Sekertaris Jo memberi hormat pada Tuannya dengan cara membungkukkan badannya.Laki-laki itu terlihat berkeringat dingin,mulutnya komat-kamit seolah ingin mengatakan sesuatu yang sangat sulit untuk ia katakan.
Matanya terpejam sejenak,dan menghembuskan nafas yang panjang."tuan,"serunya yang langsung mendapat kode diam dari Daniel.
"Dimana anak itu?"tanya Daniel yang awalnya menatap ke layar komputer kini beralih ke sekertaris pribadinya.
Sekertaris Jo menggeleng."saya pikir dia masih belum pulang,"jawabnya menunduk takut jika tuannya akan marah seperti biasanya.
Dan benar saja Tuannya itu malah marah besar.Semua barang yang ada di depannya di jatuhkan tanpa sisa,Daniel bahkan menendang kursi kebesarannya.
Ekspresi wajahnya benar-benar menyiratkan kemarahan,kulit wajah yang mulanya berwarna putih bersih kini menjadi merah padam.Tangannya terkepal kuat seolah laki-laki itu tengah menahan gejolak kekesalan dalam dirinya,mungkin dia akan meluapkan semuan
Cetas.Cetas.Cetas.Suara tebasan cambuk menggema di seluruh ruangan yang hanya diisi oleh empat orang termasuk sang pencambuk juga.Safira menyeringai melihat wajah mangsanya yang memperlihatkan ekspresi kekecewaan.Anggara,Toni dan juga Tasya merasakan sakit dipunggungnya masing-masing.Ketiganya hanya bisa pasrah.Bagaimana tidak pasrah tangan mereka saja diikat dengan tali.Meski begitu hanya ada satu diantara ketiganya yang masih tersenyum lebar,yaitu Anggara.Padahal pria itu sudah mendapat cambukan lebih banyak dari kedua temannya yang lain,dan terlebih baju belakangnya sudah mengeluarkan banyak cairan merah."Bagaimana?gue baru beli pecut ini loh,sayang dong kalau rasanya nggak bikin sakit,"ujar Safira sembari duduk di kursi yang menghadap langsung ketiganya."Apakah kita pernah melakukan kesalahan?sampai Lo harus ngelakuin hal seperti ini?"tanya Toni mencari kepastian dari sahabatnya itu.Jika pun ketiganya melakukan kesalahan,mereka pas
Dafa dan Safira berada diruangan yang sama.Entah mengapa ruangan itu berhawa mencekam dan sedikit gerah.Mereka saling melayangkan tatapan,tatapan yang seolah menyiratkan ingin saling membunuh satu sama lain."Siapa yang nyuruh Lo buat bunuh mereka?"Safira memain-mainkan korek apinya.Menyala dan dimatikan sampai berulang kali."Gue nggak pernah nyuruh Lo buat culik dan bunuh mereka loh.Lo dapat perintah ini dari siapa?"Dafa sudah diselamatkan dari kejaran polisi oleh Safira.Bahkan Safira memberikan apartemen yang terbilang cukup luas.Makan juga udah disediain.Tapi kenapa Dafa justru bertindak tanpa perintah dari Tuannya.Hal itu yang membuat Safira marah.Bisa-bisanya Dafa yang akan dijadikan mata-mata dan tangan kiri Safira malah berbuat seperti ini.Hilang sudah kepercayaan Safira pada laki-laki itu.Safira menodongkan pistol yang sudah di isi oleh peluru di depan kepala Dafa."Kalau ke datangan Lo disini cuman jadi beban lebih baik mati saja.Lo itu sebenar
Bola mata berwarna kecoklatan itu nampak kosong menatap kolam renang yang dalamnya sekitar 45 meter dibawah tanah.Sangat dalam kan?tentu,bahkan dasar kolam renangnya saja tak nampak,hanya ada kegelapan.Dipinggiran ada tangga yang langsung menuntun siapa saja yang ingin turun kebawah,tapi ingat harus memakai tabung oksigen agar tak mati karena kehabisan nafas.Kolamnya berbentuk bulat,airnya?jangan ditanya karena sangat bersih.Dan di dalam tak ada ikan maupun hewan berbahaya lainnya.Byurrrr.Jika malaikat maut punya hak untuk mencabut nyawa siapa saja tanpa menunggu perintah Tuhannya,mungkin malaikat maut akan memilih gadis bernama Safira itu.Bahkan gadis itu tak membawa tabung oksigen maupun kacamata untuk masuk kedalam kolam renang.Sungguh Safira sangat nekat dan ugal-ugalan.Dengan sangat lihai Safira menyelam masuk,ia berenang layaknya seekor ikan yang memang hidupnya diperairan.Gadis itu semakin masuk kedalam,bahkan tubuhnya sudah tak terliha
