Malam semakin larut dan belum ada tanda-tanda Keyra akan sadar dari tidurnya.
Tadi dia sudah memberi tahu kondisi Keyra kepada keluarganya. Mama Keyra yang mendengar itu cukup syok dan menjerit-jerit memanggil nama Keyra setelah itu pingsan, sedangkan Bima menatap kosong ke pintu UGD dan dengan marah Bima berjalan keluar rumah sakit di ikuti oleh Rangga dan Rendy.
Sedangkan Rico dan Didi mengantarkan orang tua Keyra pulang ke rumah. Awalnya Papa Keyra tak setuju tapi setelah melihat kondisi istrinya dengan pasrah dia mengiyakan saran Arka. Kalau Irvan dia sudah pulang saat mendapatkan telepon dari Ibunya. Dan di sinilah Arka sekarang, di ruang inap Keyra dengan tangan menggenggam tangan Keyra dengan lembut.
“Cepet bangun, gue mau minta maaf. Jangan lupa ‘in gue oke?” ucap Arka dengan nada suara lembut.
“Gue minta maaf karena ngejauhin elu beberapa hari terakhir ini, gue mohon bangun dan jangan tinggal ‘in gue untuk ke dua kal
“Hahaha, puasnya hati gue!” ucap Natasya dengan tawa menggema.“Dia mati lebih bagus” lanjutnya dengan senyum sinis tanpa sadar atas kecerobohannya.Dia lupa bahwa dirinya sudah tak memiliki pendukung atau keberuntungan untuk menyelamatkan dirinya dari kekacauan yang telah dia perbuat.Dengan langkah lebar dia berlari memasuki rumahnya, tapi baru saja kakinya menginjak teras rumah suara seseorang berhasil menghentikannya.“Jalang sialan!” ucap orang tadi dengan nada suara marah.Dengan raut wajah heran Natasya menatap ke arah sumber suara.PLAK!Suara tamparan menggema di depan rumah Natasya. Tamparan tadi membuat tubuh Natasya terjatuh di atas rumput dengan keras.“Berani lu sentuh adik gue!” ucapnya dengan tajam dan tangan mencengkeram rahang Natasya dengan kasar.“Apa maksud lu? Gue gak paham!” ucap Natasya sambil mencoba melepaskan cengkeraman di dagunya.
Di rumah sakit Arka menatap sosok Keyra dengan raut wajah sedih. Hari sudah berganti pagi tapi sosok Keyra belum ada tanda-tanda untuk bangun dari tidurnya. Arka masih berada di posisinya tanpa niatan berpindah sedikit pun.CeklekSuara pintu terbuka tak mengalihkan pandangan Arka dari sosok Keyra.“Ar” panggil Satria dengan nada suara sedih melihat terpuruknya Arka saat ini.“Hm?” balas Arka tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok Keyra.“Makan dulu, udah gue beli ‘in” ucap Satria sambil berjalan ke arah sofa yang ada di sudut ruangan.“Gak laper” ucap Arka dengan nada suara tanpa emosi.“Ayolah Ar, capek-capek gue beli. Uang gue juga berkurang, masa mau di buang gitu aja makanannya? Sayang 'kan" ucap Satria dengan nada suara membujuk.“Hm” balas Arka tak peduli.Satria diam sejenak saat mendapat jawaban seperti itu. Otaknya berpikir keras, apa ya
DI dalam kamar Natasya.“Kenapa semua jadi seperti ini? Kenapa semuanya kacau? Gue, gue udah gak punya siapa-siapa. Gue harus gimana?” gumam Natasya sambil duduk di sudut kamar dengan tangan memeluk erat kakinya.“Gak, semua ini gak adil! Kenapa semuanya gak adil? Dulu Fely yang di bela sekarang Keyra, kenapa gak ada yang bela gue?! Gue benci hidup gue!” jerit Natasya sambil menjambak rambutnya dan jangan lupa air mata yang mulai menetes melewati pipinya.Dalam diam Natasya meratapi nasibnya yang cukup menyedihkan. Dalam diam dia menangisi jalan hidupnya.Di lain tempat.Saat ini mereka sedang duduk berdampingan di kamar inap Keyra. Bima menatap sosok adiknya dengan raut wajah lesu, sedangkan Arka duduk di kursi samping berangka dengan tangan yang masih setia menggenggam tangan Keyra sedangkan yang lainnya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang bermain ponsel, membaca buku dan mengerjakan tugas kuliah.“K
Hari semakin malam dan Keyra belum ada tanda-tanda akan sadar. Dokter sedang memeriksa kondisinya saat ini. Dengan langkah pelan sang dokter keluar dari ruang inap Keyra.“Bagaimana dok?” tanya Mama Bima dengan raut wajah khawatir.“Maaf, dengan berat hati saya menyampaikan ini. Nona Keyra di nyatakan koma dengan kurung waktu tak tahu sampai kapan” ucap sang dokter dengan raut wajah datar.“Enggak! Anda pasti salah, sebentar lagi pasti anak saya bangun!” ucap Mama Bima dengan raut wajah tak terima. Dengan raut wajah syok Mama Bima menatap ke arah sang dokter. Sang suami yang melihat kondisi istrinya pun membawa sosok sang istri ke dalam dekapannya.“Mah tenang, jangan seperti ini. Keyra pasti baik-baik aja. Dia hanya perlu istirahat dengan waktu cukup lama. Kalau putri kita sudah baik, dia pasti akan sadar dan menemui kita” ucap Papa Bima sambil mempererat pelukannya saat merasakan tubuh istrinya mencoba mem
Tiga hari kemudian mereka mulai membiasakan diri tanpa sosok Keyra, tentu saja kalimat itu untuk keluarga Keyra, Satria, Ami dan Arka. Siapa lagi memangnya, sosok yang benar-benar dekat dengan Keyra hanya beberapa orang. Yah, walau teman-teman Arka sudah dekat dengannya tapi hubungan mereka tak sedekat itu. Mereka dekat hanya sebagai teman sekedar kenal tak lebih.Arka saat ini menemani Keyra di dalam ruang inap. Tangannya menggenggam erat tangan Keyra.“Cepet sadar ya, jangan lama-lama tidurnya” ucap Arka sambil mengelus pelan kepala Keyra.“Lu tau gak? Gue udah buat dia musnah” ucap Arka dengan kekehan di akhir kalimat.“Orang yang dari dulu mau gue bunuh udah mati di tangan gue, tapi bukan hanya gue yang nyiksa dia. Abang lu sama Satria juga ikut nyiksa. Bahkan gue kebagian sedikit” ucap Arka yang menceritakan semuanya kepada Keyra tentang apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini.“Menurut lu ke
Sudah hampir satu bulan lamanya Keyra koma dan Arka masih setia menunggu Keyra sadar dari komanya. Tapi hingga sekarang belum ada tanda-tanda dari Keyra akan sadar dan ada masanya kondisi tubuh Keyra menurun, tapi masih bisa di tangani oleh pihak medis. Di tengah-tengah penantiannya, tak ayal terkadang ada pikiran-pikiran negatif hinggap di otak Arka. Tapi dia mencoba mengalihkan pikirannya dengan cara menyibukkan diri dengan tugas kuliah dan beberapa berkas perusahaan. Arka mengerjakan itu di dalam ruang inap Keyra, dengan tenang. Seperti saat ini dia sedang fokus pada berkas di depannya. Sesekali dia menatap ke arah Keyra dengan senyum sekilas.“Kapan bangun? Gak kangen sama gue?” tanya Arka dengan senyum manisnya.“Cepet bangun, kita mulai dari awal” ucap Arka dengan lembut dan sorot mata menyorotkan kerinduan.“Jangan ganggu gue dulu, mau fokus cari uang buat nikah soalnya” ucap Arka dengan senyum geli dan kembali sibuk ke
Di dalam kamar, terlihat sosok Arka yang berdiri di balkon kamar dengan minuman soda di tangannya.“Gue ngerasa, takdir sedang mempermainkan gue” ucap Arka sambil menatap langit malam dengan perasan bercampur aduk.“Sebulan lebih dia koma tapi belum juga ada tanda-tanda akan bangun” ucapnya dengan lirih sambil menutup matanya dengan pelan. Menikmati embusan angin malam yang terasa dingin.“Ngapain lu di situ bang?” tanya Sinta, adik Arka dengan raut wajah datar.“Menikmati kesunyian” balas Arka dengan tenang dan mata masih setia terpejam.“Istirahat bang, akhir-akhir ini tidur lu gak teratur. Lu sekarang juga lagi sakit, jangan nyakitin diri lu sendiri kayak gini” ucap Sinta sambil berjalan mendekati sosok abangnya yang terlihat rapuh.“Gue bukan anak kecil Sin, gue tahu apa yang sedang gue lakuin” ucap Arka sambil menatap ke arah Sinta dengan raut wajah tanpa ekspresi.
