Chapter: Bab 22: Amarah TediAku terbelalak kaget. Bobi tersungkur, dan sosok yang menyerangnya kini berada di atasnya, mencengkeram kerah bajunya dengan penuh emosi."Kau pikir kau bisa menjahili kami lagi?!" teriak orang itu, suaranya penuh amarah.Riko dan Jejen berusaha menarik orang itu, namun Ia berhasil menepis tangan Riko dan Jejen. Aku masih terlalu terkejut untuk bereaksi, tetapi saat aku melihat wajah orang itu dengan jelas, dadaku langsung terasa sesak.Itu Tedi.Tedi, yang selama ini terlihat lemah dan hanya selalu bisa pasrah ketika dijahili oleh mereka bertiga tanpa bisa sedikitpun melawan, kini berada di atas Bobi dengan wajah penuh amarah. Matanya menyala, rahangnya mengeras, dan tangannya mencengkeram erat kerah baju Bobi seakan ingin meremukkannya. Entah apa yang merasukinya hingga ia sampai bisa bersikap seperti itu. "Tedi, berhenti!" suaraku serak, tapi aku tidak bergerak. Kakiku seperti tertanam di tanah, sementara mataku terpaku pada apa yang sedang terjadi di hadapanku.Namun, Tedi tidak
Terakhir Diperbarui: 2025-02-19
Chapter: Bab 21: Bisakah Kita Berteman?Aku menatap mata Bobi tajam, mencoba membaca semua ekspresi wajahnya. Aku ingin tahu apakah semua ini hanya karena dia merasa berhutang budi setelah aku membelanya di depan kepala sekolah. Aku mengepalkan tangan, menahan gejolak perasaan yang berkecamuk di dadaku."Apakah permintaan maafmu ini hanya karena aku membelamu di depan Pak Amin?" suaraku terdengar dingin, penuh keraguan. "Kalau itu alasannya, kau tidak perlu meminta maaf padaku seperti ini. Kau tidak usah merasa berhutang budi padaku. Lupakan saja semua yang terjadi di ruang kepala sekolah."Bobi mengangkat wajahnya, matanya yang biasanya dipenuhi kesombongan kini terlihat penuh dengan sesuatu yang sulit kuartikan—penyesalan? Kesedihan? Kebingungan?"Awalnya... iya, mau tidak mau aku harus mengakuinya." jawabnya lirih, hampir berbisik. "Aku merasa bersalah karena kau sudah menolongku, padahal aku nggak pernah berhenti menjahati dan mempermalukanmu. Aku pikir, paling tidak, aku harus mengucapkan terima kasih atau minta maaf."
Terakhir Diperbarui: 2025-02-17
Chapter: Bab 20: Pergolakan HatiPak Amin berdiri di hadapan mereka dengan ekspresi serius, tatapannya tajam menusuk, seolah tak ingin ada alasan ataupun perdebatan."Apa yang kalian lakukan di sini?" suaranya dalam dan tegas, membuat ketiga anak itu refleks menegakkan tubuh.Bobi menelan ludah, mencoba menjawab, tapi Pak Amin sudah lebih dulu melanjutkan, "Bukankah tadi sudah diumumkan bahwa sekolah akan mengadakan rapat tertutup. Seharusnya kalian semua sudah meninggalkan area sekolah sejak tadi."Riko dan Jejen saling pandang, lalu buru-buru berdiri. Jejen menggaruk tengkuknya, berusaha mencari alasan, tapi tak ada satu pun yang keluar dari mulutnya.Pak Amin mengalihkan pandangannya ke Bobi, ekspresinya semakin dalam. "Dan kau, Bobi, bukankah tadi bapak menyuruhmu memberikan surat panggilan kepada orangtuamu?"Bobi menunduk, lalu ia berbicara dengan suaranya yang nyaris tak terdengar. "Iya Pak."Pak Amin membuang napas, lalu ia berucap, "Pastikan orangtuamu datang besok. Jangan sampai surat itu tidak kau berikan
Terakhir Diperbarui: 2025-02-12
Chapter: Bab 19: Benarkah Ia Akan Berubah?Aku fokuskan mataku menatap mata Bobi, mencoba mencari informasi sebanyak-banyaknya dari pikirannya, apa sebenarnya yang sedang ia lakukan di sini.Beberapa saat pikirannya mulai terbuka di hadapanku. Gambaran kejadian sebelumnya muncul seperti rekaman yang diputar ulang di dalam kepalaku.Setelah keluar dari ruang kepala sekolah, Bobi mencari Riko dan Jejen, dan mengajak mereka ke taman belakang sekolah, Bobi duduk berhadapan dengan Riko dan Jejen. Suasana di antara mereka terasa tegang, berbeda dari biasanya. Biasanya, mereka bertiga bercanda, menyusun rencana untuk menjahiliku. Tapi kali ini, Bobi datang dengan niat berbeda."Ada hal yang ingin aku katakan." Ucap Bobi dengan nada dan wajah serius. Riko dan Jejen saling bertatapan satu sama lain, lalu menoleh ke arah Bobi dengan ekspresi penasaran."Aku tahu kalian pasti nggak bakal suka dengar ini," Bobi memulai, suaranya terdengar sedikit ragu. "Tapi, aku putuskan mulai hari ini kita harus berhenti menjaili Thomas."Riko yang seda
Terakhir Diperbarui: 2025-02-10
Chapter: Bab 18: Nasib Pak Udin dan BobiPagi ini, sesuatu terasa sangat berbeda. Sekolah yang biasanya riuh kini terasa sunyi. Tak ada bel masuk, tak ada guru di depan kelas, hanya sekelompok staf yang berbisik dengan wajah serius.Lalu, suara dari pengeras suara menggema ke seluruh penjuru sekolah."Perhatian untuk seluruh siswa. Hari ini, sekolah akan diliburkan karena akan diadakan rapat khusus. Semua siswa diminta segera pulang dan meninggalkan area sekolah."Bisik-bisik langsung memenuhi udara. Beberapa siswa tampak begitu senang karena bisa pulang lebih awal, sementara yang lain terlihat heran dan bingung. Aku melangkah menuju gerbang bersama mereka, tetapi pikiranku masih terganggu oleh kejadian tadi malam.Aku menghela napas, mencoba menepis pikiran itu. Tapi sebelum aku bisa benar-benar keluar dari gerbang sekolah, suara lain menghentikanku."Thomas."Aku menoleh. Pak Kepala Sekolah berdiri di ambang pintu kantornya, menatapku dengan sorot mata sulit ditebak."Ikut saya ke ruangan," katanya pelan, tapi tegas.Jantu
Terakhir Diperbarui: 2025-02-06
Chapter: Bab 17: Kamar Yang Selalu DikunciMataku terbuka dengan tiba-tiba, dan aku merasakan sensasi tidak nyaman yang seolah menggelitik. Rasa ingin buang air kecil yang tak tertahankan lagi memaksaku untuk segera bangun dari tidurku. Ini mungkin akibat dari kegembiraan kami sore itu, ketika aku, Tedi, Nina, dan Rossi memborong es teh manis dari penjual langganan kami untuk merayakan kemenangan kami dalam mengungkap kasus pencurian yang dilakukan oleh Pak Udin.Kami telah meminum es teh manis itu hingga perut kami kembung, dan sekarang aku harus membayar harga untuk itu. Sejak pulang sekolah hingga sebelum tidur, aku telah bolak-balik ke kamar kecil. Padahal harusnya sekarang sudah kembali normal, tapi nyatanya sekarangpun, rasa tidak nyaman itu kembali datang, membangunkanku dari tidur yang nyenyak.Bayanganku melayang ke sore tadi, ketika kami memborong es teh manis untuk merayakan kemenangan kami dalam mengungkap kasus pencurian yang dilakukan oleh Pak Udin."Makasih teman-teman, berkat bantuan kalian, aku bisa lepas dari
Terakhir Diperbarui: 2025-02-03