"Beristirahatlah. Energi kalian sudah habis." Cheng naik ke atas lemari lalu duduk sambil bersila. Di ruangan kerja, Alini bersama Dave merasakan kegelisahan mendalam. Tak pernah terbayangkan kemelut perusahaan memanjang. Sani dengan berani meminta seluruh aset dan perusahaan. Jika tidak, maka mereka akan merebutnya dengan paksa. "Apakah kita harus mempertahankan semua ini?" Dave meraih ponselnya dan menatap jam. "Ya... kita harus mempertahankan semuanya. Jangan sampai mereka menguasainya," jawab Alina."Tapi mereka?" tanya Dave yang kehabisan akal menghentikan aksi mereka. "Di surat wasiat sudah tertulis nama kamu dan Davey. Mereka tidak berhak mendapatkan apapun dari perusahaan sedikitpun." Alina mengingat apa isi surat wasiat tersebut. "Dimana anak-anak kita? Dua minggu terakhir mereka tidak kelihatan. Apakah mereka kembali ke Malang?" tanya Alini. Dave bingung dengan pertanyaan Alini. Sebenarnya ia ingin menceritakan kemana mereka pergi. Namun niat itu diurungkan begitu saja
"Ya aku tahu itu," jawab Davey. "Aku akan meminta Cheng untuk memberikan ingatan mereka untuk berlibur." "Jadi, kamu menghapus semua ingatan mereka tentang perusahaan?" tanya Mia. "Tidak semuanya. Hanya membuat mereka liburan ke Australia. Aku ingin mereka disana dalam waktu seminggu. Aku yakin kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan cepat," jawab Davey. Mereka menyetujui apa yang dikatakan oleh Davey. Mereka akan berusaha semaksimal mungkin melakukannya. Namun Luna memperingatkan agar berhati-hati menghadapi Sani dan anak-anaknya. "Berhati-hatilah. Kita harus merapatkan barisan. Jangan sampai kau lengah lalu mereka bisa menusukmu lebih dalam. Mereka sangat licik dan tidak bisa dikendalikan!" Luna tersenyum sambil menatap bulan. "Bulan purnama. Ayo kita melakukan ritual." Mia memperingatkan Luna untuk segera ritual. "Ritual apa?" tanya Davey. Tiba-tiba saja Cheng datang dalam bentuk naga. Ia turun ke bawah sambil menatap Luna dan Mia. Lalu Cheng berubah menjadi manusia. Chen
"Karena kamu adalah seorang naga. Bagaimana bisa seorang naga menjadi pengacara? Mereka akan mempertanyakan kehebatan kamu," jawab Davey. "Hebat atau tidak, nggak ada orang yang peduli. Mereka hanya memikirkan, bagaimana caranya bisa memenangkan kasus ini," jelas Cheng. "Yang dikatakan oleh Tuan Naga benar. Mereka tidak memperdulikan, darimana kita mengambil pengacara," sambung Mia. "Apakah kamu menghubungi mereka?" tanya Davey. "Mereka siapa?" tanya Cheng, "Kepala pelayan," jawab Davey. "Sudah," sahut Luna. Cheng tiba-tiba saja menghilang. Lalu Davey mencari Cheng. Davey kesal dan memanggilnya. Tapi yang keluar hanyalah suara Cheng. "Dasar jelangkung! Pergi tak diundang! Minggat juga nggak pamit!" kesal Davey. "Cheng Li, kenapa kamu menghilang begitu saja?""Aku hanya berganti pakaian saja. Tunggu dua jam lagi!'' sahut Cheng. Kedua gadis itu malah tertawa melihat kekesalan Davey. Kedua gadis itu sudah terbiasa atas sifat random Cheng. Terkadang Cheng sang raja menyenangkan.
"Seperti biasa, Mia kalau lihat orang tampan selalu saja pingsan." Luna terus-terusan memandang wajah Cheng tanpa kedip sedikitpun. Davey menangkap pandangan Luna ke arah Cheng. Ia sangat geram melihat Cheng yang merubah dirinya menjadi sangat tampan. Davey kesal lalu berdiri di antara mereka sebagai batas pemisah. Davey menatap Luna dengan cemburu. Dengan cepat Davey menyembunyikannya agar tidak ketahuan Luna menatap Davey berdiri di hadapannya dengan wajah cemberut. Ia membuang wajah itu dan membalikkan badannya. Ketika kakinya melangkah pergi, Luna teringat akan Mia yang masih pingsan. Kemudian Luna jongkok dan membangunkan Mia. Seketika Mia sadar lalu menatap Luna. Ia menghembuskan nafasnya sambil bangun, "Mulai lagi deh penyakitku ini." Luna berdiri lalu tersenyum lucu. Ia tahu kalau sang adik memiliki kelemahan. Bahkan kelemahannya sangat unik sekali. Bayangkan saja setiap melihat pria tampan bak pangeran, Mia pingsan mendadak. "Cheng! Jangan sekali-sekali kamu menunjukan w
Di ruangan IT, Burhan ternyata sudah berjaga. Burhan maupun anak IT tidak melihat para pengawal Sani yang pergi. Mereka malah asyik bermain game ketimbang memperhatikan CCTV. "Burhan!" Sani masuk lalu berteriak kencang. Burhan terkejut dengan teriakan Sani. Pria paruh baya itu hampir saja melemparkan ponselnya. Dengan cepat ia melihat Sani lalu bertanya, "Ada apa nyonya?" "Apakah kamu tidak memperhatikan CCTV bagian lobi?" tanya Sani. "Memperhatikan kok," kilah Burhan sengaja menaruh ponselnya di atas meja. "Lalu kemana para pengawal pergi?" tanya Sani lagi. Dengan cepat mereka mengakhiri permainan dan melihat CCTV bagian lobi. Mereka baru sadar kalau disana kosong dan tidak ada orang sekalipun. Sani sudah memecat resepsionis yang berjaga di depan. Jadi bisa dikatakan pagi ini hingga pulang tidak ada kata penyambutan. "Mungkin lagi sarapan pagi," jawab Burhan asal. 'Hey... bisa-bisanya mereka sarapan pada waktu jam kerja. Sebelum berangkat kesini aku sudah memberikan sarapan!
"Lebih cepat lebih baik. Aku harap kamu tidak mengulur waktumu." Cheng menjawab dengan tegas. "Kucurkan dana buat kita pergi ke Athena. Aku ingin malam ini kita berangkat kesana!" Davey sengaja memberikan perintah untuk Darius. "Jangan lupa pengeluaran kita selama di Athena harus dicatat. Aku nggak mau melakukan korupsi sedikitpun."'Baiklah." Rio menyetujui keinginan Davey.Darius segera mengucurkan dana buat kepergian ke Athena. Mereka harus segera bertindak supaya bisa menghancurkan impian Sani. Benar apa yang dikatakan oleh Cheng. Jika mereka tidak bertindak, maka Sani bisa memenangkan dan merebut perusahaan ini dari tangan sang ayah. "Apakah kita harus bertemu dengan Sani sekarang juga?" tanya Mia. "Aku rasa tidak perlu. Biarkan saja mereka berpesta pora dan menikmati hasil rampasan untuk sementara waktu." Cheng tidak mengizinkan mereka turun. Mereka percaya kepada Cheng. Satu masalah tentang kepala pelayan sudah selesai. Masalah satu ini yang belum. Mereka berharap kalau mas
"Berita tentang kecelakaan itu ya?" tanya Mia balik. "Ya itu benar." Cheng melingkarkan tubuhnya di lantai. "Kalian pasti bisa mengambil kesimpulan dari berita itu.""Ya aku tahu itu. Ini adalah kecelakaan bukan kelalaian manusia. Tapi kecelakaan ini sengaja dibuatkan rencana untuk membunuh seseorang. Seseorang itu adalah ayah. Terlihat jelas mobil yang dipakai oleh orang itu. Mobil itu sangat mirip dengan mobil ayah sering dipakai ke kantor. Tapi sayangnya mereka bodoh. Mereka tidak melihat plat nomornya berapa? Mereka asal nabrak. Yang lebih parahnya lagi, orang yang berada di dalam mobil itu adalah aparat kepolisian. Aku yakin kasus ini akan diusut. Soalnya beliau memiliki jabatan penting di kepolisian." Mia menjelaskan secara gamblang."Kamu sudah tepat mengambil keputusan. Jika ayahmu masih disini, maka ayahmulah yang menjadi korban. Aku tidak habis pikir dengan orang-orang yang ingin mencelakai keturunanku satu persatu. Aku sangka setelah menghabisi kerajaanku, mereka tidak aka
"Aku cemas karena anak buah Sani ada dimana-mana. Mereka sudah menguasai kota. Bahkan Sani membayar mereka dengan mahal demi memperhatikan gerak-gerik kita," jelas Mia."Kamu tenang saja. Mereka tidak akan tahu kalau kita sudah meninggalkan Indonesia dengan aman. Begitu juga dengan ayah dan ibu. Tadi pagi ketika berangkat aku sengaja mengawalnya," sahut Cheng. "Jadi, apakah kita masih bisa aman untuk pergi dari sini?" Luna sebenarnya tidak nyaman jika gerak-geriknya selalu diperhatikan oleh Sani."Aman," jawab Cheng. Tentu saja bagi Luna tidaklah nyaman sama sekali. Ingin ke mana mereka selalu tahu. Bahkan yang lebih parahnya lagi, Sani menyuruh mereka untuk menguntitnya.Di Melbourne, Panos sengaja menjadi pengawal pribadi Dave. Ketika sedang makan, Panos mendengar tragedi kecelakaan yang berada di dekat kantor. Matanya sangat cermat dan mengenal siapa pelaku utamanya. Panos sudah bisa mengambil kesimpulannya tentang kasus tersebut. Panos mengaku lega karena Davey sudah mengambil k