Setelah kejadian tadi Arka mendudukkan dirinya di tepi ranjang sambil menatap ke lantai dengan sorot mata datar. Tatapannya sangat datar hingga hanya ada kekosongan di bola matanya. Semua lamunannya buyar saat mendengar panggilan telepon masuk. Panggilan pertama hingga ke tiga tak dia jawab, entah karena tak mood atau pura-pura tak mendengarnya. Hingga panggilan ke empat dia mulai mengangkat telepon itu.“Apa?” ucap Arka tanpa basa-basi.‘Si Keyra udah sadar’ ucap orang seberang sana dengan nada suara santai. Arka masih diam di tempat mencerna ucapan orang tadi.‘Oy! Masih di sana ‘kan lu?’ ucap Satria dengan nada suara sedikit keras.“Gue OTW” ucap Arka dan tanpa permisi dia sudah mematikan panggilan dan berlari keluar rumah dengan membawa kunci motor dan ponsel. Saat ini tujuannya hanya satu yaitu, Keyra.Saat melewati kamar adiknya, Arka bisa mendengar isakan dari dalam kamar. Dengan refleks
Beberapa hari setelah hari di mana Keyra pergi ke makan Arka. Belakangan hari ini kondisinya mulai membaik walau perlahan. Tapi itu semua sudah membuat keluarganya bahagia, Bima juga sering menjenguk Keyra walau di sela-sela kesibukannya dengan perusahaan. Saat ini Keyra sedang sendirian di dalam ruang inapnya. Tadi ada Satria bersama Rangga tapi mereka izin pulang saat Satria menerima telepon. Dengan senyum manis Keyra menyuruh mereka pulang. Mereka punya kesibukan masing-masing dan Keyra tak bisa menahan mereka di sini, Keyra tahu itu. Keyra berbaring di atas berangka dengan mata yang mencoba memejamkan matanya. Di saat dia ingin berselancar ke alak mimpinya saat itu pula suara pintu terbuka membuatnya kembali ke dunia nyata. “Lu tidur kak?” tanya orang itu sambil menatap ke sosok Keyra yang menutup matanya. “Enggak gue cuma tutup mata” ucap Keyra berbohong dan dengan pelan dia membuka matanya. “Gue kira kehadiran gue nganggu elu kak” ucapny
Ami hanya diam membisu, bingung ingin membalas seperti apa. Dia merasa kasihan kepada sosok Keyra di depannya.“Mi gue mau ke Arka” ucap Keyra dengan raut wajah tak berdaya.“Gue-“ ucap Ami terpotong oleh suara pintu terbuka.“Mau ke Arka? Mau gue anter?” tanya seseorang yang berada di abang pintu.“Boleh?” tanya Keyra dengan senyum bahagia.“Hm” balasnya dengan senyum kecil. Hatinya terasa teriris melihat kondisi Keyra saat ini.“Tapi Kak” ucap Ami dengan raut wajah tak terima.“Keyra jadi tanggung jawab gue. Kalian pernah mikir gak? Kalau sikap kalian kayak gini bukannya buat Keyra sembuh malah buat Keyra tambah sakit. Lu gak lihat kondisi Keyra yang semakin buruk dari waktu ke waktu?” kata Dika dengan raut wajah datar.“Oke, tapi gue ikut” ujar Ami dengan raut wajah datar.“Hm” balas Dika dan berjalan ke arah Ke
Sudah hampir dua minggu Keyra di rawat dan sudah beberapa kali dia menanyakan keadaan Arka dan kondisinya. Kebanyakan orang langsung bungkam dan memasang raut wajah yang cukup mencurigakan.Dia mencoba menepis semua prasangka-prasangka buruk yang mungkin terjadi kepada Arka. Keyra selalu menanamkan kalimat ‘Dia pasti baik dan sedang dalam masa pemulihan’ dalam benaknya saat mengingat sosok Arka.Saat ini Keyra sedang sendirian, dia berniat jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Tapi langkahnya terhenti saat dia mendengar suara seseorang yang dia kenal.“Gimana sekarang?”“Kita jujur aja, kasihan gue lihatnya”“Tapi gimana kalau kondisi Keyra memburuk setelah denger keadaan Arka sekarang?”“Itu udah konsekuensinya, kalau kita nutupin ini lebih lama. Gue gak yakin kalau Keyra bakal sehat-sehat aja. Lu lihat sendiri ‘kan? Gimana dia tiap harinya? Setiap hari dia ngelamun mikirin Arka&rdqu
Sudah 4 hari setelah hari pemakaman Arka dan kondisi Keyra semakin hari semakin baik. Bahkan ada saatnya Keyra merespons jika ada seseorang mengajaknya berbicara terutama Mama dan abangnya.Hari ini cuaca cukup mendung, membuat seorang yang tidur di sofa semakin nyaman melanjutkan tidurnya. Bima masih terlelap di atas sofa dengan nyamannya.Di atas berangka ada sosok yang cantik sedang terlelap dengan tenang. Mata yang tadinya tertutup mulai terbuka dan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.Beberapa kali Keyra mengerjapkan matanya dan penciuman pertamanya menangkap bau obat-obatan.Dengan perlahan Keyra menatap ke sekelilingnya dan mendapati sosok Bima yang sedang tertidur di atas sofa. Beberapa saat dia menatap sosok Bima hingga tangannya memegang tenggorokan karena merasa kering.Dengan perlahan Keyra mengambil gelas di sampingnya dan menghabiskannya tanpa sisa.Setelah minum Keyra menerawang kejadian yang menimpanya b
“Arka!!” teriak sang istri menyebut nama anak pertamanya, anak laki-lakinya dan penerus perusahaannya.Di tempat yang tak jauh dari mereka terlihat keluarga Keyra yang berdiri mematung dan menatap ke arah berangka tadi dengan sorot mata kosong. Pikiran mereka tiba-tiba ngeblang seperti tanah yang tandus.“Mas” panggil Mama Keyra sambil menatap ke arah jasad Arka dengan tubuh sedikit bergetar.“Tenang sayang” ucap sang suami sambil membawa sosok istrinya ke dalam dekapannya.“Dia meninggal Mas” ucap sang istri dengan nada suara bergetar.Sang suami hanya diam sambil mengusap lembut sosok istrinya yang rapuh.“Bima, kamu jaga adikmu di dalam” ucap Papanya dengan nada suara tak terbantah.“Baik Pah” balas Bima dan mulai berjalan ke dalam ruang inap adiknya.Saat dia berada di pintu dapat dia lihat sosok rapuh adiknya berada di atas berangka. Dengan perla
Di kantin rumah sakit.“Pah, perasaan Mama gak enak” ucap Mama Arka dengan raut wajah khawatir.“Kenapa Mah?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas saat melihat sang istri memegang dadanya dengan raut wajah khawatir.“Mama keinget Arka Pah” ucap sang istri sambil menatap ke arah suaminya dengan raut wajah khawatir dan tanpa sadar air matanya mulai menetes.“Loh? Kok nangis?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas.“Mama mau ke Arka Pah” ucap Mama Arka dan mulai bangkit dari duduknya berlari keluar dari kantin.“Mama” panggil Papa Arka sambil menatap sosok istrinya dan tak lama dia mulai bangkit mengejar langkah kaki sang istri.“Ayo Mah” ucap Papa Keyra sambil memegang tangan istrinya. Dengan perlahan dia menuntun tubuh ringkih sang istri. Semenjak kecelakaan Mama Keyra kondisinya semakin menurun jika ingat kondisi putrinya saat ini.Mama A
Arka dan Keyra masih dalam pengawasan para dokter, untuk saat ini kondisi mereka sudah cukup membaik. Walau kadang kondisi Arka tiba-tiba memburuk. Arka dan Keyra di tempatkan dalam satu ruangan atas permintaan dua keluarga.Amerta di nyatakan meninggal saat baru sampai di rumah sakit. Luka yang di alami Amerta sangat parah membuat kondisi tubuhnya semakin memburuk saat dalam perjalanan ke rumah sakit.Mereka membuat perhitungan dengan menghancurkan perusahaan Papa Amerta. Papa Amerta hanya bisa diam, karena ada dua perusahaan besar yang menginginkan kehancurannya. Dia cukup menyesal mengiyakan permintaan Amerta waktu itu. Ingin rasanya dia memutar waktu untuk menyelamatkan putri dan perusahaannya.Sudah terhitung 3 hari semenjak kecelakaan itu tapi belum ada tanda-tanda mereka akan sadar.“Lu berdua reuni di sana atau gimana? Betah amat tidurnya” kata Satria sambil menatap dua sosok yang terbaring lemah di atas berangka.Satria menatap
Mobil yang membawa sosok Keyra dan Arka sudah sampai di rumah sakit.“Suster di sini ada korban kecelakaan!” teriak sang pemilik mobil dengan urat leher terlihat jelas.Mendengar teriakan itu beberapa suster mulai berlari ke arah mereka dengan berangka.Sosok Keyra di bawa dan di taruh di atas berangka dan mulai di giring ke unit gawat darurat. Di belakang berangka Keyra ada berangka Arka.Keyra dan Arka langsung di tangani, luka mereka sudah di bersihkan dan beberapa alat sudah di pasang di tubuh mereka. Antara Arka dan Keyra yang paling banyak luka adalah tubuh Arka. Mungkin karena Arka melindungi sosok keyra dalam dekapannya.Keluarga pasien sudah di beri kabar dan dalam perjalanan. Keyra dan Arka masih di ruang UGD keadaan mereka masih dalam pantauan dokter.Saat dokter yang menangani mereka keluar dari ruangan, sang dokter sudah di sambut beberapa pertanyaan dari keluarga Arka.“Bagaimana kondisi putra saya dok?
Sebagian pengunjung yang melihat kecelakaan beruntuh tadi cukup syok dan menatap ke kecelakaan tadi dengan tubuh menegang.Tubuh Arka dan Keyra sudah di penuhi darah. Dalam kesadaran yang masih ada Arka menatap wajah Keyra dan berkata..“Sehat-sehat Key, aku cinta kamu” ucap Arka dengan lirih dan senyum tipis, sangat tipis.“Sakit Ar” ucap Keyra dengan air mata yang mulai keluar.“Sayangnya Arka yang kuat” ucap Arka dengan suara yang semakin lirih dan tak lama kesadarannya mulai terenggut dan pelukannya semakin mengendur.“Cepat panggil polisi dan ambulans, mereka butuh pertolongan segera!” ujar salah satu pengunjung taman sambil berlari mendekati sosok Arka dan Keyra.“Di sini juga ada beberapa!” ucap yang lainnya dan mendekati pengujung yang lainnya.“Masukkan ke mobil saya, tidak keburu kalau menunggu ambulans!” ucap yang lainnya sambil berlari ke sebuah mobil