Sesuai kesepakatan, hari ini adalah hari di mana Dara akan bertemu dengan Adam—calon suaminya. Mereka berdua diberi kesempatan untuk mengobrol dari hati ke hati. Lebih tepatnya untuk memberikan waktu, agar mereka mempunyai waktu berdua untuk saling mengenal satu sama lain.
Meskipun calon suami pilihan orang tua Dara bukanlah pria idamannya. Tidak membuat Dara untuk lari dan membatalkan pertemuan ini.Setengah jam lamanya Dara menunggu. Namun, orang yang sedang ia tunggu belum juga datang. Ini membuat Dara kesal setengah mati, alasannya ia paling tidak suka menunggu seseorang.Wajar saja jika pria yang ingin ia temui begitu lama, sebab mereka janjian via WA sekitar pukul sepuluh pagi. Namun, Dara sudah datang sejak pukul sembilan pagi.“Assalamualaikum.”Dara menolehkan kepalanya, saat ada seseorang yang mengucapkan salam tepat di samping tubuhnya. Dara menatap orang tersebut, menelisik dari atas sampai bawah.Sosok pria jangkung dengan perwatakan tegap serta berkumis sedikit tebal. Sama persis seperti dalam foto yang diperlihatkan ibunya. Seketika itu sebuah senyuman mengejek tersungging di sana. Dan pria itu adalah Adam Nalendra Pratama.Dara lalu kembali meluruskan pandangannya setelah ia tahu sosok yang mengucapkan salam itu. Ia sama sekali tidak peduli, atau mungkin saja Dara memang menganggap pria tersebut tidak ada.“Assalamualaikum,” ucap salam Adam lagi. Sebab salam pertamanya tidak dijawab.“Tinggal duduk aja, sih, bisa kan?” Ketus Dara tanpa sedikitpun menatap ke arah Adam.“Jika ada orang yang mengucapkan salam, maka kita wajib untuk menjawabnya. Karena mengucapkan salam termasuk ke dalam 5 hak Muslim terhadap Muslim lainnya,” ucap Adam penuh dengan kelembutan.“Kalau kamu mau ceramah, jangan di sini! Kamu salah tempat, di masjid sana!” sinis Dara seraya melipat kedua tangannya saking kesalnya.Adam tetap mengucapkan salam. Ia tidak akan berhenti sebelum Dara membalas ucapan salamnya.“Assalamualaikum.”Dengan mata yang tertutup serta tangannya yang ia kepalkan, akhirnya Dara pun menjawab salam dari Ashraf meskipun setengah tak ikhlas.“Waalaikumsalam,” ketus Dara, pada akhirnya ia menjawab salam dari Adam.Adam tersenyum, lalu ia pun duduk berseberangan dengan Dara. Saat Adam baru saja duduk, ia harus rela mendengarkan ocehan Dara. Dia protes karena Adam datang terlambat.“Kamu di rumah punya jam gak sih? Aku nunggu kamu setengah jam lebih, loh! Tapi kenapa baru nongol sekarang?” protes Dara kepada Adam.“Di rumah ada jam, kok. Banyak malah. Maaf jika sudah membuat kamu menunggu. Karena perjanjiannya juga ketemu pukul 10.00 pagi makanya aku datang 15 menit sebelum pukul 10.00 pagi.” Terang Adam dan tetap Dara tidak mau peduli. Intinya dia kesal setengah mati karena menunggu sosok pria yang tidak penting menurutnya.Dara menepiskan tangannya di udara. “Terserah kamu deh! Jadi, sekarang maunya gimana?” tanya Dara kemudian.Adam yang tidak mengerti dengan maksud perkataan Dara pun, hanya bisa mengurutkan kening lalu bertanya kepada Dara mengenai maksud dari perkataan dirinya.“Apanya yang gimana?” tanya Adam kepada Dara.