Seorang anak laki-laki menatap ke sungai dengan jengah,ini sudah beberapa kalinya dia terus menunggu sesuatu muncul dari air tersebut.Rasa bosannya sudah tak bisa diajak kompromi lagi,ia bangkit dan berjalan ingin pulang ke panti asuhan.Tapi sebuah umpatan berhasil membuat langkahnya terhenti dan secara otomatis iapun berbalik.Kira-kira begini umpatannya."Bangsat"***Kalau tau begini mending aku tak terjun saja tadi.Lihat,bahkan aku tak tau ini sudah sampai di kedalaman berapa.Tolonh ku mohon setidaknya pasang lampu disini,kolam kok gelap banget.Mau naik keatas sayang banget,mau ngelanjutin takut mati kehabisan nafas.Safira dibuat dilema akan hal itu.Nafasnya kian menipis,tapi gadis kecil itu masih belum menemukan persimpangan jalannya.Bangsat,sebenarnya ini dimana sih.Lama-lama bisa mati didalam sini.Disini tak ada hiu kan?atau mungkin ikan pemakan daging?tapi kata ibu aman,aman apanya orang Safira sampai
"mau bunuh diri ya?"ucap Safira menopangkan dagunya di pembatas jembatan.Remaja yang hendak bunuh diri itupun seketika tersentak begitu gadis kecil muncul secara tiba-tiba.Matanya tak lepas sedikitpun dari gadis kecil itu.Mata coklat milik Safira menatap ke remaja yang terlihat kacau balau.Ia tak tersenyum,ia juga tak memperlihatkan rasa sedih ataupun ingin menghentikan laki-laki yang hendak bunuh diri."Surga itu tempat seperti apa ya?"Safira melontarkan pertanyaan, pertanyaan yang membuat laki-laki itu mengkerut."Memangnya kau yakin bakalan masuk surga,"sarkas laki-laki itu sembari pindah posisi dan menghadap ke arah Safira."Tidak juga,"jawab enteng Safira.Gadis itu juga tahu kalau dia tak bakalan menjajal indahnya surga, kesehariannya saja menyiksa orang kok minta yang indah-indah (surga)."Pulanglah,anak kecil sepertimu tak baik berkeliaran di malam hari begini,"tukas laki-laki itu mengusir gadis yang telah mengganggu aksinya.
Bagai tersambar petir di siang bolong,dada gadis itu terasa sesak dengan nafas yang tak beraturan.Ia baru saja lari tapi saat sampai di tempat tujuan ia justru disuguhkan dengan pemandangan yang tidak pernah ia inginkan atau harapkan.Terlalu lemas kakinya pun tak bisa menopang tubuhnya sendiri.Seluruh tubuhnya tambah bergetar begitu tangan besar nan berurat memegangi pundaknya.Ia menoleh.Daniel tersenyum manis,amat manis.Hal itu hampir membuat Safira mencakar-cakar wajah tampan ayahnya."Tidak apa-apa"Sederet kalimat yang terlontar dari mulut sialan Daniel.Safira masih mencari lebih jelas apakah yang ia lihat itu nyata atau hanya ilusinya saja.Daniel berjongkok,tangannya terulur merapikan poni anaknya.Senyuman masih tak memudar sedikitpun."Ayah,"seru Safira mendapat deheman dari ayahnya."Apa yang kau lakukan pada wanita itu?"jari telunjuk Safira menunjuk kearah wanita yang tengah dicabik-cabik oleh dua singa.Itu singa jantan dan betina,
