Neni sudah menyediakan kamar untuk Dahlan dan itu adalah kamar Ujang. Di dalam kamar yang lumayan cukup nyaman serta bersih Dahlan merebahkan badan setelah pura-pura menjadi seorang beragama yakni melakukan ibadah kepada Maha Penerima Ampunan serta Taubat. Pikirannya pada tanggung jawab, kebutuhan perekonomian keluarga serta wajah Zeira dengan Zidan. Sedang merasakan kekalutan karena baru pertama kali Munandar menyuruh pembunuh yang mangsanya seorang wanita polos beranak kecil lucu. Tiba-tiba dia mendengar Neni serta Arman bergaduh. "Laki-laki tak tahu malu!" desisnya karena Neni meributkan Arman yang mengambil uang itu. "Ini pinjam dulu untuk ke Bandung!" ucap Arman dan bicaranya tepat di depan Dahlan serta hampir ditabraknya. "Bang, kamu memang lagi nganggur?" tanya Dahlan tanpa basa basi. "Iya, sudah hampir 4 tahun!" jawab Arman jujur. Dahlan tiba-tiba berbisik pelan. Bisikan itu membuat Arman melotot sembari berbicara keras sekali, "Yang benar? Masa sebanyak itu musuh Zeira!" "
-Pengadilan Agama Negeri Sukabumi-Zeira berdiri di depan gedung yang di sana terdapat segala pemrosesan. Tubuhnya mendadak berkeringat dingin dan kaku. Jubaedah menoleh tubuh cantik yang berbalut pakaian muslimah warna navy masih bergeming bak patung tepat di depan teras pengadilan."Ayo, bismillahirrohmanirrohim...." Tangan Jubedah menuntun lembut lengan Zeira."Bu, Zeira nggak jadi saja bercerainya!" ucap spontan Zeira dan badannya dibalikan bermaksud untuk meninggalkan teras pengadilan.Tiba-tiba Adam datang dari dalam sambil menggendong Zidan karena dia memang sudah terlebih dahulu tiba di pengadilan dengan membawa Zidan atas permintaan para hakim."Ayo, kamu hanya tanda tangan saja, kok!" ujar Adam begitu melihat Zeira seperti enggan masuk ke dalam."Lucu Pak Adam, ketika hendak nikah dulu sangat mudah saja dibarengi senyuman. Sekarang meski ke sini dan membeberkan aib suami serta diadili seperti kriminal!" jawab spontan Zeira serta dengan cepat keluar dari pengadilan. "Zeira!"
Nizam yang ditanya Tommy yang menjawab, "Mister, I'm his friend!" Kemudian dengan cepat menghampiri dan menjabat tangan Sander penuh paksaan kendati Sander berekspresi seperti kurang menyukainya. "Okey, Nizam. Ayo ikut saya!" ajak Sander sembari lebih dahulu berjalan. Ya, Tommy sudah ada di Belanda dan langsung akrab dengan Mark Dunhe. Dari Tommy inilah Mark tahu alasan Nizam kenapa tidak jadi bekerja padanya. Sehingga Tommy dibawa oleh Mark ke perusahaan milik Aldert. Mark yang sedang menunggu di parkiran mobil tepatnya di lobi ikut penasaran pada keluarga Angel lalu dia pun ke luar mobil serta cepat sekali masuk ke dalam lobi. "Pantesan Nizam bisa berubah dalam beberapa bulan, orang dia hidup berkecukupan di sini!" ucap Tommy serta saat bersamaan pintu lift pun terbuka, karena setelah berbicara pada Sander langsung masuk ke dalam lift tanpa menghiraukan Nizam yang masih terpaku oleh tamparannya. "Tommy, kamu sudah bertemu dengan Nizam?" tanya Mark yang sudah berdiri di depannya.
-Amsterdam Wedding Hall- Tak mengapa menjauhkan anak kandung dari ayahnya asalkan mendapat menantu kaya raya serta cantik. Tak mengapa juga ada wanita lain yang tersakiti hingga depresi karena lelakinya sedang tidur dengan wanita pilihannya. Adalah pikiran Aminah serta Adityawarman yang sedang berbahagia di samping ke dua pengantin tampan serta cantik keinginan mereka berdua. Pasal apa yang akan terjadi kelak itu dinomor keseratuskan dan disingkirkan dari benak juga pikiran mereka. Para tamu eksekutif undangan datang silih bergantian dari teman masa SMA, kuliah hingga kolega Angel. Tanpa terkecuali dari ibu tiri serta teman bisnis ayahnya. Mereka memberi selamat atas pernikahan yang unik menurut mereka. Kendati memakai gaun akan tetapi disisipkan adat kental Padang. Serta dari kudapan pun mereka mengadakan menu rendang yang nikmatnya terkenal seantero dunia. Tak ayal dari balik kelezatan makanan serta senyuman kebahagian di sana ada anak kecil serta seorang istri yang kecewa karenany
-Sukabumi-Setelah diadakannya piknik dadakan ke Pantai Karang Hawu bersama Zulkarnain serta Jubaedah. Zeira kembali ke rumahnya dan mereka pun bermalam di sana. Pikiran serta perasaan agak sedikit curiga pada kelakuan Arman serta Dahlan yang menurutnya seperti sedang memata-mati Zeira. Nampak oleh perhatiannya kalau gerak geriknya dipantau tak ada yang terlewatkan oleh keempat mata Arman serta Dahlan.Pada sore hari di samping halaman rumahnya, Zeira sedang duduk pada bangku kayu panjang di bawah pohon jambu air. Matanya berkaca-kaca begitu melihat foto pernikahan mantan di dalam pesan yang dikirim oleh Tommy. 'Pantas Abang langsung bisa melupakan Zeira dan Zidan, ternyata kehidupan Abang sangat luar biasa bersamanya!' ucapnya dalam hati."Zeira?" Tiba-tiba Zulkarnain duduk di sampingnya. "Ada apa?" jawab Zeira sembari mengelap air matanya dengan menggunakan ujung hijabnya. "Itu siapa?" tunjuk tangan Zulkarnain pada Arman serta Dahlan yang menurutnya seperti sedang mengintai rumah Zei
"Percuma gua ini memperkerjakan Lo, Arman! Ternyata Lo itu makhluk beg*!" desisan Dahlan sembari menyetir. Pikirannya pada rencana lain, dia pun cepat sekali memarkirkan mobilnya di depan para warga yang ada di pertigaan jalan. "Assalamu 'alaikum, Mang. Boleh saya sewa motornya hanya untuk 2 jam saja. Sebagai garansinya mobil saya ini diparkir di sini!" ujar Dahlan sembari mendekat ke arah salah satu warga yang sedang duduk di atas motornya. "W- w*'alaikumsalam w*rrohmatullah!" jaw*b w*rga agak kelagapan. "Tapi mau ke mana dulu? Punya SIM C?" sambungnya kemudian. "Alhamdulillah punya, ini ada kepentingan saja!" Dahlan meyakinkan seraya mengeluarkan dompetnya dan dikeluarkanlah KTP serta SIM C miliknya. "Ya, bolehlah. Bang! Kalau sehari 'kan 90,000. Kalau dua jam berapa ajalah!" ucap warga sembari memberikan kunci motornya beserta BPKB-nya. "Ini 100,000, Bang!" Cepat sekali Dahlan memberikan uang serta tangan mengambil kunci motor. Kemudian mengendarainya dan langsung meninggalkan
