"Aku melakukan semuanya, semua yang ada hanya untukmu. Sekalipun kau menganggap ini adalah sebuah kebohongan, aku tak pernah menyesalinya. Karena, disaat itu aku menyadari bahwa aku pernah memilikimu. Sekali."
BRAK
Suara pintu terbuka dengan kasar memecahkan keheningan didalam ruangan sempit itu. Disana, laki-laki yang sejak tadi meneriakkan nama "Odelia" tersenyum menyeringai. Napasnya tersengal, namun tak menyembunyikan kemarahan yang terpendam pada wanita itu.
"Jadi, disini tempat kau bersembunyi, Jalang?"
Odelia, wanita itu meringsut ketakutan. Dengan tangan lemah itu, Odelia berusaha meraih apapun agar menutupinya dari lelaki yang kini tengah berjalan ke a
"Aku melakukannya, semua hanya untuk bersamamu. Jika aku berkata yang sebenarnya, bisakah dia tetap tinggal disisiku?"Odelia duduk gelisah ditempatnya. Keringat yang semula tak pernah ada, kini bercucuran tak hentinya membayangkan jika dirinya saat ini berada ditempat asing yang tak diketahui oleh siapapun, termasuk dirinya. Ditambah dengan sepasang mata yang memandanginya penuh selidik sembari menyandarkan tubuhnya pada sudut meja yang diyakininya sebagai meja kerja."Kau gugup?' Tanya Rea yang menyadari keadaan wanita itu. dari cara duduknya ia bisa menebak bahwa Odelia merasa tak nyaman dengan tatapannya.Odelia terhenyak pelan sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya cepat. "Aku baik-baik saja."Rea meng
“Aku mohon ijinkan aku tetap bersamamu. Sebesar apapun kesalahanku, aku akan membuat diriku kembali berguna untukmu. Tolong maafkanlah aku.”Jean disana, duduk gelisah menunggu istrinya yang sudah hampir satu jam belum juga menyelesaikan urusannya dengan Rea. Ia gelisah, khawatir Rea akan mengatakan hal yang tidak-tidak pada Odelia. Ia takut semua kemanisan ini akan berakhir, begitu cepat sebelum ia mampu menyadarinya.Lelaki bermata kelabu itu begitu menikmati kehidupannya. Belum pernah rasanya ia ketakutan akan sebuah kematian. Ada sesuatu yang menahannya untuk tetap tinggal. Ketika ia mulai bertanya, maka wajah Odelia-lah yang muncul dibenaknya. Ia begitu takut meninggalkan wanita itu,
"Adela."Suara parau Odelia mmecah keheningan diantara mereka yang tak berlangsung lama. Ia mematung ditempatnya saat melihat kehadiran wanita yang tak pernah disangkanya itu secara mendadak. Siapa yang mampu memprediksikan jika Adela datang kembali ke tempat ini setelah sekian lama. Terakhir, Odelia menerima tatapan mematikan dan ancaman kematian dari wanita yang merupakan kakaknya itu. Hingga kini Odelia masih tak mengerti alasan dibalik kebencian kakaknya itu. Hanya saja, Adela selalu mengumpatinya dengan sebutan anak haram.Dengan segera Odelia kembali mengembalikan kesadarannya. Ia menegakkan bahunya. Ia tak bisa lagi terlihat lemah didepan wanita itu. Odelia kini memiliki keberanian. Keyakinan bahwa Jean akan ada disisinya, tentu membuatnya tak ragu membalas semua perkataan kakaknya. Dia tak sendiri lagi. Odelia memiliki Jea
"Aku yang kotor, aku yang hina, aku yang hanya sampah. Biarkanlah aku menyimpan rasa ini. Biarkan aku tetap mencintaimu seperti dulu. Meskipun aku tahu bahwa memintamu untuk memaafkanmu adalah tindakan yang paling tak tahu malu.""Aku takut." Ucapnya parau. Jean tak berdusta.Sepasang mata kelabu milik pria itu berhasil membuat Odelia terperangah. Tak ada yang lebih kelam dari pada kedua mata milik lelaki itu. Odelia menatapnya lama lebih dari biasanya. Ia berusaha mencari titik kedustaan disana. Namun sungguh, hanya sebuah ketakutan yang ia sendiri tak tahu yang ada disana.Jean ketakutan. Seluruh tubuh pria itu bisa dirasakannya terguncang hebat. Ia tak tahu apa yang membuat pria itu begitu merasa ketakutan. Jean yang kini berada dihadapannya seperti bukanla
apakah beribu maaf dapat menghapusnya segala kesalahanku. Aku hanya tak ingin kau terluka, karena itu adalah satu hal yang tak bisa kucegah.""Mama!""Kau tak pantas berteriak seperti itu pada ibumu, Jeanattan." Riska memelototi anak sulungnya itu. siapa sangka Jean-nya yang dulu begitu penurut kini berubah menjadi sangat keterlaluan saat dirinya mengatakan bahwa Martha adalah calon istrinya. bukankah mereka sebelumnya adalah sepasang kekasih?Martha menceritakan semuanya. Wanita itu memberitahukannya semua fakta yang sama, seperti yang pernah ia dapatkan dari seorang detektif sewaannya. Keduanya memang sepasang kekasih bahkan sampai Jean menikahi wanita jalang itu. Riska hanya memiliki peran untuk mempersatukan mereka disini. peran sesungguhnya yang ia lakoni
"Bunga terakhir, kupersembahkan kepada yang terindah. Sebagai satu tanda cintaku untuknya..."Siang itu mungkin menjadi hari yang panas, penuh kepenantan dan kelelahan. Matahari yang terik membasahi bumi tanpa ampun. Tak membiarkan siapa pun lolos dari cengkramannya. Nampak beberapa orang yang berlalu lalang di jalanan sana tanpa pelindung, mengeluh kesah karena kekejaman sang cahaya.Namun tidak pada sosok yang saat ini masih senang berkeliaran disekitar area taman bermain. Dengan riang wanita itu berlari kesana kemari hingga membuat lelaki yang setia mengikutinya dari belakang berteriak kencang mengingatkannya. Wanita yang mengenakan dress kuning tanpa lengan itu tak hentinya bersorak gembira saat pertama kali menginjakkan kakinya ditempat ini. Tak peduli seberapa keras protes yang diarahkan Jean kepadanya.
Bilaku teruskan semua ini, hatiku akan makin menggilaimu. Perpisahan ini lebih baik adanya.TIGA BULAN KEMUDIANMatahari sudah mulai lelah mengeluarkan sinarnya. Terang pun tersembunyi dibalik kegelapan malam, seakan enggan untuk kembali bersinar. Siapapun mungkin memilih untuk pulang ke rumah mereka. Menikmati suasana hangat dirumah. Meski hal itu pun juga dilakukan oleh wanita yang tengah berbadan dua itu, namun wanita itu tahu bahwa di rumahnya takkan ada yang menyambutnya. Ia hanya akan kembali ke tempat dimana ia bisa menghabiskan malam dengan keheningan. Hanya itu yang bisa ia lakukan dimalam-malam tidurnya. Sendiri.Odelia saat itu baru saja pulang dari restoran tempat ia bekerja, berjalan dengan pelan ke arah sebuah gang sempit dan kumuh di pingg
Jangan sampai Tuhan mendengar sumpahmu. Kau akan sakit, karma Tuhan lebih menyakitkan dari pada kesakitan yang kau perbuat. Aku akan menanti itu. Lihat dan rasakan sakit yang sama, seperti yang pernah kurasakan.Di rumah megah, tepatnya di ruang makan terlihat dua orang yang sedang menikmati sarapan pagi mereka dengan hikmat. Hening dan tanpa suara, bahkan dentingan sendok dan garpu hampir tak terdengar disana. Pagi itu terlihat hening dan kosong dirumah itu, meski mereka memiliki selusin pekerja rumah tangga.Sosok lelaki dengan perawakan tua terus menyuapkan sendoknya tanpa mengalihkan tatapannya dari piring yang berisi makanan itu. Tanpa ia sadari atau tidak, ada satu sosok yang menatapnya menuntut akan dibalasnya tatapan itu. Namun nihil. Pria tua tadi hanya diam tanpa berniat untuk menjeda acara sara
Sepasang intan hitam milik seorang wanita nampak memandangi pantulan bayangan yang ada dicermin. Matanya penuh binar kebahagiaan saat memperhatikan betapa indahnya bayangan yang ada disana. Ia nyaris tak mempercayai bahwa sosok itu adalah dirinya sendiri. Rambutnya yang memiliki panjang hampir menutupi punggungnya sengaja digerai dan membentuk sebuah ikal yang semakin mempermanis penampilannya. Diatas kepalanya terdapat rangkaian bunga bermacam warna yang melingkarinya. Riasan wajahnya hari ini pun tak terlalu mencolok. Wanita itu memang sengaja meminta pada penata riasnya untuk tidak terlalu menor mendandaninya. Ia tidak ingin terlihat seperti badut pesta nanti.Dalam balutan gaun pengantin panjang tanpa lengan, wanita itu memperlihatkan pundaknya yang jenjang. Hal yang selalu ditutupinya itu kini dipamerkan karena permintaan seseorang yang melarangnya keras untuk menutupinya.Odelia memiliki aset yang menganggumkan, begitu kata Clara. Wanita itu, sebentar lagi dalam
ODELIAPria itu duduk tenang di depannya sambil menyantap makanan yang baru saja dipesannya. Ada rasa keengganan ketika aku menatap ke dalam isi piringku. Makanan ini aneh. Aku tak terbiasa dengan makanan kelas atas. Hanya sayur dan tempe saja sebenarnya sudah membuatku kenyang dari pada sebuah makana dengan irisan daging yang hanya memiliki porsi setengah dari porsiku. Sebenarnya, melihatnya saja aku sudah tak lagi selera. Bukan hanya karena makanannya, melainkan karena pria yang menatapku lebih sering dari pada makanannya itu.Jean sengaja menyeretku masuk ke dalam restoran mewah yang entah berada dimana. Restoran yang memiliki kata yang aneh itu memang terlihat tak begitu ramah, namun memiliki suasana mewah untuk kumasuki. Hanya bermodalkan kaos dan celana jeans berlutut robek, serta sepatu kets usang yang selalu menjadi seragam wajib, kini aku terlihat seperti badut. Semua yang ada disana dan menikmati hidangan sorenya berpakaian formal. E
JEAN“Jadi, Ayahku sekarang berada di flat kecil yang kau sebutkan tadi?”Aku tak bisa menahan amarahku saat kudengar ayahku, Yonash memilih untuk melarikan diri dari rumah kami dan tinggal di rumah kecil di pinggiran kota itu. Bahkan, aku tak bisa mengira bagaimana pria tua itu hidup melarat seperti itu. Entah apa yang dipikirkannya saat merencanakan usaha pelariannya itu disaat kami semua sedang tertidur. Andai saja Grace, nenek kami masih di Indonesia mungkin Ayah kami tak berani untuk melakukannya.“Jadi, bagaimana kak?” Tanya seorang wanita bermata hijau dibelakangku. Ai terus berdiri ditempatnya semula meski aku sudah memunggunginya cukup lama. Clara, adik bungsuku tak biasanya betah berlama-lama berada di ruangan kerjaku. Wanita itu selalu bilang bahwa tempat ini bagaikan sampah dengan kertas-kertas menumpuk yang tak sedang dipandang. Namun kali ini wanita itu mampu bertahan lebih dari setengah jam b
ODELIAKupandangi sepasang sepatu kusam kets-ku ini. Langkahku membawa sejuta harapan bahwa hari ini aku masih bisa bernapas dengan tenang di ibukota ini. Langkah yang beriringan denganku terasa seperti sebuah iklan yang melintas begitu saja di halte bus bersamaku pagi ini.Senin pagi. Semua orang setidaknya memiliki satu hingga dua keinginan untuk memulai pertama disetiap minggunya. Hari yang paling sering kuamati begitu pada dengan mobil dan motor yang berlalu lalang di jalanan. Tanpa henti membuat suara bising yang mampu memekakkan telinga.Aku mendaratkan bokongku tepat disalah besi yang berbentuk persegi panjang. Besi berkarat yang memiliki bau agak amis. Entah apa fungsi dari besi tersebut. Seharusnya lebih baik menggunakan bangku atau apapun itu bila berniat untuk dijadikan sebuah tempat duduk. Namun sebagian dari mereka yang bernasib sama sepertiku terpaksa menggunakannya untuk mendudukkan diri.Sembari menunggu bus yang
Jika akhirnya kehidupanku nkembali berputar seperti roda, aku akan membuat persiapan ketika harusnya aku berada di bawah. Hatiku akan siap ketika suatu saat kehilangan segalanya.Seorang wanita berpakaian hitam tampak berjalan di sekitaran kompleks pemakaman. Langkahnya penuh kehati-hatian kala melintasi beberapa susun gundukkan tanah yang ada disana. Cuaca yang tak begitu terik menjadi keputusanya untuk berpakaian gelap dann juga mengenakann sebuah topi yang hampir menutupinya dari sinar matahari siang. Ditangannya sebuah bunga telah siap untuk disembahkan kepada yang tercinta, yang kini telah menyatu dengan tanah. Sejujurnya langkah pelannya bukan karena dirinya takut sepatu mahal yang dikenakannya terkena kotoran, namun dadanya berdentum seperti ingin meledakkan dirinya. Hatinya nyeri kala ia melihat sosok tercinta itu menyatu dengan tanah, dan takkan bisa be
Tak ada apapun yang bisa menghalangiku untuk memilikimu seutuhnya. Ingatlah bahwa kau milikku dan aku milikmu.Malam itu suasana benar-benar mencekam. Kabut dingin yang menyelimuti jalan ditengah hutan yang lebat menjadi sangat menyeramkan. Membuat dentuman aneh didalam dada kala sengatan hawa dingin yang sangat kerasa malam itu. Tengah malam yang semakin meredupkan sinar membutakan siapa saja yang berani menembus jalan gelap itu. hanya sebuah mobil yang melintas dengan kecepatan seadanya, membelah jalan yang penuh kabut itu. lampu sorot mobil menjadi satu tumpuan mereka untuk sampai ke tempat yang akan mereka singgahi.Bukan hanya singgah, mereka akan sedikit lama berada disana, karena suatu hal."Apakah wanita itu bisa dipercaya?"
Aku akan mengambil apa yang sebelumnya telah kukatakan bahwa itu semua adalah milikku. Kalian yang berani mencegahnya takkan pernah kubiarkan untuk keluar dari lingkaran yang telahkubuat."Kau benar-benar keterlaluan. Mau sampai kapan kau melakukan ini semua?"Riska, wanita yang kini tengah memegang pisau lipat yang telah ternodai oleh darah itu tak menghiraukan makian yang sejak beberapa hari lalu dikeluarkan oleh kakaknya, Reanna. Dalam kondisi terikat, Rea terus melakukan perlawanan terhadap adiknya itu. tak disangkanya jika Riska bisa berbuat sejauh ini. Tak pernah ada bayangan menyeramkan yang seperti sekarang didalam kepalanya.Entah telah hilang kemana sosok adik kecilnya yang manis dan tak
Merasakan pengalaman pertama yang tak terduga. Hatiku membuncah. Genggaman manis dari jari mungilnya berhasil menggetarkan sesuatu didalam dadaku. Rasanya sesak, seperti sebuah kebahagiaan yang akan meledak.Attar syah Rahardi.Aleana Salma Rahardi.Bayi gempal yang kini menggeliat diatas tempat tidur mungil berbentuk kotak itu menjadi salah satu objek yang menarik perhatian kedua orang yang berdiri dari balik kaca jendela ruangan tersebut. Kedua bayi berwajah merah itu sesekali bersuara khas bayi yang menggemaskan. Keduanya sama sekali tak bisa mengalihkan pandangan mereka dari bayi-bayi mungil yang berwajah hampir serupa itu.Tak ada yang lebih menggetarkan dari apapun selain melihat kedua wajah itu,
Lahirkanmereka. Aku akan berjuang untukmelindungimudan anak-anak kita. Jangan takut, aku takkan pernah meninggalkanmu lagi."Lia, aku mohon buka pintu sialan ini! biarkan aku bicara padamu." Tak lama terdengar suara Jean yang berteriak menggedor pintu kamarnya. Mungkin pria itu sedikit terkejut dengan tindakannya yang tiba-tiba saja mengunci kamarnya, karena tak biasanya ia mengunci kamarnya."Aku manusia, Jean. Aku bisa saja sakit hati." Lirihnya pelan. Sepertinya hanya dua kalimat itu yang mampu mewakili semua perasaannya.Tak lama, Odelia merasakan ada rasa nyeri yang melanda perutnya. Tanpa bersuara, ia terus mengelus perutnya. Ia tak tahu mengapa, sejak beberap