"sudah selesai."Akhirnya tukang tatto yang menggambar di punggung Leo,Martin dan juga Safira bisa bernafas lega.Tukang tatto yang wajahnya sudah bonyok itu membutuhkan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.Samudra(tukang tatto)merasa kalau dirinya harus pensiun dari pekerjaannya.Pertemuannya dengan tiga anak itu terasa begitu mencekam.Samudra memang tadi sempat menolak untuk menggambar tatto di punggung anak-anak itu,tapi Leo dan Martin malah menghajarnya,ya mau tidak mau Samudra harus menuruti keinginan mereka bertiga atau nyawanya yang menjadi taruhan.Gambar tatto yang ketiganya inginkan juga sama,yaitu bunga Edelweiss.Alasanya sendiri mengapa mereka memilih bunga itu untuk menghiasi punggung mereka karena bunga Edelweiss melambangkan keberanian dan pengabdian.Bunga itu juga tumbuh di pegunungan sehingga butuh keberanian dan kekuatan untuk melihatnya,sama halnya dengan orang-orang yang ingin bertemu geng mereka yang akan dibentuk tak lama lagi,ha
Semuanya sudah siap.Dari Safira,Leo,Martin dan juga Nando mereka sudah mengenakan jaket hitam yang bergambar bunga Edelweiss dengan tulisan GIGATAS.Tujuan mereka sekarang adalah pergi ke pelabuhan yang sudah lama terbengkalai.Tadi siang saat Martin dan Leo pergi ke pelabuhan itu keduanya diusir karena usia yang masih dibawah umur.Pelabuhan itu adalah tempat transaksi senjata api maupun pedang.Dan keduanya datang kesana karena diberitahu oleh Safira kalau disana itu bisa membeli senjata-senjata yang mereka inginkan.Safira mengetahui itu juga dari ibunya yang tak sengaja menguping pembicaraan Daniel.Mereka membawa senjata,diantaranya adalah tongkat baseball,pisau,dan gunting.Jika nanti tidak dijual ke mereka dengan cara baik-baik maka mereka akan memaksa dengan cara yang buruk.Bisa dikatakan kalau mereka memaksa."Jadi gimana nih kita pakai apa untuk kesananya?"tanya Nando yang hanya melihat motor dan sepeda ontel di bagasi.Safira menggaruk-garuk kepalan
Safira dan Daniel berada di satu ruangan.Gadis memainkan game di ponselnya,sedangkan sang ayah sedang berkutat dengan beberapa berkas.Tanpa ketukan,pintu ruangan itu terbuka dengan tiba-tiba.Kesal bercampur marah,Daniel menatap nyalang kearah pintu tersebut.Tetapi pandangannya berubah drastis begitu mengetahui siapa gerangan yang telah masuk itu.Martin.Anak kandungannya tengah berjalan sambil menodongkan sebuah pistol.Daniel mengecek keadaan diluar mansion dan didalam mansion dengan komputer.Sungguh mengejutkan para penjaga pada terkapar di lantai."Kenapa?kaget? bukankah seharusnya ini tempat tinggalku juga?""Kemana saja kau selama ini,kenapa tak pernah menemui ku.Jika sudah tak cinta dengan ibuku,seharusnya kau datang ke pemakaman nya.Aku tak butuh cinta maupun kata maaf mu,aku hanya ingin kau mengunjungi ibuku di pemakaman"cerocos Martin yang dianggap angin lalu oleh sang ayah."Apa maksudmu?pergilah dari rumahku,dan jangan pe
Si pemimpin dari pihak lawan nampak begitu emosi,ternyata ruang CCTV kosong.Artinya mereka sia-sia saja lewat jalan khusus,dan beberapa pelurunya terbuang begitu saja."B*j*ngan kecil itu"umpatnya."Ayo kita cek diruangan lain"Mereka berbalik,melainkan belum keluar dari ruangan itu orang yang dicari-cari keluar tanpa menimbulkan suara.Safira dibantu oleh Theo menembaki orang-orang itu.Tentunya karena belum siap,mereka mati karena luka tembakan.Tak hanya didalam ruangan,keduanya menghabisi beberapa nyawa yang berdiri untuk berjaga didepan ruang CCTV.Selesai.Tak ada satu orang yang tersisa."Apakah orang tadi pemimpinnya?kenapa dia terlalu gegabah"kata Safira."Mungkin ada beberapa pemimpin lain"ucap Theo."Mungkin"Safira mengisi pelurunya lagi, berjaga-jaga jika ada beberapa orang yang mengincar dirinya.Dilain tempat.Azka mengelap keringat yang membasahi keningnya.Tangannya memegang erat sebuah pedang.Beberapa lawan s