“Jangan pura-pura bego deh! Maksud aku itu gimana dengan perjodohan kita? Lagian kenapa kamu nerima perjodohan ini? Kamu tahu kan perbedaan usia kita itu jauh. Aku baru 20 tahun. Dan jika aku lihat usia kamu pasti sudah 40 tahun kan? Tua amat!” terka Dara tentunya dengan nada yang sinis dan jijik.Adam pun tersenyum simpul.” Apakah aku terlihat setua itu? Aku baru 32 tahun,” Terang Adam.“Alah tetap saja, perbedaan usia kita itu jauh. Sekarang aku tanya, kenapa kamu mau menerima perjodohan ini? Kamu bisa kan nolak, kita aja nggak saling kenal.”“Alasan saya menerima perjodohan ini, karena pilihan orang tua pasti tidak akan salah. Jika menurut kedua orang tua saya, kamu yang terbaik untuk saya, maka dengan senang hati saya menerima perjodohan ini.” Jelas Adam menceritakan alasan ia menerima perjodohan tersebut.“Tapi aku gak mau. Apa kamu gak malu nanti punya istri kaya aku? Sedangkan penampilanmu alim kaya gini. Kita itu teramat jauh bagai langit dan bumi.”“Untuk apa aku malu? Akhlak itu bisa diubah dan saya pasti bisa mengubah akhlak kamu jauh lebih baik.”“Mimpi! Asal kamu tahu aku paling anti diatur. Ada aturan artinya sesuatu yang harus dilanggar. Jadi selagi kamu ngatur hidup ku, selama itu pula aku akan melanggar. Aku tidak aka peduli dan aku akan bersikap masa bodoh.”Bukannya tersinggung atau marah, Adam justru tertawa. Kini giliran Adam yang tertawa. Tentunya membuat Dara semakin kesal.“Ternyata, apa yang dikatakan kedua orang tuamu itu benar ,ya, kamu itu memang belum dewasa meskipun usia kamu sudah 20 tahun, tapi tidak seperti sudah seusia itu. Padahal kebanyakan orang normal, di usia 20 tahun seorang wanita harus memiliki pemikiran dewasa.”Dara melotot saat dikatakan dirinya belum dewasa, dia tidak terima. Dara menggebrak meja seraya sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. Lalu mengangkat telunjuknya dan menunjuk-nunjuk ke arah wajah Adam.“Hai! Hati-hati Kalau Anda bicara. Perkataan Anda itu sangat menyakiti hatiku tahu!” Protes Dara.“Kamu membahas mengenai hati kamu yang sakit. Lalu, apa kamu tidak pernah berpikir orang-orang yang sering kamu sakiti hatinya dengan ucapanmu itu? Bagaimana perasaanmu sekarang? Enak tidak? Dan begitu juga orang yang sering kamu sakiti dengan lisanmu yang tajam.”Dara kembali menjauhkan tubuhnya lalu melipat kedua tangannya di atas perutnya. Dia muak! Lagi-lagi Adam ceramah di hadapannya.“Bisa nggak sih nggak ceramah di sini? Aku sudah bilang, kalau mau ceramah nanti di masjid bukan di sini.’’ Adam menjawab reaksi Dara dengan tersenyum simpul. Adam sebenarnya terlihat tampan, hanya saja tertutup oleh kumis yang sedikit tebal itu.“Kenapa malah senyum-senyum gitu? Aku serius.”“Saya juga serius. Apa saya terlihat bercanda?”Tak mau ambil pusing, Dara lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Ia meletakkan di atas meja dan mendorongnya tepat di hadapan Adam.Adam mengerutkan keningnya, ia bingung kertas apa yang diserahkan oleh Dara?Kertas itu terlihat kosong, hanya ada satu tanda tangan di bagian paling bawah, pojok kanan. Karena rencana pertama gagal untuk membujuk mengakhiri perjodohan ini. Maka Dara menggunakan cara kedua.“Ini apa dan untuk apa?” Tanya Adam kemudian.“Kita buat perjanjian, perjanjian pranikah.” Jawab Dara begitu datar.Adam membuang napas seraya mengucapkan kalimat istighfar. “Astaghfirullahaladzim. Apa maksudnya? Kenapa harus ada perjanjian pranikah segala?” Adam terkejut saat mendengar penuturan Dara.“Ingat ya aku nggak mau menghabiskan hidupku sama kamu. Aku masih punya cita-cita yang panjang yang belum aku gapai. Aku yakin setelah kita nikah kamu akan banyak menuntut dan melarang apa yang aku mau. Maka dari itu kita buat perjanjian.”“Aku tidak setuju, pernikahan itu bukan untuk main-main, Dara. Pernikahan itu sesuatu yang sakral yang suci.”Sudah Dara duga, jika Adam itu tipe pria yang sulit untuk diajak kerjasama. Lalu apa yang harus dia lakukan jika seandainya dia tidak melakukan perjanjian pranikah?Padahal Ia sudah merencanakan hal-hal apa saja yang akan diajukan di dalam perjanjian pernikahan itu.“Tapi ...”Adam langsung saja menyela perkataan Dara. “Ingat Dara! Saya tidak akan melakukan perjanjian apapun dengan kamu. Saya sangat menghargai sebuah hubungan. Maaf pertemuan kita sepertinya cukup sampai sini. Sampai bertemu di pelaminan, Dara. Assalamualaikum. “ ucap Adam lalu pergi setelah secara spontans Dara membalas ucapan salma Adam.Ucapan Adam itu sungguh sangat menggelikan dan menjijikan di telinga Dara. Apakah dia benar-benar akan menjadi seorang istri dari pria kolot semacam Adam? Batin Dara. Tidak! Dia tidak mau hal seperti ini terjadi.Dara berpikir keras apa yang harus ia rencanakan agar pernikahan mereka tidak terjadi? Kalau pun terjadi harus memikirkan rencana cadangan lain. Karena dia tidak ingin menghabiskan hidupnya dengan pria seperti Adam.Ekspresi Dara berubah jadi sumringah, sepertinya ia tahu rencana apa lagi yang bisa ia gunakan.“Iya aku tahu apa yang harus aku lakukan nanti,” gumam Dara seraya tersenyum penuh arti.Malam hari sekitar pukul 10.00 malam usai resepsi pernikahan Dara dan Adam....Tadi siang sudah diadakan acara akad pernikahan antara Dara dan Adam. Hanya pernikahan sederhana, karena Dara ingin pernikahan mereka disembunyikan. Dara belum siap jika orang tahu dirinya sudah menikah namun, lebih tepatnya ia malu karena harus memiliki suami berpenampilan kolot dengan selisih umur mereka 12 tahun. Dia yakin dirinya akan jadi bahan ghibah teman-temannya. Sekarang Dara dan Adam tengah di dalam kamar pengantin. Saling diam tanpa sepatah kata pun terucap. Dara duduk di sofa seraya memalingkan wajahnya menghindari tatapan Adam. Sementara Adam, ia berada di atas ranjang seraya menatap ke arah Dara.“Kita salat isya dulu, ya,” Adam tiba-tiba berbicara seperti itu setelah keheningan tercipta.Bukannya menjawab, Dara malah beranjak dan menghalau Adam agar tidak duduk di atas ranjang.“Minggir!” ucap Dara ketus.Adam tidak mengindahkan seruan Dara. Ia tetap duduk di atas ranjang dengan soro
Dalam hati, Dara bersorak bahagia karena akhirnya Adam setuju dengan kesepakatan yang sudah ia buat. Dara yakin dengan cara ini akan mempersingkat masa pernikahan mereka. Kenapa demikian? Karena Dara yakin dia tidak akan pernah mencintai Adam. Pria yang menurutnya terlihat kolot. Sungguh itu bukanlah pria tipe nya. “Tapi, aku punya satu syarat.” Ucapan Adam yang tiba-tiba itu seketika menjatuhkan angannya. Syarat? Syarat apa? Dara seketika takut, saat syarat diajukan Adam memberatkan dirinya. “Kenapa harus pakai syarat segala? Aku tidak setuju!” tolak keras Dara. “Saya saja sudah setuju dengan kesepakatan yang kamu buat. Apa saya tidak boleh mengajukan syarat?” tanya Adam dan sungguh kata-kata Adam bagaikan sebuah pedang yang menghunus jantungnya dan sangat tepat sekali . Sedikit gelagapan akhirnya Dara pun mau tidak mau harus setuju dengan keinginan Adam, yang mau mengajukan syarat. “Baiklah, memangnya apa syarat yang kamu mau? Ingat ya jangan sampai syaratnya sulit dan banya
Kini Dara sudah berada di rumah Ashraf. Sebuah rumah sederhana yang jauh dari kata mewah. Rumah yang besarnya hanya sebesar kamar miliknya di rumah mewahnya. Hanya ada satu kamar tidur, satu kamar mandi, dapur dan ruang tengah. Dara terlihat jelas merasa tidak suka dengan apa yang ia lihat sekarang.. “Ini rumahmu?” tanya Dara Dengan nada tak percaya. “Menurutmu?” tanya balik Ashraf. Dara lalu menoleh ke pada Ashraf yang saat ini tengah memasukkan koper miliknya dan milik ashraf ke kamar. “Ini bukan rumah.” Jawab Dara dengan ketusnya. Ashraf tidak merespons. Ia memilih diam. Karena tidak mendapatkan jawaban dari Ashraf membuat Dara berinisiatif untuk melihat kamar barunya. Ia bisa bayangkan betapa jauh dari kata layak di sebut kamar. Benar saja, Dara langsung dibuat melongo melihat isi kamarnya. Sebuah kamar berukuran 4x4 meter. Dengan satu tempat tidur dan satu lemari plastik. Lalu di sisi dekat pintu ada cermin yang menempel di dinding. “Kau sedang tidak bercanda buk
Napas Dara terengah-engah. Kelakuan Ashraf membuat dirinya semakin membencinya. Bagi Dara tidak ada yang patut dibanggakan dari pria yang bernama Ashraf. Tidak ada satu pun. Di tengah kekesalannya itu, tiba-tiba Handphone Dara berdering. Tertera nama seseorang yang sudah satu tahun ini mengisi hati dan hidupnya dia adalah Morgan sang kekasih. Tanpa banyak ba-bi-bu lagi, Dara langsung menggeser ikon hijau di layar handphonenya. Dengan nada suara manjanya Dara mulai menyapa sang kekasih. "Hallo, Beb," sapa Dara pada Morgan. Sapaannya dibalas Morgan dengan nada suara merajuk. ("Hallo juga, Beb. Kangen. Kenapa dua hari ini sulit sekali aku hubungi? Selalu saja panggilan dialihkan.") Keluh Morgan dari balik telepon. Dara menghela napas, ia mengaku salah. Gara-gara perjodohan sialan itu membuat Dara melupakan sang kekasih. "Maafkan aku, beb. Aku lupa ngabarin. Dua hari ini aku disibukkan sama pernikahan saudaraku. Aku jadi panitianya, padahal aku udah nolak. Tapi terus saja dipak
Dara mengirim pesan pada Morgan, ia memberi kabar jika dirinya akan terlambat datang. Cuaca terik ditambah tidak ada taksi yang lewat membuat Dara semakin kesal dan marah tidak jelas. Sialnya lagi, aplikasi WE-CAR- nya tidak bisa ia gunakan karena mengalami maintenance. Dara tidak hentinya mengibas- ngibaskan lengannya untuk mengurangi rasa gerah dan panas. "Tuhan! Cobaan apa lagi ini? Argh!!" Dara berteriak Frustrasi. Sekarang Dara harus bisa terbiasa tidak menggunakan fasilitas mewah. Mobil, kartu kredit ataupun kartu debit kini ia tidak memilikinya lagi. Dia benar-benar harus bisa terbiasa, ia pikir mungkin kedepannya akan ada sesuatu yang lebih dari ini. Sial! Mata Dara lalu tertuju ke ujung jalan, di mana terdapat pangkalan ojek. Sempat terlintas untuk menggunakan jasa ojeg tapi tiba-tiba Dara menggeleng cepat. Ia malah menekuk wajahnya dengan mata terus memandangi lengannya dan memegangi wajahnya. "Kalau aku naik ojeg, bisa-bisa kulit ku jadi hitam. Tapi ... Diam teru
Adam menunggu kedatangan Dara dengan cemas. Sudah selarut ini tapi sang istri kecilnya tidak kunjung terlihat batang hidungnya. Berulang kali Adam menghubungi nomor Dara. Tapi hasilnya diluar jangkauan. Adam semakin gelisah, kalau pun ingin mencari Dara, ia harus cari ke mana? Dirinya tidak tahu Dara pergi ke mana.. "Dara,,,, kamu ke mana, kenapa belum pulang?" Gumam Adam. Karena tidak sabar jika ia harus berdiam diri di rumah menunggu kepulangan Dara. Adam memutuskan untuk mencari Dara meskipun ia tidak tahu cari ke mana. Adam mengambil kunci motornya lalu bergegas pergi untuk mencari Dara. Tujuan utamanya ada klub malam. Tiba-tiba saja ia teringat perkataan ibunya Dara jika Dara sering keluar malam dan biasanya ia pergi ke klub. Pikir Adam tidak masalah jika harus mencari Dara ke tempat itu. Tempat yang tidak pernah sekalipun ia injak , melihatnya saja ia tidak pernah. Satu persatu klub yang ada dikunjungi Adam. Ia masuk seraya terus mencari sosok sang istri. Jika tidak ada mak
Dara mulai mengerjap bulu mata lentiknya terlihat bergerak-gerak. Ia hendak membuka matanya namun kembali ia pejamkan kembali saat cahaya matahari dari celah jendela menyilaukan matanya. Perlahan, ia kembali membuka kedua matanya hingga mata indahnya bisa terlihat dengan jelas. Dara mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Tak lama ia memegangi pelipisnya kepalanya mendadak terasa cenat-cenut tidak karuan. "Aww, apa yang terjadi? Kenapa kepalaku rasanya mau pecah?" gumam Dara lalu ia berusaha untuk bangun. Saat ia sudah terduduk, ia berusaha mengingat sesuatu. Meskipun kepalanya terasa begitu sakit tapi Dara berusaha mengingat sesuatu. Lalu tatkala matanya mengarah pada baju yang ia pakai, bayangan malam itu terlintas. Malam di mana ia dan Morgan pergi ke klub lalu ia minum dan .... "Hah, ke-napa aku aku bisa ada di rumah pria kolot itu? Dan apa ini?...." Dara melihat ke arah baju tidur yang ia gunakan. Dara langsung menyilangkan kedua tangannya di atas dada dan menje
Tiba di kampus, pesan yang ia kirim ke nomor Morgan tidak kunjung di respons. Itu membuat Dara semakin khawatir. Pikiran buruk pun terlintas di kepalanya. Jangan-jangan... Ashraf melakukan hal yang tidak-tidak. Di tengah rasa ketakutannya itu, tiba-tiba Mery--teman Dara datang dan mengejutkannya. Saking tekejut, handphone yang ada dalam genggamannya saja hampir terjatuh. Beruntung masih bisa Dara selamatkan. "Mery! Kau gila apa? Kau sengaja mau buat aku mati muda? Mati konyol gara-gara dikaget seperti ini?'' sewot Dara dengan kesalnya. Bahkan jantungnya begitu berdegup dengan cepatnya. Mery cengengesan seraya menggaruk kepalanya yang diperkirakan tidak merasa gatal itu. Mery bertingkah seolah-olah tidak memiliki dosa apa pun. "Sorry, Dar. Salah kamu sendiri. Kenapa masih pagi udah melamun.'' ujar Mery ia berkata seraya duduk di bangkunya yang ada di sebelah Dara. "Ada apa sih? Ngelamunin apa gitu?" Tanyanya lagi setelah ia berhasil duduk. "Ini masalah Morgan, Mer," jawab Da
Mobil Morgan berhenti tepat di depan rumah Dara. Sebelum mereka benar-benar berpisah, Dara meminta pada MOrgan agar tidak memikirkan hubungan pernikahan dirinya dengan Adam. Karena sudah dipastikan mereka akan bercerai."Beb, inget, ya, aku milikmu jangan berpikir yang tidak-tidak tentang ku. Aku bersumpah....""Iya, aku percaya. Masuk gih!" Morgan memotong perkataan Dara.Morgan berusaha untuk bersikap tidak peduli, karena dia memang tidak peduli meksipun Dara memiliki pria lain. Sebab ia hanya butuh tubuh Dara ini. Bukan hatinya apalagi cinta.Dara melambaikan tangan disertai tersenyum ke arah Morgan, lalu dibalas oleh MOrgan. Setelah itu, mereka benar-benar berpisah. Saat mobil Morgan semakin jauh hingga tidak nampak lagi. Dara pun membalikkan tubuhnya. Hingga ia menatap rumah yang ia dan Adam tempati. Dara menarik napas dalam sebelum akhirnya ia masuk. Sebenarnya, ia malas bertemu dengan Adam. Karena ia yakin saat dirinya masuk akan langsung diintrogasi. Sudahlah! Sepertinya ia h
"Kamu percaya kan jika pernikahan ini hanya sementara dan aku sama sekali tidak mencintai dia, karena orang yang aku cinta itu hanya kamu." Ucap Dara kepada Morgan saat mereka sudah berada di dalam mobil.MOrgan tidak bicara, ia memilih diam ia bingung apa yang harus ia jawab."Tolong percayalah , orang yang aku cinta itu hanya kamu. kalau seandainya bukan kamu yang aku cintai, dari awal aku menikah sama dia sudah pasti aku akan bilang, akan aku beritahu ke orang. tapi ini apa? aku memilih menyembunyikannya.''Morgan masih terdiam tatapannya terlihat kosong ke depan. Ia bingung kenapa dirinya begitu marah mengetahui Dara menikah? Padahal yang ia tahu dirinya pacaran pun bukan karena cinta tapi dia Hanya penasaran. karena Dara sosok wanita yang sangat susah untuk disentuh. jangankan disentuh tangan untuk mencium dan memeluk saja pun tidak bisa.Apa selama ini dia benar-benar mencintai dara? tidak dia tidak mencintai Dara , dia tidak percaya dengan cinta dia hanya menginginkan k
Belum juga Adam bilang mengizinkan Dara sudah pergi bersama Morgan. Morgan langsung menggandeng tangan Dara menjauh dari Adam. Namun, Baru beberapa langkah, langkah Morgan dan Dara terhenti tatkala baju bagian belakang Morgan ditarik oleh Adam.Melihat Morgan berhenti membuat dara pun menoleh ke Morgan yang mengisyaratkan dirinya bertanya-tanya kenapa Morgan malah berhenti?Lalu Dara pun menyadari, jika baju bagian belakang Morgan dipegang oleh Adam."Om, apa-apaan sih? lepasin baju Morgan!'' titah Dara kepada Adam. Jangan lupakan ia memasang wajah kesal."Aku nggak izinin kalian pergi, tapi kenapa kalian malah pergi?'' Ujar Adam dengan dinginnya. Seraya tatapannya mengarah pada Morgan. Tatkala Morgan menoleh membalikkan tubuhnya jadi berhadapan dengan Adam.Morgan bersikap santai, dia memang tidak pernah ada sopan-sopannya terhadap orang yang usianya di atas dirinya. "Lagian, kenapa om harus larang dara? Om kan hanya omnya nggak ada hak sepenuhnya pada Dara,'' ujar Morgan dengan perc
Mery langsung menoleh saat mendengar seseorang bertanya padanya. Tentunya ia mengenali pemilik suara tersebut. Ia terkejut dan langsung menyembunyikan handphone miliknya.Dara yang awalnya tersenyum berubah jadi terdiam saat melihat respons Merry yang terlihat ketakutan serta terkejut."Dara," seru Mery."Kenapa kamu begitu terkejut? Apa benar itu kekasih mu?" Tanya ulang Dara ia lalu mendekatkan posisi duduknya."Mmmm, bukan, ini ... Ini....""Jujur aja, mer. Tega ih gak kasih tahu. Kapan-kapan boleh dong kita double date.""Ini bukan pacar ku, Dar. Dia....""Ayolah! Jangan disembunyikan kaya gini. Kenalin ke aku dong. Apa mungkin aku kenal orangnya?" Tanya Dara seraya memotong perkataan Mery.Mery ke susahahan menelan Salivanya, bagaimana ia menjawabnya? Bagaimana ia mengatakan jika orang yang baru saja menelepon dirinya adalah Morgan? "Kenapa diam, sih!" Seru Dara seraya menepuk bahu Mery.Mery langsung terperanjat kaget. "Wajarlah aku diam, orang yang tadi telepon bukan pacarku.
Dara menarik lengan Adam. Ia membawa Adam menjauh dari keramaian kampus. Adam terus menatap ke arah lengannya yang dipegang Dara. Sungguh ia bahagia bisa dipegang Dara.Setelah mereka berada di tempat sepi, lebih tepatnya di samping gedung kampus. Dara langsung melepaskan pegangannya dan menghentikan langkahnya."Ubah penampilan, om. Jangan seperti ini." Ucap Dara seraya memalingkan wajahnya. Jangan lupa tangannya ia bersidekap tangan di atas perut."Ubah?" Tanya ulang Adam dengan kening yang berkerut.Adam mengerti dengan maksud Dara. Tapi kenapa harus? Bukannya Dara harusnya senang melihat dirinya berubah? Bukankah selama ini dia selalu mempermasalahkan penampilannya? Lalu kenapa setelah ia berubah malah meminta dirinya seperti dulu? Adam begitu banyak pertanyaan dalam hatinya. Hingga Adam bisa menarik kesimpulan saat kalimat selanjutnya Dara ucapkan.Hal ini justru membuat dirinya tersenyum tipis. "Om sengaja mau menggoda para wanita di sini? Apa Om tidak sadar setiap wanita di k
Di kampus, semua mata tertuju pada Adam. Mereka terkesima dengan penampilan baru Adam. Tatapan orang-orang itu tidak luput dari tatapan Dara. Entahlah! Dia kesal sendiri melihat mata memuja dari para wanita. Tak terkecuali Mery ia pun sama halnya terpesona.Dara tidak suka melihat tatapan para wanita itu. Tatapan yang membuat hatinya terasa terbakar. Ia pun berpikir jika Adam sengaja tebar pesona. "Dasar om-om ganjen!" Gerutu Dara dalam hati.Mery yang melihat wajah Dara di tekuk seperti itu meninggalkan sejuta tanda tanya. Ada apa gerangan yang membuat temennya itu seperti ini."Kamu kenapa? Muka ditekuk kaya gitu? Apa karena Morgan belum datang? Tenang saja, sebentar lagi dia pasti datang. Tadi dia baru bangun," Ucap Mery, namun tiba-tiba Mery menutup mulutnya. Ia sepertinya merasa salah bicara.Wajah di tekuk Dara seketika berubah keterkejutan. Saking terkejut keningnya sampai berkerut. "Tadi kamu bilang apa? Baru bangun? Tahu dari mana?" Tanya Dara penuh kecurigaan Mery langsung
Adam ikut terdiam saat melihat Dara terdiam. Adam Lalu menatap tampilan dirinya. Apa mungkin ada sesuatu yang aneh? Hingga Dara menatap dirinya segitunya.Namun, Adam merasa tidak ada yang aneh. Ia lalu mengibaskan tangannya di depan wajah Dara. Berharap Dara tersadar tidak terus melamun.Bukannya tersadar, Dara justru semakin terdiam membisu dengan mulut yang terbuka lebar. Baru saat Adam menyentuh pipi Dara, Dara sadar. Dara pun langsung merutuki dirinya sendiri karena sudah terpesona pada Adam.Dara tidak terima karena dirinya sudah terpesona. Padahal bagaimanapun penampilan Adam, ia tidak boleh terkecoh, ingat ia memiliki Morgan yang tengah menunggu dirinya."Kamu sengajakan berpenampilan seperti ini? Kamu mau menggodaku? Hah, sorry aku gak akan tergoda. Di mataku kamu tetap pria kolot!"Dara langsung melengos meninggalkan Adam. Adam termangu tidak mengerti maksud perkataan Dara, menggoda? Mendadak wajah Adam berubah sedih. Ia pikir dengan mengubah penampilannya Dara bisa meneri
Dara tidak bisa tidur ia berusaha untuk memejamkan matanya namun sayangnya rasa kantuknya hilang Ia hanya bisa berguling sana berguling sini tidak karuan.Perlakuan manis Adam berhasil membuat hatinya sedikit goyah, hatinya merasakan sesuatu yang sejak dulu memang ingin ia dapatkan. Perhatian. Selama ini kedua orang tuanya terlalu sibuk dan banyak menuntut ini itu.. meskipun Dara tahu perintah orang tuanya baik. Namun, ia tidak suka. Dia tidak suka untuk diperintah.Dara mengacak-acak rambutnya, ia lalu menggeram Frustrasi. Ia ingin tidur, ingin melupakan apa yang terus saja ia pikirkan."Ya Tuhan, ada apa denganku? Kenapa pria Kolot itu terus mengganggu pikiranku? Kenapa?" Racau DaraDara menghela napas kasar, ia lalu menatap langit-langit rumahnya. Tiba-tiba ia kembali teringat seharian ini Adam mengurusnya. Bahkan ia sampai lupa kemarahannya pada sang mama. Saat pikirannya tertuju pada Adam, ingatan lain muncul. Ia lupa perjanjian mereka sudah berjalan berapa hari.. saking tidak
Sudah tiga jam lamanya Dara mengurung diri di kamar, Adam mulai khawatir. Pasalnya Dara belum makan dan keadaan Dara yang memang kurang sehat.Adam berdiri di depan pintu kamar, dengan sebuah kunci cadangan tergenggam di tangannya. Ia bermaksud untuk membuka pintu tanpa seizin Dara. Sebab Adam yakin jika dirinya mengetuk pintu dan meminta izin masuk tidak akan diizinin masuk.Pintu terbuka, Adam bisa melihat jelas tubuh Dara yang meringkuk di atas kasur. Tidak ada pergerakan, sepertinya ia tidur. Pikir Adam.Perlahan, Adam pun berjalan mendekat ke arah di mana Dara berada. Tepat di samping ranjang, Adam memanggil Dara namun tidak ada respons sedikitpun. Lalu, Adam memberanikan diri untuk menyentuh Dara bermaksud untuk membangunkan Dara. Mungkin dengan disentuh bisa membuat Dara bangun.Karena Dara memakai baju lengan pendek, hingga saat Adam menyentuh lengannya. Adam langsung membulatkan kedua matanya seraya terus menatap Dara. Tubuh Dara kembali panas. "Astaghfirullah, dia demam lag