Padang : Lantai Pertama
Sahya hanya seorang mahasiswa biasa yang senang menikmati fasilitas dunia modern. Namun, tangannya yang iseng menyentuh benda aneh yang membuat dirinya terlempar ke masa lalu dalam tubuh seorang anak kecil yatim piatu.
Seiring waktu, Sahya menjadi harapan baru bagi kelompoknya, membawa terobosan yang tidak hanya meningkatkan kesempatan hidup mereka, tetapi juga perlahan-lahan mengubah struktur sosial mereka. Namun, setiap perubahan besar tidak datang tanpa perlawanan. Sahya harus menghadapi serangan demi serangan dari ancaman dari berbagai pihak.
Bisakah Sahya mempertahankan sukunya, atau apakah jejak yang ia coba ukir akan terhapus oleh pasir waktu?
Read
Chapter: Bab 14 : Firasat Buruk"Siapa di sana?!" Sahya menahan napas, sementara detak jantungnya semakin cepat, berdentum keras di telinganya. Rambutnya berdiri tegak, dan tubuhnya gemetar karena ketakutan. Kekakuan merayap ke setiap serat sarafnya, menghilangkan suaranya dan membuatnya tidak mampu bergerak.Dalam hitungan detik, sesuatu yang dingin dan basah menyentuh kulitnya, membuat bulu kuduknya berdiri saat lidah makhluk itu melintasi kulitnya. Sahya menatap dua titik merah yang berkelap-kelip dalam kegelapan.Makhluk itu perlahan mendekatinya, setiap langkah disertai tatapan menghantui dan menakutkan. "Enak sekali~," desisnya sambil menyeringai, suaranya melengking menyusup ke telinga siapa pun yang mendengarnya. Sahya terjatuh tiba-tiba ke tanah. Tak lama, makhluk itu mendekat dan dengan kejam menginjak dadanya.Mata Sahya terpaku pada makhluk yang berdiri di atasnya, mata merah menyala dalam gelap seperti dua bara api kecil. Dalam pandangannya, ia melihat gigi dan cakar tajam, serta
Last Updated: 2024-10-09
Chapter: Bab 13 : Monster di KegelapanSaat matahari mulai terbit dan menyebarkan kehangatannya, Pato kembali ke Gua Tawon, ditemani oleh beberapa pria. Senyum akrab yang menghiasi wajah Pato tampak familier, tetapi ketika anak-anak melihat pria-pria yang menyusul di belakangnya, mereka mulai menyadari adanya niat buruk dari Pato.“Persetan!” gerutu anak-anak dalam hati mereka.Setiap tahun, di awal musim hujan dan sebelum dimulainya Festival Langit, mereka akan dipaksa mandi di sungai. Secara tradisional, ini berarti mereka harus mandi sebelum mengikuti ritual kebangkitan kekuatan roh. Namun, kenyataannya, mereka yang enggan mandi akan diseret ke sungai dan dimandikan secara paksa.Melihat para pria yang dibawa oleh Pato, anak-anak pun gemetar ketakutan.Sahya berjalan menuju sungai, memperhatikan bayangannya di permukaan air. Meskipun riak membuat bayangan itu kabur, ia tetap bisa melihat bahwa penampilannya sangat berantakan. "Sepertinya seseorang memang perlu disikat!"Para pejuang yang kuat dan gagah berani mungkin bi
Last Updated: 2024-10-08
Chapter: Bab 12 : Sang DukunSeperti pepatah mengatakan, jangan pernah meremehkan kekuatan orang bodoh dalam kelompok besar. Peristiwa yang melibatkan anak-anak gua terhadap Kibu dan kedua anak buahnya membuktikan kebenaran pepatah ini. Jika bukan karena kehadiran orang tua mereka dan Pato yang menyelamatkan Kibu dan kedua anteknya, nasib ketiga anak itu mungkin berbeda.Kejadian tersebut juga membantu masyarakat suku untuk menyegarkan kembali pemahaman mereka tentang anak-anak di dalam gua. Ternyata, anak-anak ini mampu bersatu menghadapi musuh bersama. Beberapa orang yang berniat jahat pun terpaksa menyembunyikan maksud mereka setelah melihat situasi tersebut.Setelah mengatasi gangguan Kibu, Sahya mengumpulkan anak-anak ganas itu kembali ke gua. Tak lama kemudian, hanya dengan beberapa tarikan nafas, beruang besar dimakan bersih. Satu-satunya bagian yang tersisa hanyalah tulang-tulangnya yang kokoh.Pada saat yang sama, Pato kembali ke Gua Tawon. “Bukankah dia sudah mengantarkan ma
Last Updated: 2024-10-03
Chapter: Bab 11 : Mereka Lagi?Saat senja tiba dan matahari mulai meredup di langit, Pato, seorang pria paruh baya, dengan tekun menjalankan tugasnya mengantar makanan ke gua Tawon setiap hari. Pato mungkin tidak memiliki kekuatan sebesar Ogi, terutama setelah kehilangan salah satu lengannya akibat kecelakaan tragis saat misi perburuan. Peristiwa tersebut juga mengakhiri karirnya sebagai pemburu.Meski diberi tugas yang tampak sepele, Pato merasa puas karena sukunya tetap memberinya tempat tinggal dan makanan. Begitu mangkuk batu diletakkan, anak-anak di gua langsung berhamburan seolah-olah mereka tidak makan selama berhari-hari. Walaupun mereka masih anak-anak, pemandangan itu seperti medan pertempuran untuk mendapatkan makanan.Menyaksikan kekacauan ini, Sahya hanya bisa menghela nafas. Dia sadar bahwa situasi ini tidak akan berubah dalam waktu dekat.Sejak lama, pemimpin suku Tawon terlalu sibuk dengan perselisihan internal di antara anggota sukunya. Akibatnya, mereka mengabaikan kondisi d
Last Updated: 2024-10-02
Chapter: Bab 10 : Ubi Merah BerambutKibu terbaring lemas di tanah, mengalami rasa sakit dan amarah yang memuncak. Dengan gerakan gemetar, tangannya perlahan mengusap lembut kepalanya yang terasa berdenyut-denyut akibat cedera.Wajahnya yang bengkak dipenuhi dengan ekspresi kemarahan yang sulit untuk disembunyikan. Lubang hidungnya yang masih mengucurkan sedikit darah menambahkan sentuhan kejut kepada keseluruhan pemandangan tragis yang mengelilinginya.Dalam benaknya, Kibu bersumpah untuk tidak pernah melupakan penghinaan ini sepanjang hidupnya. Rasa dendam yang tumbuh dalam dirinya semakin kuat, menyalakan bara kemarahan yang membara di dalam dadanya.Matanya memperhatikan dengan tajam ke arah Sahya yang sedang sibuk memilih batu-batu di kejauhan, tampaknya tidak menyadari kesengsaraan yang dialami oleh Kibu.Kibu yakin bahwa Sahya pasti telah mengumpulkan beberapa batu yang berharga meski jarak di antara mereka terlalu jauh untuk bisa terlihat secara langsung. Beberapa batu bagus bisa dit
Last Updated: 2024-09-26
Chapter: Bab 9 : Perkelahian Anak KecilKetika Sahya tenggelam dalam pikirannya tentang apakah dia harus menghancurkan kepala mereka dengan batu atau dengan tangan kosong, ketiga anak itu sudah berbaris di dekat tempat persembunyiannya, mereka masih tidak menyadari penyergapan.Butuh waktu yang cukup lama untuk ketiga anak itu sampai di dekat tempat persembunyian Sahya berada. Selama waktu ini, Ia terus mengamati mereka dengan seksama.Tampaknya perhatian anak-anak itu tertuju pada hal lain, salah satunya menghindari tertimpa batu yang berjatuhan. Mereka bergerak dengan hati-hati, sesekali menjerit kaget ketika batu-batu kecil bergulir di dekat kaki mereka. Ketiga anak itu tidak tahu jalan mana yang aman untuk didaki, jadi mereka hanya bisa mencoba mengambil jalan memutar.“Apakah ini arah yang benar, Tomo?” Kibu berjalan di depan kelompok mereka, dia baru saja menghindari batu yang jatuh dari tebing di atasnya.Sorot matanya yang tajam tertuju ke arah orang yang berada di belakangn
Last Updated: 2024-09-25