"Kau mau langsung pulang?"Semua ketua GIGATAS menatap Safira lekat-lekat,menunggu sebuah jawaban yang diberikan oleh sang ketua GIGATAS kedua-MARTIN-.Gadis itu mengangguk,"aku titip susuku ya, tolong jangan diminum"pesanya yang membuat semua remaja dihadapannya mendengus kesal."Sudah sana pergilah"Bayu mengibas-ngibas kan tangannya,dia sudah jengah dengan kelakuan wanita itu.Adik dan kakak pokoknya sama aja, sama-sama bikin kesel."Jangan mampir-mampir,ini udah malem banget "Leo memasangkan jaket ke tubuh kecil Safira.Sungguh Safira disini sebenarnya bukan dianggap sebagai komandan,pembunuh,ataupun orang gila yang haus darah.Melainkan hanya anak kecil yang menurut saja ketika diberi perintah."Aku pulang, sampai bertemu besok"Sebelum mengendarai motornya,Safira sempat melambaikan tangan ke mereka.Dan motor sport berwarna merah itupun melaju menjauh dari area markas GIGATAS.Nando meregangkan otot-otot tubuhnya.Rasanya capek banget ngangkatin kard
Flashback on"Benda apa itu?"tanya Safira sambil menunjuk kesebuah benda asing baginya.Tapi tidak dengan laki-laki berumur 12 tahunan,pria itu mengerem sepedanya dan sedikit menoleh ke adiknya."Itu namanya perahu,"jelas Martin."Bentuknya kok aneh.Perahu milik ayah warnanya putih bersih,ini kok kayak mau carnival."Safira turun dari boncengan sepeda.Kaki gadis itu perlahan mendekati perahu."Gimana gak beda coba,perahu milik ayahmu saja kapal pesiar,kalau ini memang perahu,perahu asli yang untuk para nelayan di pantai,"ujar Martin sembari mengayuh sepedanya mendekat ke Safira."Maksudmu untuk mencari ikan?"Martin mengangguk dan turun dari sepedanya.Matanya mengamati setiap bentuk perahu dihadapannya.Sangat bagus menurutnya."Perahu ayah untuk mencari ikan bukan seperti ini.Sangat besar bahkan perahu ini bisa saja terlindas oleh perahu ayah."Safira mulai naik keatas.Gadis kecil itu penasaran dengan dalam perahunya.Nyatanya perahu itu tak puny
"lari goblok bukannya diam aja,"teriak Bayu memecah lamunan mereka semua.Bahkan suara-suara gedubrakan dari dalam mobil bisa terdengar hingga luar.Mobilnya terguncang hebat.Para petinggi GIGATAS keluar dengan tergesa-gesa pasalnya nih waktunya itu tinggal 2 menitan.Mereka sedikit berlari untuk menjauh dari mobil yang terdapat peledak waktu.Jika tak melakukannya,pasti mereka akan terkena puing-puing mobilnya.Duar.Selang beberapa waktu kemudian,suara yang amat besar nan menakutkan terdengar dan berhasil membuat mereka menutup telinga dengan tangannya sendiri-sendiri.6 remaja itu menoleh kearah belakang,dimana disana sudah ada mobil yang terbakar hebat.Puing-puing mobilnya bertebaran kemana-mana.Lebih parahnya lagi mobil itu bukan milik mereka,melainkan milik 'Si Macan Tidur' GIGATAS.Sebenarnya mereka ingin memakai mobil milik anggota lain,tapi mobil itu ternyata malah dipakai untuk kepentingan organisasi.Ada yang membeli pistol,ada yang
