tubuhnya pada dinding di tepi ruangan kecil ini. โAh โฆ akhirnya ada yang terbangun juga.โ Suara ringan itu membuat Kaline kembali was-was. Di dalam kegelapan seperti ini, ia tidak bisa melihat apapun kecuali โฆ dua sinar kecil berwarna merah di ujung ruangan. โCal, apa itu kau?โ tanya Kaline dengan hati-hati. โYa โฆ syukur kau masih mengingatku. Aku pikir kau akan hilang ingatan setelah dipuku oleh bata, Putri,โ jawab pria itu dengan candaan yang sama sekali tidak lucu. Kaline memilih untuk tidak lagi menimpali ucapan pria
Kantung mata yang mulai menghitam itu sama sekali tidak dipedulikan oleh Pangeran Antheo. Sudah seminggu lebih ia hanya tidur selama 2 jam. Malam panjang yang seharusnya digunakan untuk istirahat ia habiskan bersama lima ekor peri nakal yang kini sudah kembali terkurung didalam sangkarnya.Kini, saat samar-samar fajar telah terlihat, Pangeran Antheo akan kembali ke Istana Eargard dengan wajah lelah.Ada jeda waktu lima hari tersisa sebelum sayembara akan kembali dimulai. Lima hari yang harus dimanfaatkannya sebaik mungkin untuk membuat monster-monster kecil di dalam sarang itu patuh padanya. Setelah ia berhasil mengendalikan 5 peri penghancur ini, ia akan kembali mengirimkannya ke penjara bawah laut.Langkah jenjang pria itu perlahan-lahan melambat kala mendengar sesuatu yang mencurigakan.Jelas sekali tadi terdengar beberapa langkah kecil di belakangnya. Meski pendengaran Pangeran Antheo tak begitu tajam, bahkan saat ia sengaja berjalan denga
Sinar bulan purnama malam ini tampak amat terang, seakan-akan cahayanya mampu menerangi 4 orang yang kini sedang bersembunyi diantara semak belukar, membiarkan tubuh mereka menjadi santapan empuk nyamuk yang kelaparan.Kaline terus berdoa dalam hati, harap-harp Narin tidak memasuki kamarnya malam ini agar tidak ada yang tahu bahwa Putri Mahkota Eargard diam-diam menyusup pergi menguntit Pangeran Antheo.Tentu saja, jika aktivitasnya bersama 3 pria ini ketahuan dan beritanya menyebar, merekaa terpaks mendekam di istana selama berbulan-bulan untuk menghindari hujatan masyarakat. Menguntit adalah tindakan yang berbelok dari tata krama. Siapapun bangsawan yang menyalahi tata krama akan dianggap tidak memiliki adab dan dikucilkan oleh masyarakat dan tentu saja itu tak boleh terjadi mengingat posisi Kaline sebagai Putri Mahkota yang seharusnya dihormati.
malam sebelumnya Tatapan penuh permusuhan itu tampak dengan amat jelas di antara kedua tanganya. Meja bundar sebagai penengah itu agaknya terlampau kecil untuk menghalau aura menegangkan diantara keduanya. Tidak, di meja itu tidak hanya ada mereka berdua. Seorang wanita tua dengan punggung yang sudah membungkuk ada di antara keduanya dengan senyuman licik yang tak kunjung pudar. Selain itu, Zed juga dengan setia berdiri di belakang Pangeran Rex. โJadi, seberapa jauh yang kau tahu?โ tanya Pangeran Rex dengan dingin, membuka suara untuk pertama kalinya. Mata menyala yang terus berkilat itu tak gentar membalas tatapan tajam dari manik bak madu milik Pangeran Rex. Jika saja ia bukan seorang vampir, sudah pasti ia akan meminum teh hangat di hadapannya untuk mengulur waktu, bermaksud membuat Pangeran Rex tersulut emosi. โAku tidak bisa mengukur jika tidak tahu batasan ukurannya, Pangeran. Jika kau menginginkan jawabannya, kau harus memberitahuku sej