Tak begitu lama pengunjung berhamburan ke arah Jubaedah yang sudah ada di pangkuan Zeira. "Ibu...." Zeira kembali berteriak histeris ketika tangannya bersimbah darah dan itu berasal dari dada Jubedah. Ternyata tembakan percobaan itu melesat tepat ke arah dada Jubaedah yang sedang berdiri. Warga di sana pun langsung menelpon ambulans serta polisi karena mereka tahu ada kalau jatuhnya Jubaedah terkena peluru. "Cepatlah telepon polisi! Ini jelas tertembak!" ujar pemilik kedai. "Siapa yang menembak?" tanya penasaran warga lain yang ada di sana. Suasana menjadi sangat riuh. Tiba-tiba tempat ini menjadi sangat terang benderang karena mobil-mobil pengunjung kedai dinyalakan. Dalam hitungan menit polisi sudah datang dan langsung memeriksa Jubaedah. "Cepat bawa ke dalam ambulans!" perintah polisi. Secara kebetulan ambulans pun sudah di tempat. "Bagaimana masih bernapas 'kan dokter?" ucap Zulkarnain yang ada di dalam ambulans. "Masih Pak, tapi kita harus secepatnya ke rumah sakit agar segera
"Tapi kamu janji, Zeira!" Jubaedah menegaskan sorot pandangnya pada kedua mata Zeira yang sedang berkaca-kaca. "Ibu yakin, Nain bisa membuatmu menjadi seorang wanita yang beruntung telah lahir di dunia ini. Terlebih lagi biar Ibu tenang kalau dia bersamamu, Zeira." Wanita yang terlentang di atas meja operasi masih berbicara terus hingga jemarinya terkulai lemas. "Bu, Ibu...." Zeira serta Zulkarnain mencoba menyadarkan ibunya. Dokter serta suster yang berdiri terpaku memperhatikan dari tadi bergegas memberikan penangan pada Jubaedah. Sedangkan Zulkarnian spontan menggengam tangan Zeira untuk meninggalkan ruang operasi karena suster menggiring mereke agar segera meninggalkan ruangan. "Suster...tolong ibu saya...." Zeira memohon sedangkan tangan erat sekali digenggam oleh Zulkarnain. Sadar bahwa dirinya sedang menggenggam Zeira, wanita yang tidak ada hubungan dengannya dan ini adalah pertama kalinya. Pandangan pada tangan yang mengunci jemari lembut wanita bukan mahramnya. Ditepisnya
"Kenapa harus pakai SAYANG?" Zeira menyeringai begitu saja tanpa mempedulikan perasaan Zehab. "Ya sudah, kemanapun itu, jika Kamu suka dan Aku bersamamu, Aku pun pasti suka!" Tambah Zeira santai dengan punggungnya disandarkan pada sandaran jok mobil. "I love you, Zeira. Kamu perlu tahu itu!" Ujar Zehab disertai tangan men-starter mobil, dengan kecepatan sedang mobil pun melaju menuju ke tempat Zehab rencanakan untuk memberikan kejutan pada Zeira. Tempat itu adalah sebuah fantasi pikiran Zeira yang sering dikatakan olehnya ketika mereka sedang bersama. Zehab yang sudah jatuh cinta pada Zeira mencari tempat yang sesuai dengan fantasinya itu. Kalau laki-laki telah bertekad membahagiakan wanita yang dicintainya pasti akan berusaha untuk bisa mewujudkan impiannya. Dan, Zehab adalah lelaki selalu bekerja keras untuk itu. Perjalanan yang ditempuh memang lumayan cukup lama, oleh karena itu rengekan manja Zeira yang bertanya lagi dan lagi, "Kapan sampai?" Membuat Zehab gemas dibuatnya. Di
Kendati Rudi telah memahami ada dalang di belakang penembakan beberapa tahun silam. Akhirnya, kasus yang belum terungkap ini pun akan segera diketahui olehnya. "Ini orangnya! Dia dalang semuanya. Dia ingin Zeira meninggalkan dunia selama - lamanya, itu dilakukan demi keponakannya." Penuturan disertai memberikan beberapa bukti yang masih tersimpan rapi di dalam telepon genggamnya. "Munandar sekarang pindah ke Belanda, artinya kalian harus berhubungan dengan kepolisian di sana untuk menangkapnya!" Azyumardi turut berbicara dengan mata melirik ke arah ibunya. Aminah paham dengan lirikan itu, kalau dirinya memang sangat tidak percaya kalau besannya bisa berbuat sejahat itu. Rudi pun langsung memberikan laporan pada atasannya agar kasus penembakan pada Zeira, kendati yang kena adalah Afifah, ibu mertuanya. Suasana seketika menjadi riuh ketika Pemuda yang menjaga gerbang datang dengan tergesa-gesa. "Nyonya, Tuan, di luar ada Tuan besar bersama pengawalnya." Azyumardi langsung mendeka
