author-banner
Ara Mira
Author

Novel-novel oleh Ara Mira

Cinta Terakhir

Cinta Terakhir

Kata orang, cinta pertama adalah kutukan. Entah ke mana takdir membawa, cinta pertamalah yang akan membekas. Bekasnya bak noda merah dalam putih, sulit pudar. Pernikahan Rena dan Mahen berada di ujung tanduk setelah kembalinya sang mantan calon istri sekaligus cinta pertama Mahen, Riani. Semua diperkeruh dengan tuduhan Ratna, sang mertua, dan Sekar, sang adik ipar, yang menyatakan bahwa Rena mandul. Di saat Rena menyerah atas segalanya, Mahen justru bersikap sebaliknya. Dengan egosi, ia menjebak dan membuat Rena mengandung anaknya. Namun di sisi lain, ia tak mau berpisah lagi dengan Riani. Lalu, haruskan Rena rela dimadu demi calon buah hati yang ada di rahimnya? "Tak ada satu wanita pun di dunia ini yang benar-benar rela dimadu. Meskipun ada, aku bukan salah satunya." Rena terisak pilu, menyentuh relung hati terdalam Mahen yang dingin.
Baca
Chapter: BAB 21 : Amarah Mahen
“Jawab!” “Mahen! Apa yang kau lakukan?” Rena terbelalak saat dengan kasar Mahen mencengkeram kedua sisi bahu wanita tua itu. Tubuhnya spontan bangkit hendak duduk, tetapi kepalanya yang luka begitu berat dan nyeri. “Aw!” “Rena!” Tangan Mahen melepas cengkeramannya, beralih pada sang istri yang meringis sembari memegangi kepala yang diperban. Bagaimana tak sakit? Tiga jahitan diterima kepala Rena setelah terkena batu saat tawuran. Dewi, wanita paruh baya berjilbab itu menangis dalam diam. Sesekali diusapnya air mata yang hampir menetes. Dalam ketakutan, ekor matanya melirik Mahen. Mahen terduduk di kursi, menggenggam tangan Rena penuh kelembutan. Tangan lainnya terangkat, menyentuh pipi tembam sang istri. Tindakan yang tak biasa semakin membuat Rena mengernyit. Noe hanya bisa diam, tak tahu harus bagaimana. Wanita yang membuat Mahen naik pitam tentu ia mengenalnya. “Rena, bagaimana bisa ini terjadi?” Wajah yang biasa dingin dan tak peduli, kini menyorotkan kekhawati
Terakhir Diperbarui: 2025-01-30
Chapter: BAB 20 : Wanita Berkerudung Hitam
Langkahnya perlahan menyusuri trotoar, menghirup segar udara selepas hujan. Ia suka dengan suasana seperti ini, ketika para manusia mulai keluar dari tempat berteduh, berjalan tuk melanjutkan keinginan yang sempat tertunda. Satu minggu, sikap Rena dan Mahen menjadi canggung satu sama lain. Setelah apa yang Mahen lakukan di bawah rinai hujan malam itu, tak ada sepatah kata sebagai klarifikasi. Selama itu pula, keduanya hanya bicara jika perlu, tak berniat mengungkit. “Ya, ampun! Ini sudah hampir pukul delapan. Aku harus sampai ke kedai. Kalau telat, Kak Onky akan menjelma jadi ibu-ibu cerewet.” Rena berlari kecil. Sial sekali karena motor bututnya mogok saat dinyalakan tadi sebelum berangkat. Suara riuh terdengar dari belakang, mendekat seperti mengikuti langkah Rena. Saat menoleh, dilihatnya banyak para pemuda berseragam sekolah awut-awutan tunggang-langgang. “Lari! Ada tawuran!” Beberapa manusia di sekitar Rena ikut menjauh. Jumlah pemuda onar ada banyak. Rena tak luput
Terakhir Diperbarui: 2025-01-27
Chapter: BAB 19 : Di Bawah Rinai Hujan
Gemuruh menggelegar, menyadarkan Mahen dari lamunan. Tak seperti biasa, entah mengapa permintaan pisah dari Rena kali ini membuat hatinya nyeri. Ia bahkan tak mengerti dengan perasaannya sendiri. “Apa yang terjadi padaku? Kenapa di sini terasa sakit?” Tangan kanannya terangkat menyentuh dada. Rasanya seperti ditekan bongkahan besar. Tak lama hujan tumpah tanpa aba-aba. Mahen terkesiap. Ia tersadar telah kehilangan jejak Rena. Istrinya itu sangat rentan terhadap hujan dan bisa dipastikan keesokan harinya akan demam. Keresahan makin pekat kala Mahen tak menemukan Rena di mana-mana. Setiap wahana permainan ia telusuri. Para pengunjung sedang berhamburan, berlari tak tentu arah mencari tempat berteduh. “Ke mana Rena?” Mahen mengusap wajah tampannya yang basah terguyur hujan. Plastik berisi jus alpukat dan permen kapas sudah tak berbentuk lagi. Ia langsung membuangnya ke tempat sampah. Lari, Mahen terus berlari. Kecemasan menyelimuti. Ini sudah malam dan hujan makin deras. Bagaim
Terakhir Diperbarui: 2025-01-25
Chapter: BAB 18 : Tak Sanggup Bertahan
Seperti seorang ayah menjaga putrinya, begitu juga dengan Mahen. Kelakuan sang istri yang baru ia tahu membuatnya tak habis pikir. Dua jam berlalu, Rena dengan girang menjajal banyak wahana permainan di pasar malam. Mulai yang ringan sampai menegangkan. Wanita itu bahkan heboh sendiri saat melihat arena tong setan. “Aku mau beli minuman dulu.” Rena yang sedang asyik dengan lempar gelang pun menoleh. “Aku mau permen kapas.” “Baiklah. Kau tunggu di sini,” ucap Mahen yang dibalas Rena anggukkan. Mahen beranjak, bergegas membeli dua cup jus alpukat dan mencari permen kapas sesuai permintaan Rena. Saat apa yang dicari sudah didapat, sesuatu menarik atensinya. Langkahnya pun mendekati dengan penasaran. “Mari, silakan! Gelangnya bagus-bagus, Nak!” Si bapak paruh baya berbinar kala Mahen berhenti di lapaknya. Tubuhnya yang bungkuk berdiri dari duduk walau sedikit gemetar. Mata Mahen tampak memilah-milah. Tangan pria berjaket bomber hitam itu meraih gelang hitam sederhan
Terakhir Diperbarui: 2025-01-23
Chapter: BAB 17 : Efek Kupu-Kupu
“Aduh, aku lapar!” Rena memegangi perut yang keroncongan. Bunyinya nyaring, sinyal tanda harus segera diberi amunisi. Langit telah menggelap, tampak dari jendela balkon apartemen tempat Rena bernaung. Selama itu pula kamar ini senantiasa terkunci. “Aku mau keluar, tetapi takut kalau dia bertindak seperti dulu.” Rena memilin ujung gaun, tampak menimang-nimang. “Duh, perutku tak bisa diajak kerja sama!” Ia akhirnya memutuskan keluar daripada mati kelaparan. Langkah kecil Rena mengendap-endap. Tak terlihat batang hidung Mahen. Mungkin saja pria itu sedang di kamar yang satunya lagi. “Aku harus cepat-cepat ambil camilan,” gumamnya pada diri sendiri sembari mata tetap awas dengan sekitar. Kulkas empat pintu yang mahal membuat senyum Rena mengembang. Saat dibuka, tak ada stok sayur atau daging. Hanya beberapa makanan ringan dan cokelat yang Rena tahu harganya fantastis. Liur Rena hampir saja menetes. Tangannya dengan sigap mengambil beberapa cokelat yang jarang ia makan. “Ekhm!
Terakhir Diperbarui: 2025-01-21
Chapter: BAB 16 : Posesif
Aini yang terduduk di kursi roda mengobati wajah sang putra semata wayang dengan kekhawatiran. Rilla merasa bersalah karena idenya mengubah penampilan Rena menjadi spektakuler, justru merusak momen bahagia pernikahan orang lain. Onky sedari tadi memarahinya, membuat rasa bersalah kian mengakar. “Kak Noe, Kak Prisa, maafkan aku. Akulah yang mendandani Rena. Aku tak tahu akan begini jadinya. Rencanaku hanya ingin membuat suaminya menyesal telah menyia-nyiakan wanita semanis dia.” Rilla menunduk dengan rasa bersalah. Bukannya marah, Noe malah terkekeh bersama Prisa, tentu membuat Rilla keheranan. “Justru itu yang kami harapkan, Rill. Dengan kejadian tadi, semua yang hadir jadi semakin tahu istri CEO Wiratama Group. Rena tak akan dipandang sebelah mata lagi.” Ucapan Noe ditimpali anggukan antusias Prisa. Rilla meringis canggung. Padahal, ia sudah menyiapkan diri jika hendak dimaki. “Apa yang kau lakukan, Panji? Ada hubungan apa antara kau dan istrinya Mahendra?” Prabu sebisa mun
Terakhir Diperbarui: 2025-01-15
Anda juga akan menyukai
Setiap Momen adalah Kamu
Setiap Momen adalah Kamu
Romansa · Jane Lestari
893 Dibaca
Merajut Asa
Merajut Asa
Romansa · Pelita Abadi
886 Dibaca
Office Girl Pribadi CEO
Office Girl Pribadi CEO
Romansa · Liana Dee
882 Dibaca
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status