"sepi banget kayak kuburan,"ucap Nando memecah keheningan di dalam mobil yang ditumpangi oleh 6 orang.Leo sebagai sopirnya.Dibangku tengah ada Safira,Martin,dan Nando.Sedangkan di kursi belakang ada Azka dan Bayu yang asik bermain game online."Bakar aja biar rame,"ketus Martin masih memejamkan matanya."Hukumnya makan mie gelas dalam mangkok apa ya?"celetuk Nando membuat laki-laki disampingnya mendengus kesal."Jangan buat gue darah tinggi ya.Udah mending diam aja,nanti diusilin malah nangis,"ejek Martin mengelus-elus kepala Safira yang tengah bersandar di bahunya.Gadis yang menjabat sebagai komandan GIGATAS itu ternyata sudah terlelap sejak mereka berangkat dari markas,mangkanya Leo tak menyalakan musik yang bisa-bisa menganggu ketenangan gadis itu."Apakah haram?"Seolah budeg,Nando malah tak mendengarkan ucapan dari Martin.Pria itu masih kekeh untuk menanyakan hukum makan mie dalam mangkok."Tulisannya mie gelas,jadi kalau makannya di mangkok hu
"Bay,tau dimana susu ku gak?"Bayu yang asik bermain game di ponselnya pun berbalik.Dan ia sudah mendapati Safira yang terduduk di pinggiran kasurnya."Mana ku tahu...memangnya di kulkas tak ada?"Bayu berbalik bertanya."Tak ada loh,bahkan sudah ku cek 5 kali,tetep aja gak ada,"jawab Safira apa adanya."Di lemari?"Safira menggeleng."Mungkin habis susunya,"ujar Bayu sambil memulai kembali bermain game online di ponselnya."Terus gimana dong?""Ya gak gimana-gimana lah,coba tanyakan ke Martin sama Nando,mereka kan biang keroknya di markas,palingan mereka punya simpanan susu kotak"Tanpa berkata-kata lagi,Safira segera ngacir mencari keberadaan Martin dan juga Nando.***"Tin,"seru Nando yang hanya dijawab deheman oleh sang empu."Y/n tuh siapa sih?kok gue baca cerita,tapi yang keluar namanya malah y/n terus."Nando menyenggol lengan Martin beberapa kali,dan laki-laki itupun memperlihatkan sebuah c
14 Oktober 2019,pukul 03.00Dafa Nelson,pria tampan yang pernah menjadi murid di Stride Highschool itu kini malah mondar-mandir tak jelas di sebuah gang sempit nan kecil.Mimik wajahnya jelas menyiratkan sebuah ketakutan,ditambah dengan dirinya yang menggigiti ibu jari.Suara-suara dentuman keras yang dibuat oleh Dafa menggema keseluruh gang kecil.Laki-laki itu tengah meninju dinding yang mengapitnya.Gumaman-gumaman tak jelas ia keluarkan."ini bukan salahku...benar ini bukan salahku kan...ini bukan salahku...pokoknya ini bukan salahku.""Ini salahmu."Entah sejak kapan Safira berada disana.Gadis itu dengan santai bersandar di dinding dengan asap yang mengepul dari mulutnya.Dafa dengan cemas mulai menjauh dan mundur kebelakang.Pria itu tentunya kaget."Dafa Nelson...itu kan namamu?"kata Safira tanpa menoleh ke Dafa,gadis itu membuang rokoknya ke tanah dan langsung menginjaknya dengan kaki."Sepertinya kita akan sering bertemu,"uj
13 Oktober 2019Malam ini adalah malam yang sangat indah bagi anak-anak Stride Highschool,dimana mereka bisa bebas memperlihatkan bakat-bakat yang mereka pendam.Dari mulai tari,menyanyi, teater,sulap,melawak,dan yang terakhir tentunya pantomim,mereka dengan senang hati menampilkan kehebatannya diatas panggung.Satu persatu mereka naik keatas panggung sesuai dengan nomor yang sudah ditentukan.Pastinya setelah mereka turun dari atas panggung akan dihadiahi tepuk tangan dari anak-anak Stride Highschool yang memilih menjadi penonton.Hingga tinggallah satu anak yang akan menampilkan pantomim diatas panggung,dia adalah bendaharanya OSIS STRIDE.Siapa lagi kalau bukan Toni.Laki-laki itu dengan sangat pedenya naik keatas panggung,wajahnya sudah dihiasi oleh make up berwarna putih dan ia memakai baju bergaris-garis layaknya pantomim pada umumnya.Diiringi musik laki-laki itu dengan sangat baik melakukan berbagai gerakan.Bahkan ada adegan yang membuat penon