Pembicaraan pun langsung dihentikan diiringi oleh dimatikan handphone secara spontan.Kemudian, Neni menatap wajah Ujang sangat tajam seakan merasakan bagaimana perasaan Nizam sebagai seorang ayah yang ingin bersama anak-anaknya. 'Masa iya aku harus ke Padang?' ucap Neni dalam hati.Melihat adiknya melamun, Rudi menepuk lembut pipinya. "Kenapa lagi?" tanyanya. Neni menoleh, lalu menarik napasnya sangat panjang kemudian dikeluarkan. "Aa temani Neni ke Padang untuk mengambil Queena besok pagi!" Pintanya tanpa berbasa-basi lagi. "Ayo, kita ajak Zidan sekalian." Lirih Rudi sembari meraih lengan Zidan yang sedang bermain-main di depannya. "Mau ketemu nenek sama kakek, nggak?" tanya Rudi dengan mata menatap wajah polos Zidan."Nggak!" ketus sekali Zidan menjawab, dan langsung disela oleh Neni, "Zidan, sayang...tidak boleh begitu." Zidan menjawab kembali, "Nenek, juga kakek 'kan maunya Zidan berpisah sama mama dulu. Terus hingga Zidan tinggal di hutan...." Rupanya peristiwa dulu masih tersim
Pertanyaan Zehab membuat Zeira mengerlingkan sudut matanya. "Hidup ini tak harus terlalu banyak pertimbangan...." "Lepaskan dan lupakan masa lalu yang menurut kita tidak harus ada!!" "Kita nikmati saat ini?" Tangan Zehab diulurkan tepat di depan Zeira, sesaat setelah dirinya berbicara. Zeira yang sedang menikmati hangatnya kopi jahe pun menatap lekat kedua bola mata indah dan mendamaikan di hadapannya. Cangkir kopi ditaruhnya pelan sedangkan pandangannya tetap terpaut pada wajah Zehab. "Aku ingin mencoba...." Jawaban datar namun penuh kepastian. Perlahan Zeira meraih uluran tangan Zehab dan langsung disambut olehnya mesra. Mereka berhadap-hadapan. "Buatlah dirimu senyaman mungkin, dan biarkan dirimu bebas. Aku milikmu...." Bisikan Zehab di kuping Zeira dengan tangan membuka perlahan hijab yang membalut kepalanya. "Kamu sangat cantik...." ucap Zehab begitu penutup kepala itu terlepas. Zeira tersenyum tipis dan lekat sekali menikmati wajah tampan Zehad. Seiring dengan itu hati kecil
Tiba-tiba saja para awak media mendatangi ke arah mobil dimana mereka bertiga berada. Seketika suasana sangat ramai dan membuat Azyumardi mengisyaratkan Dahlan untuk pergi. Melihat reaksi istrinya seperti itu kemarahan Syahrizal mencuat, dia sakit hati dan merasa kalau dirinya terdzolimi karena perselingkuhan tersebut.Di dalam keriuhan para awak media yang selalu aktif mencari-cari informasi orang-orang ternama dan menurutnya patut diupdate kehidupannya."Aku ceraikan!""Aku ceraikan!!""Aku ceraikan!!!"Suara menggema Syahrizal menghentikan aktivitas para awak media hingga mereka semua bergeming dan cekatan sekali merekamnya.Suara lantang Syahrizal pun kembali terdengar dengan menyebutkan kembali kata-kata yang sama diakhiri menyebutkan nama lengkap istrinya, Azyumardi binti Adityawarman. Sontak saja itu membuat Azyumardi termangu tanpa reaksi. Dia sadar pada tindakannya, dan, baru sekarang. Tubuhnya lemas tak berdaya seolah kekuatannya dicabut seketika karena apa yang ditakutkanny
Melihat reaksi lelaki di atasnya seperti tidak berkutik Azyumardi langsung menjatuhkan tubuhnya ke bawah lantai dengan cepat namun pelan. Sekarang posisinya berganti hingga membuat Dahlan tersadar dari bergemingnya. Matanya berkedip lambat. Kemudian, menatap tegas ke wajah cantik Azyu. Bibirnya hendak berbicara akan tetapi handphone milik Syahrizal yang ditaruh di atas bufet berdering nyaring. Sontak saja membuat kedua manusia tengah melakukan senggama tersebut bergegas berdiri dan membetulkan pakaiannya masing-masing. TREK! Pintu ruangan ada yang membuka. "Ehem!" Deheman kepura-puraan dari Syahrizal sambil langsung masuk dan berbicara, "Sayang, Abang lupa handphone Abang...." Itu langsung dijawab Azyumardi agak salah tingkah, "Oh, ya ...tadi berdering!" Serta dengan gesit berjalan ke arah bufet dan tangan kirinya meraih handphone milik suaminya sementara tangan kanannya membetulkan rambutnya yang acak-acakan. "Terima kasih, Sayang...." ucap Syahrizal dengan lembutnya mengambil hand
"Iya...sudah setahun...." Jawab Nizam.Azyumardi semakin menyudutkan dirinya sebagai wanita yang penuh dosa. Benar adanya setelah menjauhkan dirinya dengan Dahlan, Azyu sangat berbeda dari biasanya. Dia sering marah-marah tak jelas pada Syahrizal dan suka menghindar jika diajak berhubungan intim. Bahkan sering tidur di rumah orang tuanya. Sangat diterima oleh dirinya kalau kehidupannya tidaklah sedang baik-baik saja kendati belum ada yang mengetahui jika dirinya tengah menyembunyikan dosa besar."Teta?" Nizam agak meninggikan suaranya karena dirinya tak mendengar suara Azyumardi. "Iya Nizam, Zeira memang pantas bahagia. Dia wanita baik-baik dan terhormat. Kamu kembalilah padanya, Bundo dan Ayah pun setuju." Penuturan Azyumardi yang sendu juga pelan membuat Nizam berdecih kasar. Lalu dia pun mengakhiri pembicaraannya begitu saja.Nizam bukan hanya ingin membawa Queena ke Belanda, dia pun akan mengajak Zidan. Kendati harus mengambil hati putranya itu terlebih dahulu. *** Dahlan sama se
Rontaan kecil itu tak dihiraukan oleh Dahlan. Dia pun mengerti kalau itu hanya reaksi tak serius, karena diketahui jika benar-benar berontak Azyumardi akan berlari ke arah pintu apartemen atau teriak. "Kita nikmati saja malam ini, Aku yakin Kamu akan ketagihan." Bisikan pelan dari Dahlan itu seolah perwakilan isi hati dan keinginannya Azyumardi. Ya, persetan dengan statusnya sebagai istri orang penting di Indonesia. Jikalah tak terpenuhi hasrat tempat tidurnya. Malam ini, Azyumardi merelakan mahkotanya disentuh oleh Dahlan. Bukan hanya itu, dia pun menikmatinya dan memintanya berkali-kali tanpa ada rontaan ataupun berkeinginan untuk minta tolong apalagi kabur. "Kamu kesepian? Kamu tak mendapatkan ini semua dari suamimu?" Dahlan mempreteli kehidupan ranjang Azyumardi sembari mengelus rambut panjangnya. Azyumardi hanya menggelengkan kepalanya, lalu tertidur di atas dada Dahlan. Malam pun telah berganti pagi. Karenanya, Dahlan pun bergegas bangun dan menyiapkan sarapan yang sebelumnya
Tidak begitu lama suara Azyumardi pun terdengar jelas di ujung sana. "Queena di sini... dan Teta pun sudah melahirkan seorang putra." -Setahun Yang Lalu- Aminah dan Adityawarman langsung datang ke Sukabumi begitu dikabarkan oleh Azyumardi bahwa Queena ada di sana. Juga, bermaksud akan mengajak Zeira juga Zidan untuk tinggal bersama mereka di Padang. Mereka telah membuka diri serta menerima Zeira. Sayangnya, setelah sampai di Sukabumi Zeira sudah tidak ada dan Zidan tidak ingin ikut dengan mereka seolah anak kecil ini telah merekam semua kejadian masa lampau. "Zidan tidak mau bersama Nenek dan Kakek!" Teriakannya itu membuat Adityawarman terdiam sejenak hingga dan mengingat bagaimana dirinya mengorbankan Zidan ccucunya demi harta. Air mata bapak tua ini mengalir tak terbendung lagi karena menyesal kesempatannya dulu sempat bersama Zidan disia-siakan begitu saja. Sementara Azyumardi tengah merangkai sebuah drama agar rahasianya tidak terbongkar. -Flashback on- Malam yang sepi di an