After the death of her family, Romona Quinn, a Seer and half dragon destined to protect her kind, the dragons, had a goal in mind to kill the tyrant lycan Alpha king Caspian of Dalerie, who had taken everything from her. What she didn't expect was the blooming, overwhelming passion that erupted whenever he gazes at her. Alpha Caspian Alessandro, a powerful lycan, despises dragons and anything related to magic, and he destroys them all in his empire. What happens when he meets his fated mate that dispels his hatred? What happens when he becomes entangled in the web of her raging vengeance? ... "Stay with me, and piece by piece, I will make your life even more extraordinary than it is." He whispered monotonously, slowly carressing her red cheeks with the back of his fingers and igniting the fire she never thought she had in her. Ramona's luminous pink lips parted slightly, her heart raced, and her twinkling amber eyes reflected those blazing crimson eyes that oozed desire. "It will be the biggest mistake I will ever make, but I will never regret it, Caspian," her voice came out deep, and the side of her lips pulled up. What was she thinking?! Was she really not going to regret staying with him? What about vengeance?
View MoreDesma berjalan memasuki gedung mewah tempat resepsi pernikahan salah satu karyawan suaminya. Wanita muda itu nampak anggun dengan riasan wajah dan busana yang sederhana. Tak ada perhiasan emas dan permata berlebihan menghiasi tubuhnya yang ramping dan indah. Hanya sebuah cincin saja yang melekat dijari manisnya sebagai tanda bahwa ia sudah menikah.
Yaa..tiga bulan yang lalu Desma sudah dipersunting oleh Tuan Muda Junara putra seorang pengusaha kaya raya. Itu artinya Desma adalah menantu seorang konglomerat yang namanya dikenal oleh seluruh pengusaha di negeri ini.
Walaupun sudah menduduki kasta tertinggi di negeri ini, namun Desma tetaplah wanita sederhana. Tidak ada yang berubah dengan pola hidupnya yang terbiasa sederhana dan penuh cinta antar sesama.Sifat baik Desma bukannya membuat Astuti ibu mertuanya senang. Astuti malah merasa malu memiliki menantu yang dinilainya terlalu kampungan.
Desma merapikan selendang dilehernya. Tatanan rambutnya sangat sederhana namun indah dipandang mata. Rambutnya yang hitam legam dan panjang digelung membentuk sanggul.
"Selamat menempuh hidup baru, semoga kekal abadi sampai ke anak cucu !" Ujar Desma tersenyum ramah menyalami kedua mempelai yang berdiri didepan pelaminan. Kedua pengantin nampak sangat bahagia didatangi Tuan Junara dan Desma yang merupakan pemilik perusahaan tempat keduanya bekerja.
Beberapa pasang mata memperhatikan Desma. Banyak yang terpesona dengan kesederhanaan penampilan dan keramahan sikapnya.
"Ibu Desma sederhana sekali ya?" Celutuk Riska salah satu undangan kepada Anggi temannya. Anggi menganggukkan kepalanya pertanda ia setuju dengan pendapat Riska. Mata kedua gadis itu tertuju pada Desma yang kini sudah duduk dikursi undangan.
"Nasibnya memang beruntung bisa dinikahi Tuan Muda Junara yang kaya raya. Jika aku menjadi dirinya tentu aku akan borong semua perhiasan termahal didunia ini. Aku akan shopping ke seluruh penjuru dunia. Operasi plastik, memakai pakaian buatan desainer ternama.. uuuhh...ck ck ck.." Khayalan Anggi terbang melayang menembus langit.
Riska mengernyitkan dahinya melihat kelakuan Anggi yang tengah flaying entah kemana."Woooi.. Banguuun..!" Mimpi kok siang bolong..!" Ledek Riska mengguncang bahu Anggi yang tengah hanyut terbawa mimpi indahnya." Iiih kamu... Enggak boleh lihat teman senang dikit." Jawab Anggi memonyongkan bibirnya dengan lucu."
"Hahaha..." Mereka berdua tertawa ngakak.
====
Pagi itu dirumah Tuan Muda Junara. Astuti ibu mertua Desma sudah duduk dikursi makan. Tak lama kemudian Junara datang bergabung. Baru saja duduk ia sudah disambut omelan ibunya.
"Seharusnya istrimu itu berpenampilan layaknya seorang istri pengusaha. Pakai busana model terbaru, pakai perhiasan dan wajahnya itu lho... Berapa sih biaya sewa seorang stylish..? Dia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kolega kita. Bukan berpanampilan norak kayak gitu..!" Pagi-pagi Astuti sudah mengomel mengomentari penampilan Desma menantunya.
"Seharusnya Desma itu belajar pada Naira istri abang mu. Dia pandai membawakan diri dan tidak memalukan keluarga kita..!" Sambung Astuti bertubi-tubi mengomel di kuping Junara putranya yang bersiap untuk sarapan.
"Sudahlah Ma, semua orang seleranya tidak sama. Selagi itu nyaman buat Desma biarin ajalah." Jawab Arjuna sedikit membela istrinya.
"Nyaman buat dia tapi tidak nyaman buat kita. Kamu kenapa sih Jun, setiap kali istrimu dibilangin kamu selalu saja membela dia. Jangan-jangan kamu sudah dipelet sama si Desma gadis kampung itu.!" Seru Astuti ketus."Ya Allah Ma, Mama pikirannya kok kayak gitu sih. Gini Ma, Desma itu sudah biasa berpenampilan sederhana. Dia tidak suka hidup bermewah-mewah. Itu cara dia bersyukur kepada Allah. Kata Desma, tidak boleh kita hidup bermewah-mewah apabila masih ada orang susah di sekeliling kita."
"Nah, itu Papa setuju..!" Tiba-tiba Tuan Besar Sudarta menimpali ucapan Juna putra keduanya itu. Sudarta memang lebih dekat dengan Junara putra kedua sekaligus bungsu dari pada Satya putra sulungnya.
"Uuh, Kalian berdua sama saja !" Teriak Astuti jengkel mendengar pembelaan dari suaminya terhadap Desma dan Juna. "Jadi hilang selera makanku !" Sambungnya sambil berdiri meninggalkan meja makan. Sudarta dan Arjuna hanya tersenyum kecil. Mereka berdua sangat paham sikap keras dan sombong Astuti.
Tak lama berselang Desma datang dengan membawakan tas kerja Junara. Setelah terlebih dahulu mengucapkan salam kepada ayah mertua dan suaminya, Desma kemudian ikut bergabung sarapan dimeja makan. Pagi itu mereka sarapan roti tawar dan selai mangga.
"Mas berangkat dulu ya !" Ujar Junara. setelah selesai sarapan.
"Papa juga !" Timpal Sudarta tidak mau kalah.Desma mengantar suami dan ayah mertuanya sampai ke halaman. Setelah menyalami dan mencium punggung tangan keduanya, Desma melambaikan tangan melepas mereka yang sudah masuk kedalam mobil. Lalu mobil itu berjalan perlahan melewati pintu gerbang yang dijaga dua orang satpam. Desma manunggu mobil itu menghilang dari pandangannya, lalu ia masuk kembali kedalam rumah.
Diruang makan Desma melihat Naira dan Astuti tengah sarapan pagi berdua. Ternyata Naira telah berhasil membujuk ibu mertuanya itu untuk sarapan.
"Pagi Ma, Kak Naira..!" Sapa Desma ramah. Astuti hanya melengos mendengar sapaan Desma. Sedangkan Naira memilih tersenyum sinis.
"Heh.. Desma, kemari lah..! duduk disini..!" Panggil Naira sedikit membentak dan melambaikan tangannya.
"Iya Kak..!" Sahut Desma menuruti perintah Naira. Desma duduk disalah satu kursi makan dan siap mendengarkan wejangan dari duo permaisuri penguasa rumah itu.
"Semenjak kehadiran kamu dirumah ini, kamu telah sering menjadi pangkal penyebab keributan. Sampai-sampai Mama dan Papa juga Juna bertengkar gara-gara kamu !" Suara Naira meninggi diiringi dengan telunjuknya yang menunjuk tepat kearah wajah Desma yang menunduk hormat pada mereka.
"Maafkan Desma Kak, Ma.. Desma tidak bermaksud demikian." Jawab Desma pelan dan sopan.
"Apa salahnya sih kamu mengikuti kemauan Mama. Toh Mama tidak bermaksud buruk padamu. Mama cuma ingin kamu berpenampilan layaknya sebagai istri seorang konglomerat. Jangan memalukan seperti ini..!" Naira kembali menghardik Desma."Iya Kak, Desma akan mencoba menuruti kemauan Mama dan Kak Naira." Ucap Desma menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah, sekarang tolong bawakan barang-barang ku ke mobil !" Perintah Naira sambil menunjuk sebuah travel bag berwarna pink muda.
"Kakak mau kemana..?" Tanya Desma sambil mengikuti langkah kaki mulus Naira yang memakai sepatu dengan tumit tinggi dan lancip. Naira berbalik badan dan menatap Desma lalu berkata " ya shopping lah ke Singapur..!" Ujarnya lalu membuang muka ke arah lain.
Wajahnya yang cantik ditutupi bedak merek terkenal. Demikian juga lipstik dibibirnya tentu saja bukan buatan dalam negeri. Gelang tangan, kalung dan beberapa cincin emas putih bertabur berlian menghiasi sekujur tubuhnya.
Aroma parfum yang mungkin dibuat dari bunga yang dipetik dari syurga, menebarkan aroma yang syahdu dan memanjakan indra penciuman.
"Hati-hati ya Kak..!" Ujar Desma setelah meletakkan travel bag milik Naira didalam bagasi mobil."Iya, dan jangan lupa kamu bantu jagain Alpan, karena aku pergi agak lama. Dari Singapur aku langsung ke Paris." Kata Naira lalu duduk manis dijok belakang mobil mewahnya. Seorang sopir sudah siap dibelakang setir mobil.
"Iya Kak !" Desma menganggukkan kepala dengan hormat.
Alpan adalah putra Naira yang baru berumur 6 bulan. Naira menyerahkan sepenuhnya pengasuhan putranya itu kepada seorang Baby sister. Naira tidak mau hidupnya direpotkan oleh kehadiran anak itu.
Mobil mewah itu mulai bergerak untuk mengantarkan Naira ke air port. Desma melambaikan tangannya walaupun Naira tidak menggubrisnya sedikitpun.
***********
Later that night, in the luminous and adorned castle, Caspian, Lorenzo, and Javier were arranging the gifts beneath the heavily ornamented tree that towered over the room.Seated on the cushion, Ramona, Tiana, and Michelle were laughing and chatting while sipping hot coffee.Stepping into the room, Roman stared at the flame rising and dancing above his palm. Dante, who was in his arms, was looking curiously at the fire and clapping excitedly."Playing with a child in that manner is not appropriate." Justice bemoaned to Roman, who appeared to be completely deaf, while carrying a small child who bore a striking resemblance to Tiana."He will not listen to you." Angelo said, walking behind him with two identical toddler boys in his arms.Justice scoffed, looking at the little girl and poking her cute little face. "What do you think, Bella? Isn't that dangerous?"Bella only nodded shyly and buried her face in his chest.Justice chuckled. "Why don't we open the gifts now that dinner is ove
*Six months later*"Check out this gorgeous ring! Look at this freaking ring!" Roman glared, his eyes like stars, as he repeatedly shoved his ringed hand in Ramona's face. He did not really stop when Ramona continued to push his hand away, groaning in frustration as she did so."I got it! Javier proposed to you and Michelle!" Ramona lost her temper and slapped his hand off."Yes!" At last, Roman took his hand off her face and straightened up.Ramona groaned, rolling her eyes. "Shuu!""Come on, come on. You and Caspian have already tied the knot, your love has remained strong, you have a child together, and their kind and our kind are now very close.""And you keep bringing me to Eonia." Ramona gave him a stern look. Roman sat beside her, giving a rose he had picked from the rose bush next to them."Tell me about this thing called marriage." He blinked naively and whispered."It is demanding, but you are capable of handling it." Ramona muttered and took the rose from him."I am not su
Rushing into Angelo's room, they were all stunned to find without Angelo.Gwydion took a deep breath, adding more pressure to the tension and ran his fingers through his hair in frustration. "The spell is still on.""How is that possible?" Lorenzo asked, completely shocked.Declan shook his head. "That old hag is always one step ahead."Roman smiled, raising his brows continuously. "That old hag seems to be your object of desire. I am going to dig my hands into her chest, so you better confess. Or would you rather see her black heart in my hands?"Declan winced at those words. "Haha! Great joke."Roman tsked, his fingers clenched. "We better find him then. Did you not put a tracking spell on him? He will definitely lead us to my sister, I am confident.""I do not think it would be a good idea if we all went." Pursing her lips, Tiana muttered."Well..." Tommaso's voice shot out from behind."More bad news?" They all turned to face an extremely tense Tommaso, and Justice asked with a fak
Ramona took a deep breath, feeling her throat tighten even more than it had before. Her body was hurting and cramping all over, and she could feel her body heating up to an extremely high temperature. Her heart was also beating so slowly. It did not matter that she was pregnant—a dragon like her was meant to be this hot.Feeling a small itch on her body, she let out a loud groan of discomfort as she tried to move her body. Nevertheless, there was no solace to be found from the excitement at which the chains shackles around her ankles rattled. Rather, the sound simply made her feel more agitated, and she gritted her teeth in an attempt to break through with what little strength she had left. It was pointless.She had no idea that she would become this heavily pregnant and find herself locked in a dark basement until three months prior, when Nessa abducted her and threw her down the basement stairs.She had been sleeping on the hard wooden floor, being fed by some mages who possessed h
*Three months later.*Dalerie remained a thriving empire of wolf shifters, blissfully unaware of the darkness lurking in the shadows.Even though most of them had seen the castle fall apart without warning, they were not shocked when it was rebuilt as good as new by the following day.The news of the old mage's desires had spread throughout Dalerie, and magic had once again returned.Still, the castle looked grim as ever. With Ramona being abducted by Nessa without any updates despite the combined efforts of the wolves and dragons, Caspian trapped in his lycan form and fully unleashing his dark powers, and Angelo remaining under Nessa's control but suitably imprisoned in a space that rendered him completely weak.....At the spot where Caspian was meant to be in the elders' chamber, Tommaso stood with his arms crossed over his chest and a serious expression on his face.The other elders appeared highly concerned. "We acknowledge that Dalerie was not destroyed by the chaos that occurre
Caspian pinched the skin between his brows, gritting his teeth harshly as he did so. "I do not have time for this.""Neither do I!" Ramona snarled, golden scales forming beneath her eyes. She yanked away from him, rushed out of the elevator and pressed the button to close the doors before he could step out."Find Justice!" She yelled, running away in the ballroom's direction.Caspian sighed deeply, fighting the urge to knock down the doors in order to go after her. Finding Justice was the only thing he could do at the moment.Sadly, as the doors opened, revealing the old mage, he knew right away that they weren't thinking about the same thing.She stepped back, giggling, "Happy birthday, my handsome grandson."There was no emotion on Caspian's face, no words, no feelings. He moved past her, hands tucked into his pockets, his gaze narrowing as he started to smell only blood."Gwydion.""He is not dead, though. At least not right now." Nessa appeared in front of him, causing him to halt
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments