Setelah cukup lama berpikir dan menimbang akan baik dan buruknya, akhirnya dia pun sudah mendapatkan keputusannya."Baiklah, A' ... Ibu setuju dengan ide Aa'. Ibu akan ikut apapun keputusan Aa', karena Ibu yakin apa yang Aa' putuskan adalah untuk kebaikan kita." putus Yuni mengulas senyum membuat Ad
"Iya, Pak!"Rusman lantas mengunci pintu, setelah kembali memeriksa keadaan dalam rumahnya. Dan setelah yakin semua aman, ia bergegas mengunci pintu utama dan bergabung dengan yang lainnya.Sedikit raut cemas dan khawatir tersirat di wajahnya, hingga ia menghela nafas lega saat mobil sudah meninggal
Perjalanan panjang yang cukup membuat kedua kaki Yuni dan juga Rusman keram telah terlewati dengan baik. Adji mengajak mereka untuk menempati salah satu rumah sewaan milik keluarga ibu kosnya. Yang mana, lokasinya pun tak jauh dari tempat kos Adji sendiri.Umar menolak untuk singgah walau hari telah
"Tadi sebelum berangkat, Bapak teh niatnya mau ke rumah Wak Harjo. Tapi belum sampai sana, Bapak papasan sana Yu Siti." jedanya menoleh ke arah Yuni, lalu Yuni mengangguk tanda setuju untuknya melanjutkan cerita."Terus?" desak Santi."Yu Siti bilang kalau di rumah Wak Roji sedang ramai orang gitu.
"Salma, apa-apaan kamu, hah?!" bentak Roji tak terkendali."Pa-pa ... " gagapnya, jemarinya segera menekan tombol on/off pada ponselnya agar segera mati sebelum dirampas oleh sang ayah."Pakai bajumu! Apa-apaan kamu ini!" bentaknya lagi meraup wajahnya frustasi.Melihat anak gadisnya yang nyaris tel
Yuni ingat betul bagaimana perjuangan Adji untuk bisa masuk ke kampus, yang terkenal memiliki standar yang tak main-main ini. Di samping kemampuan secara psikis dan psikologis, harus didukung juga dengan kemampuan finansial.Sedangkan Adji, hanya didukung oleh kemapuan otaknya saja. Tetapi tidak dar
Usai acara yang begitu mengharukan di kampus, dilanjutkan dengan sesi foto bersama, lalu pulangnya Adji mengajak keluarganya makan di restoran untuk merayakan hari bahagia itu.Setelahnya, mereka gegas pulang karena rasa lelah yang mendera raga. Usai membersihkan diri, Rusman dan Yuni terlelap karen
Mengunjungi pusat perbelanjaan besar, sekedar untuk jalan-jalan ataupun menonton film bertema keluarga. Sungguh tak Adji lewatkan seharipun tanpa menyenangkan keluarganya.Seperti hari ini, dia mengajak keluarganya untuk jalan-jalan ke mall. Untuk berbelanja dan menikmati hari terakhir mereka di kot
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte